Keseharian kita pasti sudah akrab dengan roti tawar. Dan setiap orang punya cara sendiri-sendiri dalam menikmati lembar demi lembar roti tawar. Ada yang membuatnya menjadi roti lapis, puding, setup, langsung disobek dan dicocol dengan minuman hangat favorit bahkan dimakan begitu saja.
Mengenai pilihan dalam memakan bagian pada roti tawar juga menimbulkan perdebatan tersendiri, karena lagi-lagi selera tiap orang tentunya berbeda-beda pula.
Ada yang menyukai pinggirannya yang berwarna gelap tetap ikut diolah, namun ada yang memisahkan pinggiran roti tawar dan hanya menyisakan area putih untuk dimakan. Alasannya mulai dari rasa pinggiran yang tidak enak, pahit, teksturnya sedikit lebih keras. Beberapa orang membuang pinggiran roti tawar dengan alasan tidak menarik dilihat.
Baca Juga: Perhatikan Kebiasaan Anak-anak Bersama Gawai Mereka, Hati-hati Myopia Dini
Selanjutnya, pinggiran-pinggiran terpisah tadi ada yang dibuang begitu saja, ada yang diolah kembali menjadi kudapan lain. Untuk opsi pertama, tentu kemudian menimbulkan sampah makanan atau food waste. Padahal menyia-nyiakan makanan bukan sesuatu yang baik. Ada banyak orang di luar sana yang justru membutuhkan makanan.
Membuang pinggiran roti tawar yang berwarna gelap bukan hanya dilakukan oleh konsumen rumahan. Melainkan juga usaha restoran dan hotel.
Namun kebiasaan ini mulai perlahan diubah oleh sebuah hotel di Jepang, yakni The Imperial Hotel Co Ltd. Pihak hotel menyadari bahwa banyak orang di negeri sakura itu menikmati shokupan dengan cara dipanggang menjadi roti lapis.
Roti shokupan dikenal memiliki warna putih yang empuk, lembut, dan kenyal karena dibuat dengan menambahkan susu dalam komposisinya. Dan kebiasaan membuang pinggiran roti tawar yang berwarna lebih gelap tersebut selalu mengakibatkan sisa makanan.
Hotel ini kemudian menjual sandwich dengan tepian shokupan yang dibiarkan begitu saja, tidak dipotong. Sandwich ini tersedia di Gargantua Delicatessen, toko roti mewah yang telah melayani tamu hotel dan masyarakat setempat sejak 1971.
Baca Juga: Robot Untuk jasa Pelayanan Di Hotel? Sepertinya Patut Dicoba
Dalam artikel Japan Today dijelaskan, Chef Sugimoto adalah seseorang yang secara aktif mempromosikan program berkelanjutan atau SDGs PBB melalui makanan.
Sugimoto bukan memikirkan cara untuk mendaur ulang kulit roti yang sudah dipotong. Tetapi ia memutuskan untuk mengembangkan roti dengan pinggiran yang tidak akan dibuang. Sugimoto membuat roti shokupan bertepian putih lewat uji coba trial and error selama sekitar enam bulan.
Ada teknik khusus yang Sugimoto terapkan, untuk memproduksi roti tanpa pinggiran yang akan terbuang itu.
Roti tersebut dipanggang perlahan pada suhu yang lebih rendah daripada roti shokupan konvensional. Konsep pembuatan seperti itu kemudian menghasilkan tekstur roti shokupan yang lebih lembab, lembut dan putih sampai ke bagian kulitnya.
Sandwich yang dibuat menggunakan roti shokupan Sugimoto ini sudah bisa dinikmati konsumen di hotel Imperial sejak 1 Oktober 2022. Sang koki ternyata bukan hanya membuat roti putih. Ia juga mengembangkan roti tawar kuning yang dibuat dengan campuran puree wortel. Roti kuning ini akan menyusul roti putih dan ditawarkan pula kepada pengunjung.
Baca Juga: Makanan, Mitos, Dan Malnutrisi Di Indonesia
Sementara itu, mengutip Grape Japan, perusahaan secara bertahap akan meningkatkan fasilitas produksi roti putih untuk memperluas penggunaan roti tersebut menjadi sandwich yang disajikan di restoran dan jamuan makan di The Imperial Hotel.
Sepertinya oke juga roti tawar ini diproduksi di Indonesia. Apakah kamu setuju?