Pasar kosmetik dan perawatan pribadi (selfcare) halal global diperkirakan tumbuh sebesar USD 19,06 miliar (sekitar Rp310,4 miliar), mulai 2024 hingga 2028, ungkap riset Technavio.
Pasar ini diperkirakan tumbuh pada CAGR lebih dari 4,76% selama periode perkiraan, demikian dikutip pada Jumat (5/7/2024).
Baca Juga: Audi Hadrikan 2 SUV Baru: RS Q8 Baru dan RS Q8 Performance
Meningkatnya minat terhadap produk perawatan pribadi mendorong pertumbuhan pasar, dengan tren pertumbuhan penjualan eceran kosmetik dan produk selfcare halal secara daring.
Apa Itu Industri Kecantikan Halal?
Industri kosmetik dan selfcare halal merujuk pada segmen industri yang memproduksi dan mendistribusikan produk kosmetik dan perawatan pribadi yang mematuhi hukum Islam.
"Produk-produk ini bebas dari alkohol, turunan babi, dan bahan-bahan lain yang dilarang dalam Islam," lanjut laporan itu.
Pasar ini tumbuh karena meningkatnya kesadaran dan permintaan akan produk bersertifikat halal di antara konsumen muslim di seluruh dunia. Industri ini melayani berbagai kategori produk seperti perawatan kulit, tata rias, perawatan rambut, dan wewangian.
Permintaan akan kosmetik dan perawatan pribadi halal didorong oleh populasi muslim yang terus bertambah, dan preferensi mereka terhadap produk yang diproduksi secara etis dan bersertifikat.
Pasar ini juga menyaksikan inovasi dengan diperkenalkannya penawaran produk baru, dan desain kemasan yang memenuhi kepekaan budaya konsumen muslim.
Sementara itu, proses sertifikasi halal, memastikan keaslian dan kualitas produk-produk ini, menjadikannya pilihan yang lebih disukai bagi konsumen yang menghargai pertimbangan etika dan agama dalam keputusan pembelian mereka.
Tren utama di industri kosmetik yang satu ini, meliputi penggunaan bahan-bahan alami dan penerapan proses produksi yang etis. Kemudian, aturan dan regulasi memastikan kepatuhan terhadap hukum Islam.
Baca Juga: Pemerintah Jepang Menyatakan Tak Lagi Pakai Disket
Baca Juga: POCO Pad Dijual Seharga Rp3,9 Juta, Punya Kapasitas Baterai Jumbo
Perusahaan berfokus pada produksi pilihan berkualitas tinggi, terjangkau, dan mudah diakses bagi konsumen.
"Pasarnya global, dengan produsen di berbagai wilayah memasok produk ke basis pelanggan yang beragam. Konsumen mencari merek yang mengutamakan transparansi dan keaslian. Masa depan pasar ini tampak menjanjikan, dengan inovasi dan ekspansi yang terus diharapkan," kata tim riset Technavio.
Para pelaku utama pasar kosmetik halal ini meliputi Amara Beauty, Clara International Beauty Group, Claudia Nour Cosmetics, Ecotrail Personal Care Pvt. Ltd., Halal Beauty Inc., INGLOT Cosmetics, INIKA Organic, Ivy Beauty Corp. Sdn Bhd, LENA BEAUTY Ltd., Martha Tilaar group. Ada juga Nurraysa Global Sdn Bhd, OnePure LLC, PHB Ethical Beauty Ltd., PT Martina Berto Tbk, PT Paragon Technology and Innovation, Saaf Beauty, SAFI, Sampure Minerals, SO.LEK Cosmetics, dan Talent Cosmetics Co. Ltd.
Penjualan Daring Masih Memimpin
Pasar kosmetik dan perawatan pribadi halal mengalami pertumbuhan substansial didukung pula oleh semakin populernya penjualan daring. Tren ini didorong oleh meluasnya penggunaan internet dan gawai pintar, yang memungkinkan pelanggan berbelanja dengan nyaman dari rumah.
Belanja daring menawarkan berbagai keuntungan seperti pembayaran di tempat, beragam produk, pengiriman gratis ke rumah, dan diskon.
Penjualan eceran omnichannel, yang menggabungkan saluran daring dan luring, juga semakin diminati.
"Pandemi Covid-19 dan munculnya pelaku e-commerce D2C global semakin memacu pertumbuhan pasar. Vendor dapat menghemat biaya operasional dan menjangkau basis pelanggan yang lebih besar melalui distribusi daring," ulas laporan itu.
Baca Juga: Param Kocok Bisa Jadi Alternatif Mengatasi Radang Sendi
Baca Juga: Sharp Purefit Mini Series, Kecil-Kecil Jago Lawan Udara Kotor
Tantangan Bisnis Kosmetik Halal
Ada beberapa tantangan yang ditemui oleh pelaku bisnis kosmetik halal. Apa saja tantangannya?
Pertama, peningkatan biaya produksi. Di pasar kosmetik dan perawatan pribadi halal, bahan-bahan alami dan sertifikasi yang mahal menyebabkan peningkatan biaya produksi.
Bahan-bahan yang dibudidayakan dan sertifikasi halal diprioritaskan daripada alternatif yang lebih murah. Ini mengakibatkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.
"Faktor-faktor ini memerlukan investasi besar dari vendor," demikian analisis tim riset ini.
Kedua, proses produksi kosmetik dan selfcare halal harus mematuhi hukum Islam yang ketat, memastikan semua bahan bersertifikat halal.
"Peraturan bervariasi di setiap negara, sehingga sulit untuk mematuhinya," ungkap Technavio.
Mendapatkan bahan baku bisa jadi sulit karena ketersediaan terbatas dan biaya tinggi. Pemasaran dan distribusi juga menjadi tantangan, karena edukasi dan kesadaran konsumen tentang sertifikasi halal sangat penting.
Ketiga, ancaman produk palsu yang bisa menjatuhkan reputasi industri.
Dalam hal ini, produsen harus berinvestasi dalam manajemen rantai pasokan dan sistem kendali mutu yang kuat untuk mengurangi risiko ini. Gangguan rantai pasokan merupakan tantangan yang membutuhkan solusi logistik yang kuat.
"Meskipun menghadapi tantangan ini, pasar kosmetik dan perawatan pribadi halal terus tumbuh, didorong oleh meningkatnya permintaan konsumen akan produk yang etis dan autentik," tulis laporan riset.
Baca Juga: DJI Amflow: Sepeda Gunung Bertenaga Listrik dengan Sistem Penggerak Avinox
Terus berkembang, perluasan pasar kosmetik dan perawatan pribadi halal didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen, serta permintaan akan produk yang autentik dan bersumber secara etis.
"Perusahaan yang berinvestasi dalam kosmetik halal dapat memanfaatkan basis pelanggan yang beragam dan loyal," sebut riset.