Biasanya, kita menggunakan jarum untuk menjahit, sedangkan jenis jarum pentul akan kita pakai untuk menyematkan sesuatu pada kain atau benda lainnya.
Jarum memiliki ujung yang tajam dan bentuk yang tipis. Jika kita lengah sedikit saja, tusukan ujung jarum bisa melukai jari kita dan menyebabkan perdarahan. Hal itu menimbulkan rasa sakit di permukaan kulit kita.
Mengetahui kondisi ini, lantas bagaimana bila jarum tersebut bukan hanya melukai permukaan kulit kita? melainkan menusuk area sensitif pada tubuh kita: otak.
Kondisi ini terjadi kepada seorang perempuan berusia 80 tahun asal Rusia. Sejumlah media mengabarkan, perempuan yang tidak dikenal itu diketahui memiliki jarum sepanjang 3 cm yang tertancap di otaknya. Jarum itu ditemukan dokter yang menangani kesehatannya, lewat CT scan.
Menurut Departemen Kesehatan Rusia di Sakhalin, diyakini bahwa wanita tersebut adalah korban dari upaya pembunuhan bayi yang gagal oleh orang tuanya.
Baca Juga: East Ventures dan SV Investment Kolaborasi Kelola Dana Investasi untuk Kawasan Asia Tenggara
Baca Juga: 2.000 Unit All New Honda CR-V Dipesan, Paling Laris Model RS e:HEV
Pernyataan departemen, hal itu terkait dengan situasi masa Perang Dunia II.
"Kasus seperti ini selama bertahun-tahun kelaparan bukanlah hal yang jarang terjadi. Orang tuanya mungkin memutuskan untuk membunuh anak mereka selama Perang Dunia II karena dia telah hidup dengan jarum sepanjang 3cm 'sejak lahir'. Cara ini sering digunakan untuk menyembunyikan bukti kejahatan [lalu] bayinya meninggal," demikian pernyataan Departemen Kesehatan, yang dipublikasikan sejak 4 Oktober 2023 itu, kami kutip Sabtu (7/10/2023).
Tetapi ternyata, apa yang dilakukan sang orang tua pasien itu, tidak memberikan efek yang inginkan. Karena bayi perempuan tersebut selamat dari percobaan pembunuhan bayi.
Diketahui, Perang Dunia II telah menyebabkan kelaparan dan kemiskinan besar-besaran di seluruh Uni Soviet.
Sementara hasil CT scan mengungkap, jarum tersebut keberadaannya menembus lobus parietal kirinya, lansir kami dari The New York Post.
Dan meskipun memiliki jarum di otaknya, perempuan ini hanya sesekali mengeluh sakit kepala dalam beberapa tahun dan dekade berikutnya.
Baca Juga: Startup Akomodasi, Bobobox Buka Tiga Penginapan Bobocabin Baru di 3 Lokasi Ini
Baca Juga: UNESCO dan Belanda Berkolaborasi Susun Regulasi Pengawasan AI
Baca Juga: SmartTag2: Perangkat Pelacak yang Lebih Tangguh dari SmartTag, Jangkauan Bluetooth Sampai 120 Meter
Setelah mengetahui hasil CT scan, -mengingat risiko tinggi yang ada- dokter telah memutuskan untuk tidak mencabut jarum dari otak perempuan ini, karena takut hal itu dapat membahayakan pasien.
Pejabat kesehatan setempat menekankan, kesehatan wanita tersebut tidak dalam bahaya.
"Kondisinya dipantau oleh dokter perawatan primernya," bunyi pernyataan itu, seperti dilaporkan The Independent.
Otak merupakan pusat kendali semua alat tubuh, yang terletak di dalam rongga tengkorak (cranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Oleh karena itu, otak adalah alat tubuh yang sangat penting.
Bersama saraf tulang belakang, otak berperan sebagai pusat kendali tubuh dan menyusun sistem saraf pusat (SSP).
Baca Juga: AI Bakal Mengubah Keterampilan dan Menambah Jenis Lowongan Kerja
Baca Juga: Startup Teknologi Finansial Investree Indonesia Dapat Pendanaan Seri D, Total Rp3,6 Triliun
Sistem saraf inilah yang kemudian bekerja sama dengan sistem saraf tepi, untuk memberi kemampuan manusia dalam melakukan berbagai aktivitas; seperti berjalan, berbicara, bernapas, hingga makan dan minum.
Secara garis besar, otak dibagi menjadi tiga bagian utama, yakni otak besar, otak kecil dan batang otak.
Sementara itu, lobus parietal -area yang tertusuk jarum pada pasien di atas- terletak di belakang lobus frontal.
Merupakan bagian dari otak besar, lobus parietal berfungsi mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri, suhu, dan juga mengendalikan orientasi spasial atau pemahaman tentang ukuran, bentuk, dan arah.