Era komunikasi yang lekat dengan media sosial dan perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, membuat banyak orang sukar melepaskan diri dari gawai. Padahal peningkatan penggunaan gawai memberikan dampak buruk pada mata.
Coba kita ingat-ingat, siapa yang masih suka membiarkan anak, adik, keponakan, sepupunya melihat layar gawai dengan jarak sangat dekat bahkan kurang jengkal tangannya sendiri? Satu lagi, siapa yang kerap membiarkan anak-anak menatap layar komputer tanpa rehat? Beberapa kebiasaan itu meningkatkan potensi terjadinya gangguan pada mata anak-anak. Tidak percaya? Simak penjelasan profesor berikut
Ahli Kesehatan Mata RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, Prof Suhardjo mengatakan, data dari The International Agency for The Prevention of Blindness (IAPB) pada 2020 menyebutkan, 1,1 miliar orang di dunia memiliki gangguan penglihatan.
Diprediksi jumlah itu akan naik menjadi 1,7 miliar pada 2050 jika tidak ada upaya pencegahan. Sementara di Asia Tenggara, dilaporkan 13,9% dari penduduk memiliki gangguan penglihatan sedangkan 0,9% lainnya mengalami kebutaan.
Baca Juga: Penjelasan Dokter Tentang Retinopati Diabetika, Komplikasi Diabetes Yang Bisa Berujung Kebutaan
Suhardjo menyebut, salah satu masalah mata yang harus menjadi perhatian adalah rabun jauh atau myopia. Myopia merupakan suatu kelainan refraksi mata yang disebut juga dengan mata minus atau rabun jauh.
"Penderita myopia tidak mampu mencitrakan bayangan benda yang letaknya jauh tepat pada retina. Hal ini menyebabkan penderita myopia kesulitan saat melihat objek jauh, tetapi jelas saat melihat objek dekat," ungkapnya, lewat keterangan tertulis melalui RSUP Dr.Sardjito, dikutip pada Kamis (6/10/2022).
Kekinian, myopia kerap dialami oleh masyarakat yang berusia muda bahkan anak-anak. Dua kelompok usia ini, mulai harus mendapat perhatian khusus, karena menyumbang fenomena ledakan myopia. Ledakan jumlah penderita myopia juga terjadi karena munculnya pandemi Covid-19. Pandemi memaksa anak-anak dan remaja menjalankan pendidikan secara online. Sehingga membuat mereka lebih sering menatap layar gawai dan komputer.
Semakin Dini Terkena Myopia, Semakin Besar Risiko Terkena Komplikasi
Suhardjo menuturkan fakta menyakitkan, yakni bahwa semakin awal seorang anak terkena myopia, semakin besar risiko terjadinya komplikasi. Anak yang menderita myopia sebelum usia sembilan tahun disebut sebagai myopia dini.
Baca Juga: Tren Serba Digital Begini, Istirahatkan Mata Dengan Membaca Buku Cetak
Myopia dini ini memperbesar risiko seorang anak terkena myopia tinggi (lebih dari minus 5 dioptri).
“Myopia tinggi dapat berkembang menjadi komplikasi penyakit yang semakin berat lagi seperti glaukoma, ablasi retina, katarak, dan makulopati," tuturnya.
Selain itu, myopia dini yang tidak segera dikoreksi dengan tepat akan berisiko mengganggu perkembangan fungsi visual yang menyebabkan penderita mata malas, ambliopia.
Myopia Pada Anak Bisa Dicegah
Prof Suhardjo menjelaskan, dari seluruh penyebab gangguan penglihatan, 90% kejadian sesunguhnya bisa dicegah atau diobati. Oleh karena itu, pemeriksaan mata rutin telah terbukti dan menjadi kunci upaya pencegahan kebutaan. Memeriksa mata secara juga meminimalisasi masalah penglihatan yang terus berkembang.
Myopia merupakan salah satu kondisi penyakit mata yang dapat ditangani dengan berbagai pilihan terapi berupa kacamata, lensa kontak ataupun pembedahan laser refraksi.
Baca Juga: Punya Rencana Beli Kacamata Baru? Simak Tips Pilih-pilih Frame Berikut
"Sayangnya belum semua lapisan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan mata terutama, terkait koreksi kacamata yang menjadi pilihan utama pada penanganan gangguan refkraksi," sebut dokter yang juga menerima layanan kesehatan di RS Bethesda Yogyakarta ini.
Selain itu, Suhardjo menegaskan, langkah pencegahan myopia bukan hanya bisa dilakukan oleh tim kesehatan melainkan juga orang tua dan pemegang kebijakan.
Menunda timbulnya myopia atau memperlambat laju perkembangan myopia, akan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi dan dampak buruk yang lebih luas.
Perbanyak Anak Main Di Luar Ruangan
Sementara itu kepada laman Universitas Gadjah Mada, Suhardjo menyebutkan, berbagai studi menunjukkan ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mencegah anak terkena myopia di usia dini
- Ajak mereka beraktivitas di luar ruangan. Paparan sinar matahari (3,3 jam per hari) saat beraktivitas di luar ruangan, mengurangi risiko myopia.
- Berikan waktu pada anak untuk mengistirahatkan mata mereka dari aktivitas membaca selama sekitar lima hingga 10 menit, setiap 30 menit.
- Saat anak membaca, ajak mereka melakukannya di tempat yang memiliki penerangan cukup.
- Berolahraga setiap hari di ruang terbuka selama 30 - 60 menit. Beberapa data penelitian menunjukkan, kurangnya pergerakan setiap hari pada anak-anak memiliki risiko pertambahan ukuran kaca mata minus (myopia) lebih besar.
Ohiya, cegah anak untuk menatap layar gawai maupun komputer dari jarak yang terlalu dekat ya. Apalagi di ruangan yang gelap. Ajak anak menyayangi mata mereka sejak dini