Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/4022/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Penyakit Virus Nipah.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kemenkes RI, dr. Maxi Rein Rondonuwu, mengatakan penerbitan SE yang ditandatangani pada 25 September 2023 ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kewaspadaan bagi semua pemangku kepentingan terkait deteksi dini kasus penyakit virus nipah.
Hingga saat ini, belum ada kasus Virus Nipah di Indonesia, kendati demikian kewaspadaan di pintu negara tetap ditingkatkan.
"Mengingat letak geografis Indonesia berdekatan dengan negara yang melaporkan wabah, maka kemungkinan risiko penyebaran dapat terjadi," ujar Maxi, dilansir dari laman Kemenkes, Kamis (28/9/2023).
Baca Juga: Akan Jual Saham, OpenAI Sedang Melangkah untuk Meningkatkan Valuasi Perusahaan
"Meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara (bandara), dan pos lintas batas negara (PLBN), terutama yang berasal dari negara terjangkit," kata Maxi.
Selain itu, meningkatkan kewaspadaan dini dengan memantau kasus sindrom demam akut, yang disertai gejala pernapasan akut atau kejang atau penurunan kesadaran. Serta memiliki riwayat perjalanan dari daerah terjangkit.
Deteksi dan respons selanjutnya, dapat merujuk Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nipah Kemenkes.
Dinkes di daerah dan Fasyankes juga diminta untuk memantau dan melaporkan kasus yang ditemukan, sesuai dengan pedoman melalui laporan Surveilans Berbasis Kejadian/Event Based Surveillance (EBS), kepada Dirjen P2P. Termasuk juga mengirimkan spesimen kasus suspek, ke Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan d/h Laboratorium Prof. dr Srie Oemijati, untuk dilakukan pemeriksaan.
Untuk laporan penemuan kasus suspek/probable/konfirmasi dari fasyankes, kata Maxi, harus dilakukan investigasi dalam 1×24 jam termasuk pelacakan kontak erat.
Baca Juga: Seru Banget! Kursi KA Ekonomi New Generation Tidak Berhadapan dan Kaki Lebih Lega
Virus Nipah dan Tingkat Kematian Kasus
Virus Nipah dinamai berdasarkan nama desa di Malaysia, tempat virus ini kali pertama ditemukan pada 1999. Saat itu, kasus yang menewaskan lebih dari 100 orang itu ditemukan di kalangan peternak babi.
Kasus virus ini juga pernah ditemukan di Singapura, Bangladesh, dan secara berkala terdeteksi di India.
Infeksi virus Nipah pada manusia menyebabkan berbagai gambaran klinis, mulai dari infeksi tanpa gejala (subklinis) hingga infeksi saluran pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal.
WHO menyebut tingkat kematian kasus virus nipah diperkirakan mencapai 40% hingga 75%.
Baca Juga: Joule: Asisten AI Generatif Baru yang Dilansir SAP
"Angka ini dapat bervariasi berdasarkan wabah, tergantung pada kemampuan setempat dalam surveilans epidemiologi dan manajemen klinis," kata mereka.
Wilayah lain mungkin berisiko tertular termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand. Karena bukti virus telah ditemukan di reservoir alami yang diketahui (spesies kelelawar Pteropus) dan beberapa spesies kelelawar lainnya.
Sementara itu mengutip laporan BBC, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Litbang Veteriner–sekarang Pusat Riset Veteriner BRIN– dan dipublikasikan pada 2013, menemukan materi genetik virus tersebut di spesies kelelawar Pteropus vampyrus di Sumatera.
Materi genetik virus Nipah yang ditemukan di Sumatera sangat mirip dengan yang ditemukan di Malaysia. Sehingga ada kemungkinan kelelawar P. vampyrus yang membawa virus ini terbang melintasi perbatasan negara.
Sebelumnya, survei serologi terhadap 610 babi dan 99 kelelawar di Kalimantan Barat tidak menemukan paparan virus Nipah pada babi, namun menemukan antibodi virus Nipah pada 19% dari 84 sampel kelelawar P. vampyrus.
Baca Juga: King Raih Miliaran Dolar dari Candy Crush Saga
Gejala Terjangkit Virus Nipah
Dokumen WHO menjelaskan, infeksi virus nipah kepada manusia berkisar dari infeksi tanpa gejala, hingga infeksi saluran pernafasan akut (ringan, berat), dan ensefalitis yang fatal.
Masa inkubasi (interval dari infeksi hingga timbulnya gejala) diyakini berkisar antara 4 hingga 14 hari. Namun, masa inkubasi selama 45 hari telah dilaporkan.
Gejala berikutnya orang yang terinfeksi virus nipah antara lain sebagai berikut:
- demam,
- sakit kepala,
- mialgia (nyeri otot),
- muntah,
- sakit tenggorokan,
- pusing, mengantuk,
- perubahan kesadaran dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.
- beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atipikal, masalah pernafasan yang parah, termasuk gangguan pernafasan akut.
Catatan penting dari gejala infeksi virus nipah, ensefalitis dan kejang terjadi pada kasus yang parah, berkembang menjadi koma dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Kebanyakan orang yang selamat dari ensefalitis akut dapat sembuh total. Namun, kondisi neurologis jangka panjang juga dilaporkan terjadi pada mereka yang selamat.