Baru-baru ini, Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia mengajukan kebaya sebagai warisan budaya ke Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO).
Pengajuan itu dilakukan dengan mekanisme didaftarkan bersama atau joint domination dengan negara ASEAN lainnya, antara lain Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
Perancang busana, Didiet Maulana, mengapresiasi hal itu dan menyebut pengajuan kebaya sebagai warisan budaya ke UNESCO dapat menjadi suatu kebanggaan bagi masyarakat Indonesia.
Menurut dia, usulan itu adalah salah satu bagian dari perjalanan budaya, karena kebaya menjadi salah satu busana nasional yang digunakan oleh wanita Indonesia.
"Apapun nanti hasilnya, kebaya akan selalu menjadi bagian dari busana kita. Itu tidak akan mengubah apapun, terutama kebanggaan kita berbusana dengan kebaya, dan justru akan semakin membuat anak-anak muda semakin bersemangat untuk mengenakan kebaya," kata dia, seperti dikutip dari laporan Antara, Kamis (9/5/2024).
Meski didaftarkan bersama dengan negara ASEAN lainnya, menjadikan kebaya sebagai warisan budaya UNESCO memberikan banyak manfaat positif, lanjut Didiet.
Baca Juga: Fitur Baru ChatGPT Bakal Jadi Saingan Google Search?
"Ini menurut aku merupakan satu perjalanan bersama-sama ya dan damai. Memang sekarang zamannya dunia memasuki era yang kolaboratif di mana semuanya juga memasuki kerja bersama-sama gitu," ujarnya.
Ia menambahkan sedikit pesan, khususnya bagi masyarakat yang menyukai modifikasi kebaya sebagai salah satu pilihan fesyennya. Didiet berharap, mereka dapat memahami sejarah dari busana nasional tersebut.
Hal itu diperlukan, agar esensi dari penggunaan kebaya dapat tetap terjaga meski sudah mendapatkan sentuhan moderenisasi.
"Ketika kita mau mendekonstruksinya sebaiknya kita harus tahu konstruksi asli kebaya itu seperti apa sih, dan seharusnya mengenakan kebaya itu juga memahami estetikanya seperti apa. Sehingga jangan sampe nanti pakai kebaya tapi kok terlalu seksi atau apa gitu," imbuhnya.
Hal ini disampaikannya sebagai pengingat bagi para generasi muda yang saat ini kembali menggandrungi berbusana dengan menggunakan kebaya.
Tak hanya digunakan di acara-acara formal, penggunaan kebaya oleh generasi muda sebagai busana juga kini kembali merambah di keseharian dan untuk acara-acara santai seperti untuk menonton konser.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Gandeng Google Cloud, Dukung Inovasi AI pada Layanan Kesehatan
Baca Juga: Terancam Diblokir, TikTok Resmi Gugat Pemerintah Amerika Serikat
Maka dari itu, sebelum generasi muda melakukan modifikasi pada kebaya yang disesuaikan dengan tren masa kini, mereka harus tetap bisa menyelami sejarah dari busana tersebut. Tujuannya agar generasi muda tetap bisa menjaga nilai dari kebaya sebagai warisan budaya nasional.
"Jadi kembalilah kepada akarnya, ketika mau mengenakan kebaya harus tahu kayak gimana makna pakai kebaya. Jangan sampai pakai kebaya tapi justru menodai makna kebaya itu sendiri," jelas dia.
Baca Juga: UMKM Specialty Coffee dari Bandung 'Gravfarm' Ikut Expo di Amerika Serikat
Diketahui, selain kebaya, Kemenko PMK mengajukan kesenian Reog asal Ponorogo, Jawa Timur dan alat musik tradisional Kolintang dari Sulawesi Utara sebagai warisan budaya UNESCO.
Untuk Kolintang juga dilakukan lewat metode pengajuan bersama dengan alat musik dari Afrika. Nantinya hasil pengajuan tersebut baru akan diketahui sekitar Agustus atau September 2024 menanti sidang UNESCO.
Sebelumnya, ada dua warisan budaya dari Indonesia yang telah diakui dan telah mendapatkan sertifikat dari UNESCO, yakni subjek pelestarian kawasan Sumbu Filosofis di Yogyakarta dan budaya sehat jamu.
Baca Juga: Google Larang Promosi Situs dan Aplikasi yang Hasilkan Konten Porno Deepfake
Sertifikat pertama diberikan atas penetapan Sumbu Filosofis Yogyakarta dan penanda bersejarahnya atau The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks sebagai Warisan Budaya Dunia pada 24 September 2023 dalam Sidang ke-45 di Riyadh, Arab Saudi.
Untuk sertifikat kedua atas penetapan Budaya Sehat Jamu atau Jamu Wellness Culture sebagai Warisan Budaya Tak benda UNESCO pada 6 Desember 2023 dalam Sidang ke-18 di Kasane, Botswana.