Apa yang Terjadi Ketika Lalat Buah dan Tawon Diterbangkan ke Luar Angkasa?

Uli Febriarni
Jumat 31 Mei 2024, 20:06 WIB
Aktivitas penerbangan luar angkasa bisa merusak kekebalan tubuh lalat buah dan kemampuan reproduksi tawon. (Sumber: null)

Aktivitas penerbangan luar angkasa bisa merusak kekebalan tubuh lalat buah dan kemampuan reproduksi tawon. (Sumber: null)

Sebuah penelitian yang diungkap oleh The National Aeronautics and Space Administration (NASA) mendapati bahwa, aktivitas penerbangan luar angkasa bisa merusak kekebalan tubuh lalat buah dan kemampuan reproduksi tawon.

Seperti apa penjelasannya?

Meskipun telah dilakukan penelitian selama beberapa dekade terhadap lalat buah dan tawon, hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana sistem kekebalan mereka berinteraksi dengan parasit alami di luar angkasa.

Tawon parasitoid Drosophila memodifikasi fungsi sel darah untuk menekan kekebalan inang.

Dalam studi penerbangan luar angkasa ini (Laboratorium Lalat Buah-03 yang diterbangkan ke ISS dengan SpaceX-14 ), digunakan hewan uji coba lalat tanah dan ruang angkasa yang terparasit dari kontrol bebas tumor, serta strain mutan pembawa tumor darah. Ada juga lalat tanpa tumor yang ikut diuji.

Temuan utama dari riset ini, didapati bahwa lalat tanpa tumor lebih sensitif terhadap ruang dibandingkan lalat dengan tumor.

"Penerbangan luar angkasa meningkatkan aktivitas gen kekebalan tubuh dan membuat tumor tumbuh lebih banyak pada lalat. Tawon tetap berbahaya di luar angkasa, namun beberapa mengalami perubahan fisik yang diturunkan," ungkap penelitian yang kami kutip dari laman resmi badan tersebut, Jumat (31/5/2024).

Perubahan ini termasuk pada 'aurum' (perubahan warna dan urat sayap) dan 'kona' (perubahan bentuk sayap).

"Tawon betina dengan dua salinan mutasi kona tidak dapat bertelur karena organ bertelurnya rusak," lanjut laporan para ilmuwan.

Penelitian ini akan meningkatkan pengetahuan kita tentang bagaimana parasit dan inang berinteraksi.

Hasilnya menunjukkan, kita perlu mempelajari lebih banyak jenis organisme, termasuk tumbuhan dan parasit alaminya, di luar angkasa. Hal ini akan membantu kita mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana inang mempertahankan diri dan betapa berbahayanya parasit di luar angkasa, yang penting bagi kesehatan astronot.

Baca Juga: Maybelline New York Tunjuk Peggy Gou Jadi Duta Global Mereknya

NASA diketahui bukan saja meneliti mengenai pengaruh kehidupan luar angkasa kepada tawon dan lalat buah, seperti yang baru saja kita simak. Mereka juga pernah memaparkan mengenai pemahaman gravitasi.

Seperti kita pahami selama ini, gravitasi merupakan elemen penting yang mempengaruhi seluruh hal yang dilakukan manusia di bumi. Tapi, tak banyak yang mengetahui bahwa masih banyak hal yang belum dieksplorasi dari gravitasi seperti cara kerja dan pengaruh pada kehidupan.

NASA sempat melakukan eksperimen hidup tanpa gravitasi, untuk mengetahui akan menjadi seperti apa hidup tanpa gravitasi. Mengingat, para astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional hidup dalam gaya berat mikro, bukan gravitasi.

Baca Juga: AC Ventures Soroti Outlook Investasi Energi Surya di Asia

Baca Juga: Telkomsel x Crunchyroll: Hadirkan Paket Bundling untuk Streaming Anime

"Peneliti mengungkap dampak tinggal di luar angkasa pada otak astronot. Mereka menyebut terjadi perubahan pada ruang berisi cairan di sepanjang vena dan arteri di otak," demikian dikutip dari CNN.

Kesimpulan itu mereka ambil, berdasarkan penelitian ini melibatkan pemindaian otak pada 15 astronot sebelum dan setelah mereka tinggal di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Para peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik untuk mengukur ruang perivaskular, atau ruang di sekitar pembuluh darah di otak para astronot. Mereka juga mengukur MRI secara berkala pada satu, tiga dan enam bulan setelah mereka pulang ke bumi.

Baca Juga: Iklan Peluncuran Gim Squad Busters Bertabur Bintang

Hasil penelitian yang dipublikasikan Science Daily itu, menunjukkan adanya peningkatan ruang perivaskular di dalam otak astronot yang pertama kali tinggal di luar angkasa. Namun, tidak ada perbedaan pada otak astronot yang sebelumnya pernah bertugas di stasiun luar angkasa.

Asisten profesor pediatri (neurologi) di Oregon Health & Science University (OHSU) School of Medicine, Juan Piantino, mengatakan bahwa para peneliti tidak menemukan masalah pada keseimbangan atau ingatan visual yang mungkin menunjukkan penurunan kemampuan otak para astronot, meskipun ada perbedaan yang diukur dalam ruang perivaskular otak mereka.

Baca Juga: Penyebab Kulkas Dua Pintu Tidak Dingin

Baca Juga: Polytron Meluncurkan Kulkas Flex Up 5in1, Kapasitas Penyimpanan Lebih Luas

Sebuah studi sebelumnya pernah menjelaskan tentang perubahan jaringan otak dan volume cairannya otak astronot yang pulang dari luar angkasa. Jaringan dan volume cairan otak baru bisa pulih setelah satu tahun atau lebih.

Meski demikian, belum ada kepastian apakah perubahan pada ruang perivaskular akan secara langsung berdampak pada kesehatan astronot.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Lifestyle05 Oktober 2024, 14:27 WIB

26 Tahun Ke Depan, Ratusan Juta Anak dan Remaja di Dunia Diperkirakan Alami Rabun Jauh, Kenapa?

Wilayah Asia memiliki prevalensi miopia tertinggi, yakni dapat mencapai 69%.
Jumlah anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang mengalami rabun jauh akan mencapai lebih dari 740 juta, pada 2050 (Sumber: Siloam Hospital)
Lifestyle05 Oktober 2024, 12:44 WIB

DW-5600JAH24-4: Seri Terbatas G-SHOCK Spesial Kolaborasi dengan Jahan Loh

Jam tangan ini terbatas untuk Pasar Asia Tenggara, China, & Taiwan, bisa dibeli di toko resmi G-SHOCK Singapura.
Paket khusus G-Shock DW-5600JAH24-4 (Sumber: Casio)
Techno05 Oktober 2024, 11:49 WIB

Oura Ring 4, Diperkuat Smart Sensing dan AI

Cincin baru ini disertai platform penginderaan eksklusif untuk akurasi dan personalisasi terbaik di kelasnya, desain ramping, dan pengalaman aplikasi yang lebih baik.
Oura Ring 4 (Sumber: Oura)
Startup04 Oktober 2024, 17:52 WIB

Bootcamp IndoBisa 2024 Memasuki 2 Tahap Akhir, Bantu Siapkan Startup Bertemu Investor

IndoBisa 2024 adalah program yang digagas Kemenparekraf.
Peserta bootcamp IndoBisa 2024 di Kota Bekasi, Jawa Barat. (Sumber: Kemenparekraf)
Startup04 Oktober 2024, 17:21 WIB

Kisah Startup Gotong Royong Digital Kitabisa Ekspansi ke Sektor Asuransi

Asuransi Kitabisa kini juga sudah punya asuransi jiwa SalingJaga Keluarga.
Kitabisa. (Sumber: istimewa)
Lifestyle04 Oktober 2024, 16:51 WIB

Pink Floyd Menjual Hak Musik ke Sony Seharga Rp6 Triliun Lebih, Ada Apa?

Penjualan ini akhirnya bisa terwujud meski banyak terjadi perselisihan antar anggota band Pink Floyd.
Logo band Pink Floyd.
Lifestyle04 Oktober 2024, 16:05 WIB

Casio Perkenalkan G-SHOCK Analog Baru, Jam Tangan Chronograph dan Bezel Oktagonal

Model Full-Metal dengan Desain Seri 2100 yang Tipis dan Populer.
Casio G-SHOCK GMC-B2100. (Sumber: casio)
Automotive04 Oktober 2024, 15:43 WIB

Michelin Hadirkan 2 Ban Baru untuk Sepeda Motor, Cocok di Segala Cuaca

Ban ini terdiri dari Michelin Power 6 dan City Grip 2.
Michelin luncurkan dua ban motor City Grip 2 dan Power 6. (Sumber: Michelin)
Automotive04 Oktober 2024, 15:11 WIB

Memasuki Musim Penghujan, Mobil Listrik VinFast VF e34 Bisa Jadi Opsi

VF e34: Solusi Tantangan Perkotaan yang Andal dan Penuh Gaya.
VinFast VF e34. (Sumber: vinfast)
Automotive04 Oktober 2024, 14:48 WIB

Nissan Silvia S14 Berdesain Karakter Hai.Dudu x Vertex dan Tarmac Works Mejeng di IMX 2024

Kolaborasi Hai.Dudu serta Vertex Rilis Diecast Bersama Tarmac Works di pameran otomotif IMX 2024.
Mobil Nissan Silvia S14 yang dibalut karakter Hai.Dudu dengan desain Vertex. (Sumber: istimewa)