Techverse.asia - Sejak tayang 4 Agustus 2022 kemarin, Pengabdi Setan 2: Communion sudah ditonton lebih dari dua juta orang. Film sekuel Pengabdi Setan garapan Joko Anwar ini dapat dikatakan sukses besar, berkaca dari tiket di sejumlah bioskop yang ludes terjual alias sold out.
Pengabdi Setan 2: Communion bercerita tentang Rini yang diperankan Tara Basro bersama kedua adiknya yaitu Bondi (Nasar Anuz), Toni (Endi Arfian), beserta sang ayahnya Bahri yang diperankan oleh Bront Palarae. Keluarga ini pindah ke sebuah rumah susun selama beberapa tahun karena telah berhasil menyelamatkan diri dari kejadian mengerikan yang membuat mereka kehilangan ibunya, yakni Mawarni (Ayu Laksmi), dan si bungsu Ian (Muhammad Adhiyat).
Baca Juga: Review Film Pengabdi Setan 2: Communion, Sosok Wartawan untuk Sampaikan Satire
Mereka percaya bahwa pindah ke rumah susun tersebut akan membawa kedamaian. Mereka juga yakin selamat karena banyak orang yang berada di rumah susun tersebut. Namun, mereka segera menyadari bahwa tinggal bersama banyak orang juga bisa sangat berbahaya jika tidak sangat mengenali siapa saja yang menjadi tetangga mereka.
Keganjilan mulai dirasakan pada suatu malam kala Rini dan anggota keluarganya mengalami gangguan supranatural. Setelah teror itu muncul, keluarga tersebut tidak bisa menyelamatkan diri.
Berikut sejumlah fakta-fakta tentang Film Pengabdi Setan 2: Communion
Habiskan Ratusan Ribu Liter Air
Dilansir Techverse.asia dari akun Twitter @jokoanwar, ia menyebutkan bahwa dibutuhkan sebanyak 30 mobil tangkir air atau sekitar 150 ribu liter air untuk menciptakan adegan banjir di lantai 1 rusun pengabdi setan 2. Dengan demikian, air yang menggenangi rusun adalah nyata bukan hasil CGI.
Topeng
Ratusan topeng dibuat untuk Pengabdi Setan 2: Communion dengan desain yang berbeda-beda. Ini disesuaikan dengan hierarki masing-masing dalam komuni Pengabdi Setan 2: Communion.
Lokasi Rusun
Bagi yang sudah menonton film tersebut tentu penasaran dengan letak lokasi rusun yang dipakai keluarga Suwono tinggal. Menurut Joko Anwar dalam konferensi pers di Episentrum XXI, Selasa (2/8/2022), dia bilang lokasinya terletak di Jakarta Timur.
Namun, belakangan terkuak bahwa lokasi rusun tidak berada di Jakarta Timur, melainkan di di belakang Pasar Sumber Arta, Bintara Jaya, Kabupaten Bekasi Barat, Jawa Barat. Rupanya, rusun tersebut ialah rumah susun sederhana milik (rusunami) yang sempat dicanangkan sebagai program 1.000 tower di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Saat itu, SBY dijadwalkan untuk merilis pembangunan 10 rusunami di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada 29 Maret 2009, untuk mengawali pembangunan 1.000 tower. Meskipun demikian, programnya gagal dengan banyak menyisakan bangunan rusun yang terbengkalai.
Cahaya Alami
Ketika syuting pasti membutuhkan pencahayaan yang bagus guna mendapat sinematografi yang apik, biasanya ditunjang dengan lampu-lampu. Namun, mantan wartawan Jakarta Post itu memilih untuk menggunakan pencahayaan alami ketimbang tipuan cahaya dari kamera yang dihasilkan dari lampu.
Itu karena ia ingin memberikan visual yang lebih jujur kepada penonton, sama seperti apa yang dialami para pemainnya ketika menghadapi teror makhluk tak kasat mata.
"Keadaan bener-bener gelap, kami mau bercerita lewat indra ketika menonton film. Karena kalau sekadar gambar enggak natural hanya mata yang diberikan sajian tapi indera kita merasa ditipu," ujar Joko Anwar.
Sosok Wina
Joko Anwar sempat kebingungan untuk menentukan siapa yang akan memerankan karakter Wina. Wina adalah seorang anak kecil yang juga tinggal di rusun tersebut.
Yang mendapatkan peran Wina adalah Nafiza Fatia Rani. Orang yang pertama kali merekomendasikan Nafiza untuk ikut casting menjadi Wina ialah Tara Basro.
Tara Basro mengaku tertarik dengan sosok Nafiza kala muncul dalam video klip Isyana Saraswati. Itu diketahui dalam cuplikannya bersama Luna Maya.
Era Eighties
Latar cerita Pengabdi Setan 2: Communion yaitu kondisi dan kejadian di tahun 80-an (eighties). Atau lebih tepatnya ketika rezim orde baru (orba) era Presiden Soeharto.
Joko mengatakan era tahun 80-an dipilih karena ada kaitannya erat dengan penembak misterius (petrus). Tidak hanya itu, angkutan umum yang sudah jadul pun makin menambah suasana tahun 80-an. Diakuinya bahwa sangat sulit untuk bisa mendapatkan bus bertingkat itu.
"Butuh (waktu) dua tahun buat nyarinya (bus tingkat). Itu nyarinya setengah mati," katanya.