26 Tahun Ke Depan, Ratusan Juta Anak dan Remaja di Dunia Diperkirakan Alami Rabun Jauh, Kenapa?

Uli Febriarni
Sabtu 05 Oktober 2024, 14:27 WIB
Jumlah anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang mengalami rabun jauh akan mencapai lebih dari 740 juta, pada 2050 (Sumber: Siloam Hospital)

Jumlah anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang mengalami rabun jauh akan mencapai lebih dari 740 juta, pada 2050 (Sumber: Siloam Hospital)

Lebih dari 740 juta anak muda di dunia, diprediksi mengalami rabun mata pada 2050, menurut analisis komprehensif baru yang meneliti prevalensi gangguan mata tersebut.

Para penulis studi mengatakan bahwa, miopia -kondisi saat orang mengalami kesulitan melihat objek dari jarak jauh- telah meningkat secara bertahap sejak 1990.

"Dari yang awalnya sekitar seperempat jumlah anak-anak dan remaja menjadi sepertiga, sehingga membuat prevalensi globalnya saat ini cukup besar," ungkap laman Euronews yang menukil penelitian itu, diakses Sabtu (5/10/2024).

Diterbitkan dalam British Journal of Ophthalmology, penelitian ini menganalisis terhadap 311 studi yang melibatkan lebih dari 5,4 juta partisipan dari 50 negara.

Dipimpin oleh para peneliti di Universitas Sun Yat-Sen di Guangzhou, China, menduga ada peningkatan 9% dalam prevalensi miopia global antara 2023 dan 2050. Prevalensi tersebut diperkirakan akan lebih tinggi di kalangan remaja berusia 13 hingga 19 tahun dibandingkan dengan anak-anak berusia 6 hingga 12 tahun, kata para penulis.

Baca Juga: DW-5600JAH24-4: Seri Terbatas G-SHOCK Spesial Kolaborasi dengan Jahan Loh

semangka merupakan salah satu buah yang baik dikonsumsi untuk menjaga kesehatan mata (sumber: Pixabay)

Seorang profesor ilmu saraf retina di University College London, Omar Mahroo, menyatakan bahwa meskipun kacamata dapat mengoreksi rabun jauh, peningkatan miopia tetap meningkatkan risiko komplikasi yang mengancam penglihatan, termasuk ablasi retina dan degenerasi makula miopia.

"Komplikasi ini dapat menyebabkan hilangnya penglihatan yang tidak dapat dipulihkan. Oleh karena itu, memahami penyebab miopia dan cara mencegahnya menjadi hal yang penting dalam konteks kesehatan masyarakat," tegasnya.

Baca Juga: Oura Ring 4, Diperkuat Smart Sensing dan AI

Secara global, analisis baru menemukan perbedaan regional yang besar dalam prevalensi miopia di negara-negara yang termasuk dalam penelitian, dengan tertinggi di Jepang dan terendah di Paraguay.

Meskipun tidak diketahui apa yang menyebabkan miopia, ada beberapa faktor risiko dan analisis yang menjelaskan alasan orang yang tinggal di Asia Timur; di daerah perkotaan dan perempuan lebih mungkin menderita miopia.

"Selain itu, lebih sedikit waktu yang dihabiskan di luar ruangan dan lebih banyak 'pekerjaan jarak dekat,' yang mengharuskan fokus pada objek yang dekat dengan wajah Anda seperti layar atau membaca, juga dapat berkontribusi," ungkap studi itu.

Studi baru menemukan, Asia memiliki prevalensi miopia tertinggi di kawasan tersebut, tujuh kali lebih tinggi daripada prevalensi di Afrika. Prevalensi regional di Asia dapat mencapai 69 persen pada 2050.

Tampaknya populasi, khususnya Asia Timur dan Selatan, yang telah mengalami transisi ekonomi yang cepat, juga mengalami transisi miopik yang paling cepat.

Baca Juga: Bootcamp IndoBisa 2024 Memasuki 2 Tahap Akhir, Bantu Siapkan Startup Bertemu Investor

Baca Juga: Pink Floyd Menjual Hak Musik ke Sony Seharga Rp6 Triliun Lebih, Ada Apa?

Sementara itu, konsultan dokter spesialis mata anak di Moorfields Eye Hospital Dubai, Imran Jawaid, menyebut prediksi ini sangat mengkhawatirkan dan sejalan dengan data yang ditemukan oleh penelitian sebelumnya.

Imran mengatakan, dulu miopia dianggap sebagai suatu gangguan dan bukan penyakit mata, dan ada risiko komplikasi yang diketahui di kemudian hari.

Namun kekhawatiran mengenai prevalensi miopia pada anak-anak dan remaja adalah: jika kita mengalami miopia di usia muda, kita akan memiliki periode lebih panjang dalam pertumbuhan mata, kita akan berakhir dengan kondisi lebih miopia (miopia lebih parah).

Itu berarti, anak-anak yang lebih muda mungkin memiliki risiko tertinggi untuk mengalami komplikasi.

Meskipun prevalensinya lebih tinggi di kalangan remaja, penelitian tersebut secara khusus mendapati, pertumbuhan miopia di kalangan anak-anak selama tiga dekade terakhir hampir dua kali lipat dari remaja.

Baca Juga: Casio Perkenalkan G-SHOCK Analog Baru, Jam Tangan Chronograph dan Bezel Oktagonal

Selanjutnya Imran Jawaid menyebut, ada beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah miopia pada anak dan remaja, antara lain:

  • Bekerja pada jarak 30 cm dari buku atau layar,

  • Menghabiskan waktu lebih banyak di luar ruangan,

    "Kami selalu menganjurkan anak-anak untuk menghabiskan waktu di luar ruangan. Setidaknya satu jam, mungkin dua jam sehari pada usia prasekolah. Karena kami tahu hal itu terkait dengan berkurangnya tingkat atau kejadian miopia," katanya.

  • Meningkatkan aktivitas fisik,

  • Mengurangi waktu menonton TV, bermain gim komputer, dan mengakses internet,

  • Pihak berwenang (seperti dinas pendidikan, sekolah, lembaga pendidikan terkait), mengurangi beban pekerjaan rumah bagi anak dan remaja.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Lifestyle05 Oktober 2024, 15:41 WIB

COSRX The Alpha-Arbutin 2 Skin Discoloration Serum: Mencerahkan Area Gelap Sekaligus Melembutkan & Melembabkannya

Meski bekerja secara lembut pada kulit, COSRX The Alpha-Arbutin 2 Skin Discoloration Serum dibuat dengan formulasi yang kuat.
The Alpha-Arbutin 2 Skin Discoloration Serum (Sumber: COSRX)
Lifestyle05 Oktober 2024, 15:01 WIB

Adeola Pouch, Karya Manis dari KLAMBY x Setali Indonesia untuk Alam Lebih Lestari

Adeola Pouch adalah produk bermanfaat & simbol dukungan terhadap gerakan pelestarian lingkungan serta pemberdayaan perempuan.
Acara membuat karya dari bahan daur ulang KLAMBY x Setali Indonesia (Sumber: KLAMBY)
Lifestyle05 Oktober 2024, 14:27 WIB

26 Tahun Ke Depan, Ratusan Juta Anak dan Remaja di Dunia Diperkirakan Alami Rabun Jauh, Kenapa?

Wilayah Asia memiliki prevalensi miopia tertinggi, yakni dapat mencapai 69%.
Jumlah anak-anak dan remaja di seluruh dunia yang mengalami rabun jauh akan mencapai lebih dari 740 juta, pada 2050 (Sumber: Siloam Hospital)
Lifestyle05 Oktober 2024, 12:44 WIB

DW-5600JAH24-4: Seri Terbatas G-SHOCK Spesial Kolaborasi dengan Jahan Loh

Jam tangan ini terbatas untuk Pasar Asia Tenggara, China, & Taiwan, bisa dibeli di toko resmi G-SHOCK Singapura.
Paket khusus G-Shock DW-5600JAH24-4 (Sumber: Casio)
Techno05 Oktober 2024, 11:49 WIB

Oura Ring 4, Diperkuat Smart Sensing dan AI

Cincin baru ini disertai platform penginderaan eksklusif untuk akurasi dan personalisasi terbaik di kelasnya, desain ramping, dan pengalaman aplikasi yang lebih baik.
Oura Ring 4 (Sumber: Oura)
Startup04 Oktober 2024, 17:52 WIB

Bootcamp IndoBisa 2024 Memasuki 2 Tahap Akhir, Bantu Siapkan Startup Bertemu Investor

IndoBisa 2024 adalah program yang digagas Kemenparekraf.
Peserta bootcamp IndoBisa 2024 di Kota Bekasi, Jawa Barat. (Sumber: Kemenparekraf)
Startup04 Oktober 2024, 17:21 WIB

Kisah Startup Gotong Royong Digital Kitabisa Ekspansi ke Sektor Asuransi

Asuransi Kitabisa kini juga sudah punya asuransi jiwa SalingJaga Keluarga.
Kitabisa. (Sumber: istimewa)
Lifestyle04 Oktober 2024, 16:51 WIB

Pink Floyd Menjual Hak Musik ke Sony Seharga Rp6 Triliun Lebih, Ada Apa?

Penjualan ini akhirnya bisa terwujud meski banyak terjadi perselisihan antar anggota band Pink Floyd.
Logo band Pink Floyd.
Lifestyle04 Oktober 2024, 16:05 WIB

Casio Perkenalkan G-SHOCK Analog Baru, Jam Tangan Chronograph dan Bezel Oktagonal

Model Full-Metal dengan Desain Seri 2100 yang Tipis dan Populer.
Casio G-SHOCK GMC-B2100. (Sumber: casio)
Automotive04 Oktober 2024, 15:43 WIB

Michelin Hadirkan 2 Ban Baru untuk Sepeda Motor, Cocok di Segala Cuaca

Ban ini terdiri dari Michelin Power 6 dan City Grip 2.
Michelin luncurkan dua ban motor City Grip 2 dan Power 6. (Sumber: Michelin)