Sejumlah wilayah di kawasan Asia dilanda gelombang panas (heat wave). Mulai dari Vietnam, Thailand, Myanmar, Bangladesh, hingga India.
Di Indonesia, suhu panas juga terasa dalam beberapa waktu terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, suhu maksimum tertinggi di Indonesia mencapai 37.0 derajat Celcius (per 27 April 2024). Sedangkan pada 2 Mei 2024, dilaporkan Stasiun Meteorologi Pangsuma, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, suhu maksimum tertinggi di Indonesia mencapai 36,1 derajat Celcius.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan bahwa fenomena suhu panas di Indonesia bukan gelombang panas.
"Fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu matahari pada April 2024 berada dekat sekitar khatulistiwa. Dan menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari," kata dia, seperti diakses dari CNBC, Sabtu (4/5/2024).
Baca Juga: Stüssy x Levi's Berkolaborasi, Hadirkan 4 Produk Koleksi Terbatas
Menghadapi cuaca panas seperti saat ini, perlu diikuti dengan sejumlah antisipasi, salah satunya mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung kafein, misalnya kopi.
Dokter spesialis penyakit dalam RS Cipto Mangunkusumo, dr. Faisal Parlindungan Sp.PD, menjelaskan bahwa kopi karena dapat meningkatkan risiko dehidrasi.
Kopi memiliki sifat diuretik, yang berarti dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil dan menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak cairan.
"Minum kopi dalam jumlah moderat umumnya tidak berbahaya bagi orang yang sehat," ujarnya, dikutip dari laporan Antara.
Namun perlu diingat, efek dehidrasi kopi bervariasi pada setiap orang. Faktor-faktor seperti jumlah kopi yang dikonsumsi, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi kesehatan individu dapat memengaruhi tingkat dehidrasi.
Faisal juga menjelaskan, dehidrasi akibat kopi tidak dirasakan langsung karena efeknya yang lebih halus dibandingkan dehidrasi karena diare atau muntah.
Baca Juga: Vivo T3 5G Resmi Dipasarkan di India, Begini Spesifikasi Lengkapnya
Baca Juga: Ini 4 Pembaruan Stiker Instagram dari Meta
Ia menyarankan, sebaiknya kita mengonsumsi banyak air putih untuk mengatasi dehidrasi derajat ringan saat musim panas, untuk menjaga kesehatan sesuai dengan aktivitas individu dan kondisi cuaca.
"Pada umumnya diperlukan minimal delapan gelas atau dua liter air putih per hari. Namun jika cuaca sangat panas dan pasien mengalami dehidrasi, mungkin perlu mengonsumsi air sampai 3 liter per hari (12 gelas)," tulis Faisal.
Selain cairan, konsumsi juga buah dan sayur yang kaya air seperti semangka, melon, bayam dan timun.
Sementara itu, agar tubuh siap menghadapi cuaca panas, Faisal menyarankan untuk mengenakan pakaian longgar, berwarna terang dan terbuat dari bahan yang menyerap keringat. Gunakan juga topi dan kacamata hitam untuk melindungi mata dari sinar matahari.
"Hindari aktivitas fisik di luar ruangan selama jam-jam terpanas hari itu. Gunakan sunscreen dengan SPF minimal 30, untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari," saran Faisal.
Baca Juga: Logitech G Merayakan 1 Dekade Mouse Gaming G502
Baca Juga: Meski Kita Memblokir Akun Tertentu, X Tetap Menampilkan Balasan Akun Tersebut di Kolom Komentar
Jika ingin beraktivitas di luar ruangan, usahakan keluar rumah pada pagi hari atau sore hari ketika cuaca lebih sejuk. Beristirahatlah di tempat yang teduh dan sejuk, jika perlu berenang atau mandi air dingin juga dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh.
Dari aspek lingkungan, Faisal memberi saran untuk menjaga ventilasi ruangan terbuka agar udara segar bisa masuk, gunakan kipas angin atau pendingin ruangan jika memungkinkan. Berikutnya, gunakan penutup jendela atau tirai untuk menghalangi sinar matahari masuk ke dalam ruangan.
Baca Juga: Meski Toko Online Menjamur, Orang Indonesia Masih Lebih Suka Belanja Offline
Faisal menambahkan, cuaca panas dapat berdampak lebih serius pada kesehatan orang-orang yang rentan seperti lansia, ibu hamil, dan anak-anak karena dehidrasi.
Dehidrasi ditandai dengan rasa haus, kulit terasa kering dan panas, keringat berlebih, pucat, rasa berdebar atau jantung berdetak lebih cepat. Selain itu, terjadi keram pada kaki atau perut, urine sedikit dan berwarna pekat.
"Jika tidak ditangani dapat mengakibatkan komplikasi seperti syok hipovolemik," kata Faisal.
Cuaca panas juga bisa menyebabkan heatstroke atau serangan panas bagi kelompok rentan. Heatstroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi ketika suhu tubuh naik di atas 40 derajat Celcius. Gejalanya meliputi kebingungan, kejang, dan kehilangan kesadaran.
Paparan panas yang berkepanjangan pada orang yang rentan juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ-organ vital, seperti jantung, ginjal, dan otak.
"Ibu hamil yang memiliki komplikasi kehamilan juga harus mencukupi kebutuhan cairannya agar tidak terjadi dehidrasi," tandasnya.