Techverse.asia - Menggosok gigi dengan cara yang benar merupakan salah satu cara untuk mencegah berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia belum menyikat gigi dengan benar.
"Hanya 2,8 persen masyarakat yang telah menggosok gigi dengan benar dan dilakukan setidaknya dua kali sehari di waktu sebelum tidur dan sesudah sarapan," jelas Head of Profesional Marketing Personal Care Unilever Indonesia, drg. Ratu Mirah Afifah, dalam peringatan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2023.
Baca Juga: Resmi! TikTok Shop Kini Sudah Hadir di Amerika Serikat
Ia menjelaskan, masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam menyikat gigi yang benar ini berpengaruh terhadap tingginya masalah gigi dan mulut. Salah satunya adalah gigi berlubang atau karies yang mencapai 88 persen. Hal tersebut semakin diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan gigi mulutnya ke dokter gigi secara rutin setiap tahunnya.
"Ternyata 95,5 persen masyarakat Indonesia mengaku tidak pernah ke dokter gigi selama setahun," katanya.
Menurutnya, menambahkan tren konsumsi gula masyarakat yang kian meningkat setiap tahunnya. Bahkan diproyeksikan hingga akhir tahun 2023 tahun konsumsi gula di masyarakat naik hingga sembilan persen dibanding tahun 2019. Hal ini tentunya menjadi persoalan serius yang harus menjadi perhatian bersama untuk mewujudkan kesehatan gigi masyarakat.
"Kita tidak bisa sepenuhnya menghidnari gula. Namun konsumsinya bisa dibatasi dan dibarengi dengan perilaku menyikat gigi yang benar dan rutin berkunjung ke dokter gigi," paparnya.
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UGM sekaligus ketua AFDOKGI, Profesor drg. Suryono menyampaikan, pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyikat gigi dengan benar. Menyikat gigi tidak boleh dilakukan secara asal. Misalnya, pemilihan sikat gigi sesuai dengan ukuran mulut, menggosok gigi dengan lembut, dan jenis bulu sikat disesuaikan dengan kondisi gigi dan gusi.
"Kalau bisa pilih bulu sikat yang lembut karena kalau yang keras bisa merusak atau mengikis lapisan email gigi," jelasnya.
Ia menegaskan bahwa perilaku membersihkan gigi dengan baik dan benar sebaiknya ditanamkan sedini mungkin oleh keluarga. Dimulai dengan pembiasaan untuk menyikat gigi setidaknya dua kali sehari pada anak-anak.
"Kalau data di Indonesia tadi hanya 2,8 persen masyarakat yang baru menggosok gigi dengan benar. Maka di Daerah Istimewa Yogyakarta ini sudah mencapai enam persen warganya yang menggosok gigi dengan benar," terangnya.
Baca Juga: Fakultas Teknik UGM Kembangkan Aplikasi Mobile Untuk Deteksi Kesehatan Gigi dengan Foto
Sementara itu, Ketua Umum PB PDGI, drg. Usman Sumantri menambahkan upaya mewujudkan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat harus dibarengi dengan akses ke dokter gigi yang memadai. Sementara hingga saat ini jumlah dokter gigi di Indonesia saat ini masih belum ideal atau terbatas.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan jumlah lulusan dokter gigi dan penerimaan mahasiswa fakultas kedokteran gigi. "Jumlah dokter gigi semua ada 43 ribuan, termasuk dokter gigi umum dan spesialis. Sedangkan yang spesialis itu kurang dari lima ribu jadi masih sangat kurang dan itu kebanyakan dokter gigi berkumpul di kota-kota," ujarnya.
Menanggapi konsumsi gula yang tinggi, Usman meminta masyarakat untuk mengimbanginya dengan menjaga pola hidup sehat agar kesehatan gigi dan mulut bisa tetap terjaga. Apabila konsumsi gula yang tinggi tidak dibarengi dengan pola hidup sehat akan menyumbang peningkatan jumlah kasus gigi berlubang atau karies hingga 31 persen.
Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X, menyebutkan bahwa penyakit gigi dan mulut masih menjadi persoalan kesehatan di Indonesia. Oleh sebab itu, kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut di masyarakat perlu ditingkatkan.
"Mari bersama-sama kita tingkatkan semangat kepedulian dan komitmen untuk melakukan gerakan nyata membangun kesehatan gigi," katanya.