Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berupaya mewujudkan kampus hijau dan berkelanjutan, dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan Festival Eco Enzyme 2024.
Festival Eco Enzyme merupakan salah satu agenda dalam memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk kategori 'Penuangan Cairan Eco Enzyme Oleh Perguruan Tinggi Terbanyak di Indonesia'. Kegiatan tersebut digelar di depan halaman Fakultas Kedokteran UNISA, Senin (12/8/2024).
Kegiatan itu dilakukan dengan cara menuangkan ratusan botol berisi cairan eco enzyme di sejumlah titik, yang berpotensi menjadi area cemaran sampah.
Untuk diketahui, eco enzyme merupakan produk fermentasi dari limbah organik dapur seperti sisa buah dan sayuran yang memiliki banyak manfaat, di antaranya sebagai pupuk organik, pembersih alami, dan pengurai limbah organik.
Dengan memanfaatkan eco enzyme, UNISA Yogyakarta turut berkontribusi dalam mengurangi timbunan sampah organik dan menjaga kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Sukses Jual Polis di Thailand dan Vietnam, PasarPolis akan Ekspansi ke Singapura
Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya sebatas mengejar rekor, tetapi juga merupakan bentuk komitmen UNISA untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan.
"Darurat sampah menjadi masalah serius di Yogyakarta. Melalui Festival Eco Enzyme ini, kami ingin menunjukkan bahwa UNISA serius dalam mengatasi masalah lingkungan dan mewujudkan kampus hijau," ujarnya, dalam pernyataan pers, dikutip Techverse.Asia, Selasa (13/8/2024).
Kegiatan ini sejalan dengan upaya UNISA dalam meraih peringkat yang lebih baik dalam UI GreenMetric World University Rankings. UI GreenMetric merupakan sebuah pemeringkatan perguruan tinggi di dunia berdasarkan kinerja lingkungannya.
Dengan berbagai inisiatif seperti pembuatan eco enzyme, UNISA terus berupaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan kampus dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Baca Juga: Monitor Gaming LG UltraGear GS60QC, Janjikan Optimasi Kualitas Gambar dan Refresh Rate Lebih Tinggi
Baca Juga: KCI Luncurkan Kartu Multi Trip BT21
Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional yang dipublikasikan oleh Kementerian Lingkunan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, mendapati bahwa terhitung pada 2023 dari 308 Kabupaten/Kota se-Indonesia, muncul lebih dari 34,5 juta ton timbulan per tahun dengan pengurangan 14,35% atau 4,9 juta ton per tahun. Data lainnya, ada 17,06 juta ton sampah tertangani per tahunnya. Selain itu, ada 22 juta juta ton sampah terkelola dan 12,5 juta ton sampah tidak terkelola tiap tahunnya.
Dari jumlah itu diketahui, sebanyak 40,3% di antara sampah terdata berupa sampah rumah tangga, dengan 51,1% jumlah tersbeut berasal dari rumah tangga. Disusul dengan sampah plastik yang mengambil persentase 19,5% dengan sumber terbanyak dari pusat perniagaan.
Sampah organik yang ada di rumah memiliki banyak manfaat apabila diolah dengan cara yang tepat. Selain menjadi pupuk kompos, sisa sampah organik bisa dibuat jadi eco enzyme. Dengan membuat eco enzyme kita dapat mengolah sampah organik dan berpartisipasi mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir.
Baca Juga: TikTok Rilis Spotlight, Mempermudah Identifikasi Film dan Acara TV
Menyadur laman Zero Waste Indonesia, eco enzyme atau dikenal juga enzim sampah, kali pertama diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand.
Enzim dari sampah organik ini adalah salah satu cara manajemen sampah, yang memanfaatkan sisa-sisa dapur, untuk sesuatu yang sangat bermanfaat.
Eco enzyme berasal dari hasil fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.
Eco enzyme ini sangat ramah lingkungan juga mudah dibuat dan digunakan. Pembuatan eco enzyme hanya membutuhkan air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organik.
Eco Enzyme bisa menjadi cairan multiguna dan aplikasinya meliputi rumah tangga, misalnya menjadi pembersih rumah, maupun sebagai pupuk alami dan pestisidia yang efektif, pertanian dan juga peternakan. Jadi pada dasarnya, eco enzyme mempercepat reaksi bio-kimia di alam untuk menghasilkan enzim yang berguna menggunakan sampah buah atau sayuran.
Karena alami dan bebas dari campuran zat kimia, eco enzyme mudah terurai serta tidak berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Bahkan kandungan probiotik dalam eco enzyme disebut-sebut bermanfaat untuk kesehatan kulit.
Melansir dari laman Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pembuatan eco enzyme dilakukan dengan rumus 1:3:10, yakni 1 bagian gula merah/molase, 3 bagian sampah organik (kulit buah/sayur yang tidak keras, tidak berlemak, tidak bergetah dan tidak busuk), dan 10 bagian air.