Satu pasien anak, yang dikelola dan dirawat sebagai pasien gagal ginjal akut oleh Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut RSUP Dr Sardjito, meninggal dunia. Akan tetapi, pihak dokter dari rumah sakit setempat memastikan bahwa, pasien anak yang meninggal dunia itu bukan dikarenakan gagal ginjal akut pada anak (GGAPA).
Anggota Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut RSUP Dr Sardjito, dr. Retno Palupi,M.Med.Sc.,M.Epid.,M.Sc.,SpA(K). mengatakan, pasien anak yang berasal dari Jakarta itu dinyatakan meninggal dunia pada 19 Oktober 2022. Anak tersebut merupakan santri di salah satu pesantren di Purworejo, Jawa Tengah.
"Pasien yang meninggal terakhir karena kekebalan tubuhnya turun, ada penyakit yang mendasarinya. Bukan gagal ginjal akut, tapi kemungkinan lupus atau autoimun setelah melihat perjalanan penyakitnya," terangnya, dalam keterangan tertulis, dikutip pada Rabu (26/10/2022).
Eno, panggilan akrabnya, menyebut bahwa dilihat dari riwayat kesehatan, pasien anak tersebut sempat meminum obat batuk pilek dalam bentuk tablet. Dan dalam pemeriksaan selama beberapa pekan terakhir, tim dokter tidak menjumpai indikasi penyakit gagal ginjal akut, meski saat masuk dalam kondisi darurat.
"Jadi, dari sebanyak 13 pasien yang kami tangani, 12 di antaranya memang dinyatakan gagal ginjal akut, satu pasien lain karena autoimun," ujarnya.
Selain satu pasien meninggal dunia itu, ada empat pasien lain dinyatakan sembuh. Empat pasien tersebut sudah dinyatakan tidak perlu rawat inap dan bisa pulang untuk rawat jalan.
Dari empat anak yang dinyatakan sembuh tersebut, dua anak berasal dari DIY dinyatakan bebas dari hemodialisa atau cuci darah. Sementara itu dua pasien anak lain berasal dari luar DIY.
Satu anak berusia 13 tahun dari Purworejo dalam kondisi stabil dan bebas cuci darah. Dan masih ada satu pasien anak dari Jawa Tengah berusia 1 tahun menjalani cuci darah dengan rawat jalan.
"Dua pasien lainnya masih harus dirawat, namun sekarang sudah di bangsal biasa dengan tindakan medis satu anak menjalani CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis atau rawat jalan terus menerus) dan satu anak menjalani hemodialisa," lanjut Eno.
Selain Eno, anggota Tim Medis Penanganan Gagal Ginjal Akut yang lain, yakni Dokter Nefrologi Anak RSUP Dr Sardjito, dr. Kristia Hermawan M.Kes. Sp.A. turut memberikan pemaparan.
Kristia menerangkan, dari 13 pasien gagal ginjal akut yang dirawat di RS tersebut, delapan di antaranya sama sekali tidak meminum obat sirop. Sedangkan lima pasien lainnya disebut pernah meminum obat batuk pilek sirop.
"Namun mereka (pasien yang diketahui mengonsumsi obat sirop) tidak meminum obat sirup seperti yang masuk daftar larangan Kementerian Kesehatan," jelasnya.
Lebih jauh Kristia menerangkan, penanganan medis kepada pasien GGAPA dilakukan pasien setelah masuk ke Sardjito dalam kondisi stadium III. Mereka kemudian mendapatkan pengobatan suportif hingga tindakan terapi penganti ginjal berupa dialisis bagi pasien yang terindikasi.
"Metode dialisis yang dilakukan berupa hemodialisis, yaitu cuci darah dengan mesin atau peritoneal dialisis. Metode ini berupa cuci darah dengan pemasangan selang pada rongga perut yang dapat dikerjakan tanpa mesin," lanjutnya.
Dari pemeriksaan pasien, tim medis tidak menemukan kerusakan atau munculnya pembentukan kristal pada saluran pipa ginjal. Biasanya, pembentukan kristal tersebut muncul akibat keracunan Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang akhirhya mengganggu aliran di pipa ginjal, imbuhnya.
Namun pasien yang ditangani di Sardjito itu, diketahui tidak mengalami pembentukan kristal di saluran pipa ginjalnya. Sehingga disimpulkan bahwa yang dialami oleh pasien itu bukan dikarenakan EG atau DEG.
Untuk menindaklanjuti penyelidikan atas kasus-kasus gagal ginjal tersebut, tim dokter melacak penyebab GGAPA sesuai petunjuk dari Kemenkes. Langkah yang dilakukan yakni dengan melakukan penelusuran riwayat penggunaan obat sirop serta pemeriksaan toksikologi, untuk mengetahui ada tidaknya EG/DEG dalam darah atau urin pasien.
Pengambilan sampel telah dilakukan pada tiga pasien, yang pekan lalu masih menjalani perawatan. Namun tim medis belum mendapat hasil pemeriksaan karena sampel harus diperiksa di Labkesda DKI Jakarta.
Tim medis juga telah melakukan biopsi atau pengambilan contoh jaringan ginjal pada beberapa pasien agar dapat mengidentifikasi profil kerusakan yang terjadi. Selain itu menelusuri penyebab kerusakan jaringan tersebut.