Daya Beli Kelas Menengah Indonesia Menurun, Gen Z dan Milenial Pilih Tunda Pernikahan

Rahmat Jiwandono
Minggu 27 Oktober 2024, 16:09 WIB
Ilustrasi masyarakat kelas menengah. (Sumber: freepik)

Ilustrasi masyarakat kelas menengah. (Sumber: freepik)

Techverse.asia - Kaum kelas menengah (middle class) di Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, di tengah situasi ekonomi yang tak pasti serta deflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, tercatat sebanyak 49 persen kelas menengah merasa bahwa daya beli mereka mengalami penurunan yang signifikan.

"Harus diakui saat ini terjadi penurunan daya beli di kalangan kelas menengah Indonesia, yakni sebesar 49 persen, ini nyaris setengahnya. Tapi siapa saja sih mereka? Mereka ialah aspiring middle class," ungkap Managing Partner Inventure Yuswohady dalam risetnya bertajuk Indonesia Market Outlook 2025: Kelas Menengah Hancur, Masihkah Bisnis Mantul?

Baca Juga: Film Blade Batal Tayang November 2025, Ini Film Penggantinya

Riset itu dilakukan oleh Inventure pada September tahun ini yang melibatkan sebanyak 450 responden yang terdiri atas kelas menengah dari generasi Milenial dan Z di beberapa kota besar, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.

"Riset kami ini menggunakan metode wawancara secara tatap muka (face to face interview)," jelasnya.

Riset tersebut menunjukkan lebih dalam mengenai kelas menengah yang mengalami penurunan daya beli. Dari 49 persen itu yang mengalami penurunan daya beli yang signfikan sejatinya terbagi ke dalam dua kelompok yaitu middle class dan aspiring middle class.

Sebanyak 67 persen responden dari kelompok aspiring middle class ini melaporkan bahwa daya beli mereka anjlok, sedangkan bagi middle class cuma 47 persen. Artinya, aspiring middle class (kelas menengah bawah) merupakan kelompok yang paling terdampak terhadap penurunan daya beli dibanding kelompok kelas menengah.

Baca Juga: Peneliti Bilang Sistem Ekonomi Restoratif Cocok untuk Diterapkan di Indonesia

"Hal itu membuktikan bahwa tekanan ekonomi saat ini lebih dirasakan oleh kelompok kelas menengah bawah dibandingkan dengan kelompok middle class," ujarnya.

Terdapat tiga faktor, menurut mereka, yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat anjlok karena kenaikan harga kebutuhan pokok di angka 85 persen, mahalnya biaya pendidikan serta kesehatan di angka 52 persen, dan pendapatan yang masih saja stagnan di angka 45 persen.

Berdasarkan survei Inventure, menurunnya daya beli kelas menengah memaksa mereka untuk menunda pengeluaran besar yang dinilai berisiko. Itu mengungkapkan dengan jelas bahwa kelas pekerja sudah tak lagi punya uang untuk belanja dan menahan uang mereka.

Baca Juga: Gen Z Paling Aktif di Internet, Orang Tua Perlu Memantau Aktivitas Digitalnya

Tiga komponen paling atas yang ditunda yakni membeli kendaraan (70 persen). Responden menilai kalau membeli kendaraan pada saat kondisi ekonomi sedang tidak baik, akan sangat berisiko untuk mencicil ataupun beli kendaraan secara tunai.

Kedua, membeli atau melakukan renovasi rumah (68 persen), dan selanjutnya adalah investasi atau tabungan non-emergency (56 persen).

Hal itu disebabkan mobil dan rumah adalah investasi besar yang memerlukan komitmen finansial jangka panjang. Apalagi, pembelian rumah dan mobil kerap didanai oleh kredit dengan masa angsuran selama bertahun-tahun. Alhasil, saat daya beli turun, kelas menengah lebih memilih untuk mengurangi pengeluaran besarnya guna menjaga kestabilan keuangan.

Baca Juga: Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023, Pakar: Kebijakan Makro Harus Lebih Ketat

Sementara itu, menurut para responden dari kelas menengah dari segmen Gen Z dan milenial juga menyoroti sesuatu yang unik. Sebanyak empat persen dari mereka mengaku bakal menunda pernikahan di situasi ekonomi yang tak pasti.

Selain menunda pengeluaran untuk renovasi atau beli rumah, kondisi ekonomi yang tak stabil ini dan harga properti yang semakin melambung tak diimbangi dengan pendapatan yang membuat dua dari tiga Gen Z yakin mereka tak dapat membeli rumah pertama dalam tiga tahun ke depan.

"Alasan yang mendominasi adalah harga rumah kian tinggi, pendapatan terlalu kecil, dan pekerjaan yang tidak tetap," tambahnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)