Katarak merupakan gangguan pada mata yang bisa mengakibatkan kebutaan. Operasi fakoemulsifikasi menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kualitas pengelihatan pasien katarak. Pada operasi ini, dilakukan tindakan pengangkatan lensa mata dan menggantikannya dengan lensa buatan yang disebut dengan pseudofakia atau lensa intraokular.
Abrasi optikal menjadi salah satu penyebab yang menyebabkan terganggunya kualitas penglihatan pada pasien pseudofakia. Beberapa komponen optikal yang mempengaruhi kejadian abrasi optikal maupun higher order aberration (HOA) antara lain lapisan air mata, asferisitas kornea, diameter pupil, sudut kappa, posisi IOL, panjang aksis bola mata dan usia.
Namun, sejauh ini belum ada penelitian yang membandingkan komponen optikal yang paling berpengaruh terhadap kualitas penglihatan pasien pseudofakia pada populasi usia tua di Indonesia.
Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada dr. Johan A. Hutauruk, Sp. M(K), kemudian memutuskan untuk meneliti kualitas pengelihatan pasien pseudofakia.
Sependek yang Johan ketahui, pasien pseudofakia dengan visus 6/6 dengan Kartu Snellen masih sering mengeluh bahwa kualitas penglihatannya tidak baik.
"Hal ini menunjukkan bahwa, pemeriksaan visus dengan kartu Snellen tidak bisa mendeteksi adanya ganggguan penglihatan yang dikeluhkan pasien," kata dia, di sela ujian doktoralnya, Senin (24/10/2022)
Johan ingin mengetahui perbedaan kualitas penglihatan pasien katarak yang sudah dioperasi penggantian lensa dan kualitas penglihatan orang normal (tidak memiliki katarak) yang berusia muda.
"Dibandingkan dengan pasien usia muda normal, diketahui bahwa lapisan air mata dengan nilai non-invasive keratographic tear film break-up time (NIKBUT) yang rendah pada kelompok pseudofakia mempengaruhi gangguan kualitas penglihatan secara subjektif," terangnya.
Lapisan air mata sangat penting untuk kualitas penglihatan yang baik, mata kering berhubungan dengan iregularitas permukaan kornea.
Temuan lain menunjukkan, kualitas penglihatan kelompok pseudofakia mendapatkan nilai point spread function (PSF) yang sama baiknya dengan kelompok kontrol. Hal ini dikompensasi dengan diameter pupil mesopik dan fotopik yang lebih kecil pada kelompok pseudofakia yang membantu mengurangi PSF pada pupil kecil.
“Ini menjadi solusi alamiah untuk mengurangi keluhan penglihatan pada usia tua,” jelasnya.
Apa Itu Katarak?
Katarak adalah proses degeneratif berupa kekeruhan di lensa bola mata. Sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan penglihatan sampai kebutaan.
Laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengungkap, kekeruhan yang terjadi pada mata penderita katarak disebabkan oleh terjadinya reaksi biokimia yang menyebabkan koagulasi protein lensa.
Apa Saja Gejala Katarak?
Berbagai sumber menyebut, katarak terjadi secara perlahan. Awalnya, kekeruhan pada lensa hanya terlihat tipis sampai-sampai penderitanya tidak menyadari itu. Semakin lama, lapisan katarak akan menebal, baru kemudian menimbulkan keluhan.
Saat mengalami katarak, penderitanya akan mengalami rasa tidak nyaman, seperti penglihatan kabur atau berkabut; silau jika melihat cahaya yang terang; sulit melihat jelas pada malam hari; bila menggunakan kacamata, maka ukurannya akan sering berubah serta beberapa gejala lain.
Apa Penyebab Katarak?
Katarak bisa disebabkan karena kongenital (bawaan lahir) dan katarak senilis (proses penuaan).
Katarak kongenital dikaitkan dengan ibu yang terinfeksi campak dan rubella saat mengandung. Namun, dapat juga disebabkan oleh keturunan, infeksi, masalah metabolik, diabetes, reaksi obat, dan lainnya.
Katarak yang disebabkan oleh proses penuaan (Katarak Senilis), terjadi akibat perubahan protein pada lensa. Perubahan komposisi serta jumlah protein pada lensa inilah yang menyebabkan kekeruhan pada lensa dan mengurangi cahaya yang masuk ke retina.