Techverse.asia - Isu lingkungan semakin hari semakin menjadi perhatian utama bagi banyak pihak. Pencemaran, perubahan iklim, dan degradasi ekosistem adalah beberapa contoh permasalahan yang dihadapi bumi kita saat ini.
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti penggunaan bahan kimia berbahaya, pembuangan sampah sembarangan, dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, menjadi faktor utama di balik kerusakan alam.
Dampak dari kerusakan tersebut pun sudah mulai terasa. Bencana alam seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan semakin sering terjadi. Kualitas udara dan air semakin menurun, yang berakibat pada kesehatan manusia dan hewan. Keanekaragaman hayati juga terancam, dengan banyak spesies flora dan fauna yang mendekati kepunahan.
Baca Juga: Adidas x KoRn Sudah Rilis: Ada Sepatu, Kaos Kaki, Shirt dan Pakaian Olahraga Bolak-Balik
Di tengah situasi yang mengkhawatirkan ini, berbagai upaya untuk mengatasi masalah alam mulai bermunculan. Salah satunya adalah inovasi yang dilakukan oleh dua remaja bernama Arvin Muhammad Harshal dan Faiq Farrasi Qiantori.
Dengan kreativitas yang dimiliki, dua siswa kelas X SMA Pribadi Bandung ini berhasil mengolah limbah kulit pepaya dan bonggol nanas menjadi deterjen yang efektif untuk mencuci pakaian serta ramah lingkungan. Ide ini muncul dari keprihatinan mereka akan efek samping dari deterjen biasa yang berpotensi menurunkan kualitas hidup manusia, lingkungan dan juga makhluk hidup lain yang terdampak.
Arvin dan Faiq menerangkan bahwa penggunaan deterjen konvensional yang tidak benar dan berlebihan dapat menimbulkan dampak yang kompleks meliputi pencemaran alam dan juga kesehatan, seperti iritasi, alergi dan juga gangguan pernafasan.
Baca Juga: Casio Rilis G-SHOCK x Surfrider Foundation dan Baby-G Two-Way
Selain itu, beberapa bahan kimia dalam deterjen bisa mencemari air dan berkontribusi pada masalah eutrofikasi yang dapat merugikan ekosistem perairan. “Dari hasil kajian yang kami lakukan, beberapa bahan yang terkandung dalam deterjen memiliki sifat toksisitas tinggi bagi organisme akuatik misalnya ikan dan invertebrata air,” kata Arvin kepada Techverse.asia, Jumat (17/5/2024).
Menurutnya, kebanyakan rumah tangga saat ini membuang limbah deterjen pada saluran yang biasanya bermuara ke sungai. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka di masa yang akan datang kestabilan ekosistem di sungai akan terganggu dan bisa jadi rusak
“Untuk itu kami coba mencari ide kira-kira apa yang bisa kami buat agar bisa mengatasi isu ini. Setelah kami teliti ternyata buah nanas dan juga pepaya bisa menjadi bahan alternatif untuk membuat deterjen yang lebih ramah lingkungan,” ujarnya.
Faiq mengungkapkan bahwa senyawa yang terkandung dalam buah nanas dan pepaya, yakni enzim bromelin dan papain, memiliki kemampuan unik untuk mengurai protein, lemak, dan kotoran yang menempel pada pakaian. “Enzim bromelin yang terdapat dalam nanas dan enzim papain dalam pepaya adalah enzim protease yang sangat efektif dalam menguraikan noda protein seperti darah, susu, dan telur,” jelas Faiq.
Baca Juga: Ramah Lingkungan, Outer Karya Mahasiswa UNY Ini Dibuat dari Bahan Alami
Faiq menerangkan, enzim-enzim ini juga mampu bekerja pada suhu rendah, yang berarti proses pencucian bisa dilakukan tanpa harus menggunakan air panas, sehingga lebih hemat energi. Kedua enzim ini juga biodegradable, yang berarti mereka mudah terurai secara hayati dan tidak meninggalkan residu berbahaya di lingkungan.
“Ini sangat berbeda dengan bahan kimia sintetis dalam deterjen konvensional yang sering kali sulit terurai dan berpotensi mencemari air,” sambungnya.
Berkat kegigihan dan kerja kerasnya, dua remaja ini pun diganjar penghargaan Bronze Medal dalam ajang International Science, Technology and Engineering Competition (ISTEC) 2024 yang digelar di Bali pada tanggal 2 Mei 2024 yang lalu.
“Kami berharap inovasi ini dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan menggunakan produk-produk yang lebih ramah lingkungan, kita semua bisa berkontribusi dalam mengurangi pencemaran dan menjaga ekosistem,” tambah Alvin.
Baca Juga: Mencuci Muka Tanpa Pakai Sabun, Aman?