Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) nonton bareng film Budi Pekerti, di CGV FX Sudirman Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Nobar itu diikuti dengan diskusi bersama pendidikan BK ke depannya.
Wregas Bhanuteja dan Dwi Sasono, sang sutradara dan salah satu pemeran dalam film Budi Pekerti, memberikan pengarahan bagi para guru yang hadir nobar.
Mereka mengungkap, salah satu alasan diproduksinya film Budi Pekerti adalah adanya keprihatinan terhadap maraknya hoaks. Selain itu, begitu mudahnya orang memberikan justifikasi kepada orang lain, padahal hanya dengan melihat potongan video yang hitungannya detik.
Baca Juga: Buat Para Gamer, 5 Tips dari Kaspersky Mencegah Serangan Siber Waktu Ngegame
Ketua Umum PB ABKIN, Prof. Farozin, yang ikut nonton bareng menilai film Budi Pekerti syarat makna. Film tersebut, mengisahkan sosok guru BK yang idealis dan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, berani menyuarakan, dan memperjuangkan kebenaran, meskipun tidak mudah dan mengeluarkan energi luar biasa.
"Film ini dibuat dengan hati dan berdasarkan fenomena yang sekarang ini marak terjadi," kata dia, dalam keterangannya, Rabu (22/11/2023).
"Film ini mewakili ribuan perasaan guru di Indonesia, termasuk guru BK yang ternyata tidak mudah memperjuangkan idealisme dan kebenaran. Apalagi jika dikaitkan dengan perlindungan profesi," tuturnya.
Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling Kabupaten Sleman, Eko Yulianto, menambahkan bahwa film ini juga membawa pesan beratnya peran guru BK, dalam mengembangkan karakter para siswa dan memajukan pendidikan di Indonesia. Terlebih di tengah pemahaman yang tidak tepat terhadap tupoksi guru BK di sekolah.
"Guru perlu menguatkan lagi positioning-nya," tegas Eko, dalam tanya jawab bersama Techverse.Asia,
Siswa sebagai manusia muda yang menuju pencarian jati diri tidak dipandang sebagai objek didik, tetapi subjek didik yang memiliki kontrol penuh terhadap dirinya, lanjut dia.
Baca Juga: Fintech SCF Bizhare Raih Pendanaan Lanjutan, Investor Lama Ikut Andil
Eko menambahkan, guru bukan lagi berperan sebagai orang yang menguasai penuh kendali terhadap siswa. Melainkan sebagai orang dewasa yang menuntun siswa menemukan diri, menuju kemandirian dan kebahagiaan, di masa sekarang dan yang akan datang.
"Lingkungan diciptakan sebagai kondisi yang menumbuhsuburkan potensi, bakat, minat siswa, sehingga berkembang optimal sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya," ungkapnya.
Di kesempatan sama, Eko juga membagikan pengalamannya mendidik anak dan bergulat dengan 'drama' yang disebabkan penggunaan perangkat teknologi.
Baca Juga: Canon Hadirkan Lensa Zoom Ultra-Wide RF10-20mm f/4L IS STM
"Ada semacam mispersepsi tentang policy yang kita ambil terkait kegiatan siswa," ucap guru Sekolah Menengah Atas 1 Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Kala itu, ada percakapan di grup WhatsApp panitia classmeeting siswa. Dalam percakapan tersebut, muncul kabar kalau sekolah melarang dilangsungkannya cabang olahraga tertentu.
"Padahal itu diskusi belum fiks," imbuh Eko.
"Lalu ada siswa yang sekadar 'curi dengar', mengekspos ke teman-temannya. Terjadilah 'protes massal' yang dilakukan anak-anak yang mispersepsi tadi," ungkap dia.
Setelah pihak guru menjelaskan, akhirnya permasalahan itu klir. Selain itu, protestan dan salah satu panitia yang WhatsApp-nya telah bocor, selanjutnya meminta maaf atas kejadian tersebut.
Menurut Eko, sebagai guru ia menilai film Budi Pekerti membawa nilai penting. Yakni, gadget sudah semakin sulit dilepaskan dari dunia anak.
Baca Juga: OpenAI Dekati CEO Anthropic untuk Gantikan Sam Altman, Tapi Ditolak
Ia menilai, dampak perangkat teknologi bagi generasi masa kini, bagaikan dua mata pisau, tergantung siapa dan bagaimana menggunakannya. Bila digunakan secara positif bisa memberikan dampak positif pula, demikian bila digunakan sebaliknya.
Budi Pekerti merupakan film bergenre drama yang mengisahkan tentang seorang guru Bimbingan Konseling (BK) bernama Bu Prani yang mendapat perundungan di dunia maya setelah videonya viral di internet. Video yang viral itu dinarasikan bahwa Bu Prani terlibat adu mulut dengan seorang pengunjung di pasar tradisional.
Baca Juga: HealthPro: Penyedia Tenaga Medis Profesional untuk Rumah Sakti atau Homecare
Video itu direkam oleh seorang pengunjung pasar lainnya lalu dia mengunggahnya di media sosial lantas menjadi viral dan banyak diperbicangkan banyak orang. Pasalnya, sikapnya yang seperti itu dinilai sama sekali tidak mencerminkan karakternya sebagai seorang pendidik.
Setelah videonya tersebar luas, bukan hanya Bu Prani saja yang mendapat kecaman, tapi juga anggota keluarganya. Bahkan Bu Prani terancam kehilangan pekerjaannya sebagai seorang guru BK.
Tidak berhenti di situ, warganet pun ramai-ramai mulai mencari latar belakang anggota keluarganya dan mencari-cari kesalahannya. Itu membuat hidup mereka menjadi tak nyaman dan selalu mendapat pandangan miring dari masyarakat serta publik.