Terbiasa Bekerja Keras Bagai Kuda? Mulai Sekarang, Atur Napas Dan Luangkan Waktu Untuk Beristirahat

Uli Febriarni
Sabtu 05 November 2022, 18:54 WIB
hustle culture / freepik

hustle culture / freepik

Hustle culture atau bekerja keras bagai kuda sempat menjadi sebuah tren di kalangan pekerja, khususnya di kota-kota besar. Mereka yang menerapkan hustle culture biasanya memiliki jam kerja tinggi.

Orang yang menerapkan hustle culture biasanya melakukan itu agar mendapatkan hasil kerja atau pendapatan lebih besar dari biasanya, tujuannya untuk memenuhi kebutuhan atau target-target tertentu dalam hidup mereka.

Sejumlah pihak mulai menyadari efek buruk dari budaya ini. Misalnya saja seperti dilihat dari laman Deloitte dan dilansir Techverse.asia pada Sabtu (5/11/2022). 

Deloitte pernah melakukan studi terhadap sedikitnya 1.000 orang pekerja penuh waktu di berbagai sektor di Amerika Serikat. Dari jumlah itu, sebanyak 77% orang pernah mengalami burnout dalam pekerjaan mereka dan 42% telah meninggalkan pekerjaan mereka karena mereka merasa kelelahan.

"Ini adalah hasil dari tekanan mental dan emosional. Karena bekerja berjam-jam dan berusaha untuk memenuhi harapan yang tidak realistis yang ditetapkan oleh ekses racun budaya hiruk-pikuk," sebut laman itu.

Burnout adalah salah satu bahaya pekerjaan yang paling berbahaya dan diabaikan secara luas, memperlambat produktivitas dan menurunkan kepuasan kerja.

Akibat kondisi itu, selanjutnya muncul tren yang disebut sebagai The Great Resignation. Ditandai dengan sejumlah besar karyawan berhenti karena kelelahan dan ketidakpuasan karir. Eksodus karyawan dari organisasi, telah menyebabkan 52% karyawan yang tersisa (pada 2021) di perusahaan harus mengambil lebih banyak pekerjaan dan tanggung jawab, karena rekan kerja mereka mengundurkan diri. Selanjutnya, 30% lainnya mengatakan mereka berjuang untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

CEO Desk Time -sebuah aplikasi pelacakan waktu dan produktivitas untuk perusahaan dan pekerja lepas-, yakni Artis Rozentals, ia mengungkap bahwa munculnya budaya hiruk-pikuk dalam beberapa tahun terakhir disambut dengan reaksi yang hampir sama cepatnya.

Promotor hustle culture, sering bersemangat dan menarik, menulis dan berbicara dengan terengah-engah tentang kerja keras.
Mereka jugalah yang mempromosikan soal bagaimana bakat adalah yang kedua.

"Dan kesuksesan Anda bergantung pada jam yang Anda rela lakukan dan pengorbanan yang bersedia Anda ambil. Tentang menyelesaikan sesuatu sementara yang lain duduk dan menunggu," sebut Artis mengulang apa yang disampaikan para promotor hustle culture.

Hustle culture menempatkan pekerjaan sebagai pusat kehidupan. Jam kerja yang panjang dipuji dan dimuliakan. Waktu istirahat dianggap sebagai kemalasan. Jika kamu tidak terburu-buru, maka kamu gagal.

"Betapapun saya menyukai antusiasme dari banyak pendukung hustle culture ini, ketika sampai pada gagasan untuk terus-menerus bergegas, saya tidak pernah bisa sepenuhnya menerimanya. Karena tidak ada orang yang bisa bekerja tanpa istirahat," ucapnya.

"Pada titik tertentu, Anda harus benar-benar memutuskan hubungan dari pekerjaan dan membiarkan otak Anda rileks. Itu bukan tanda kemalasan, ini biologi. Jika tidak, gaya hidup 'selalu aktif' seperti itu pasti akan menyebabkan kelelahan," ungkapnya.

Menurut Artis, kesibukan tanpa akhir tidak menguntungkan siapa pun. Karyawan menjadi tidak puas dan tidak produktif, sementara majikan membayarnya. Telah dihitung bahwa, karyawan yang kelelahan dan tidak terlibat akan membebani perusahaan sebanyak 34% dari gaji tahunan mereka.

"Alih-alih mendukung hustle culture, saya selalu mendukung budaya istirahat. Yakni budaya yang mempromosikan istirahat kerja reguler dan keseimbangan kehidupan kerja," tegasnya.

Berlawanan dengan budaya hustle culture, budaya istirahat memprioritaskan kesehatan mental dan mendorong orang untuk bekerja lebih sedikit. Tetapi dengan pikiran yang lebih jernih dan fokus.

Untuk mendapatkan lebih banyak kejernihan mental, orang membutuhkan jadwal yang lebih jelas.

Mereka membutuhkan waktu untuk mematikan pikiran mereka untuk memulai kembali fokus mereka.

"Dan ada banyak data yang menunjukkan bahwa, orang yang paling produktif adalah mereka yang rutin istirahat di tempat kerja, bukan mereka yang sibuk 24/7," tandas Artis.

Kelelahan bukan hanya menghabiskan energi dan kreativitasmu, melainkan juga menimbulkan kemerosotan etos kerja. Masih tertarik menjadi pengabdi kerja keras bagai kuda, bestie?

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkini
Techno20 Desember 2024, 17:43 WIB

ASUS TUF Gaming A14 Resmi Meluncur di Indonesia, Lihat Speknya

Jelang akhir 2024, ASUS rilis laptop gaming tipis berteknologi AI.
ASUS TUF Gaming A14. (Sumber: istimewa)
Techno20 Desember 2024, 17:29 WIB

Sandisk dengan Logo Baru akan Segera Tiba

Filosofi kreatif yang mencerminkan dunia dengan ketangguhan ekspresi data yang memajukan aspirasi dan peluang.
Logo baru Sandisk. (Sumber: Sandisk)
Techno20 Desember 2024, 15:27 WIB

Samsung Luncurkan Kulkas Anyar: Disematkan Teknologi AI Hybrid Cooling

Kulkas inovatif merevolusi cara pendinginan dengan modul Peltier.
Kulkas Samsung dengan teknologi AI Hybrid Cooling. (Sumber: Samsung)
Techno20 Desember 2024, 15:17 WIB

Khawatir Aplikasinya Dilarang di AS, CEO TikTok Bertemu Donald Trump

TikTok meminta Mahkamah Agung AS untuk menunda larangan yang akan datang.
Tangkapan layar CEO TikTok Shou Zi Chew memberikan kesaksian di depan anggota Kongres AS, Kamis (24/3/2023) waktu setempat. (Sumber: Youtube C-SPAN)
Startup20 Desember 2024, 14:56 WIB

Funding Societies Raup 25 Juta Dolar, Tingkatkan Modal bagi UMKM

Startup teknologi finansial ini akan memberi pinjaman dana bagi pelaku UMKM.
Funding Socities. (Sumber: istimewa)
Startup20 Desember 2024, 14:43 WIB

Grup Modalku Dapat Investasi dari Cool Japan Fund, Segini Nominalnya

Modalku adalah platform pendanaan digital bagi UMKM di Asia Tenggara.
Modalku.
Startup20 Desember 2024, 14:03 WIB

Impact Report 2024: Soroti Kepemimpinan Perempuan dan Pengurangan Emisi CO2

AC Ventures, bekerja sama dengan Deloitte, merilis Impact Report 2024 yang menunjukkan komitmen berkelanjutan terhadap dampak sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
AC Ventures.
Startup20 Desember 2024, 13:39 WIB

Qiscus Bertransformasi Jadi AI-Powered Omnichannel Customer Engagement Platform

Qiscus mengmumkan transformasi AI guna akselerasi pasar Asia Tenggara.
Qiscus.
Techno19 Desember 2024, 19:07 WIB

Google Whisk: Alat AI Baru untuk Bikin Gambar dari Gambar Lain

Google bereksperimen dengan generator gambar baru yang menggabungkan tiga gambar menjadi satu kreasi.
Hasil imej berbasis gambar yang dibuat oleh Google Whisk. (Sumber: Whisk)
Techno19 Desember 2024, 18:29 WIB

ASUS NUC 14 Pro: PC Mini Bertenaga Kecerdasan Buatan yang Desainnya Ringkas

ASUS mengumumkan NUC 14 Pro AI.
ASUS NUC 14 Pro. (Sumber: asus)