Menjadi dewasa terkadang melelahkan untuk sebagian orang. Tekanan, tanggung jawab, keharusan hidup mandiri membuat kita tak jarang merindukan masa kecil.
Ada beberapa cara yang diambil oleh orang-orang untuk melepaskan penat dan mengelola lelahnya dinamika hidup menjadi orang dewasa. Tapi beberapa lainnya, ada yang masih bingung menemukan langkah untuk mengelola rasa penat dan lelah itu.
Menyadari itu, di halaman ini, kami ingin memberikan sedikit poin bagimu yang hingga kini belum mengetahui cara menyimpan energi, saat menjalani kehidupan sebagai orang dewasa.
Berhenti Meladeni Adu Argumentasi
Dalam beberapa kesempatan, berargumen itu laik kita lakukan dan tidak salah. Namun, Harvard Business Review punya beberapa hal yang bisa diperhatikan, saat kita terjebak dalam adu argumen dan perdebatan.
Berdebat tak menjamin kita atau 'pasangan debat' kita akan berubah pikiran. Bahkan terkadang sama sekali tidak akan mengubah pendapat atau pola pikir masing-masing.
Beradu argumentasi tentang apapun itu, pada akhirnya akan berujung meninggalkan sisa perasaan. Selain itu, apa yang kita sampaikan dalam perdebatan itu juga kerap memunculkan asumsi dari lawan debat, mengenai persona kita.
Maka, dengan demikian, berhenti berdebat. Bila perlu, tahan godaan untuk bisa menghindari adu argumen sejak awal. Usahakan diri kita tidak terjebak umpan perdebatan, pilih untuk mengomunikasi dengan baik-baik.
Bagaimana bila adu argumen terlanjur terjadi, berhenti dan mulai mendengarkan apa saja yang diungkapkan oleh lawan debat kita. Dari sana kita akan membuat mereka lebih merasa didengarkan, rileks serta murah hati. Energi kita juga tersimpan untuk memikirkan atau melakukan aktivitas lain.
Tolong, Minum Banyak Air Putih Dan Berolahraga
Minum air putih yang cukup juga berperan mempertahankan suhu tubuh yang normal, membantu memberikan energi pada otot dan melumasi sendi-sendi agar tetap lentur, membantu penyerapan makanan. Ketidakseimbangan cairan dapat memicu kelelahan pada otot.
Kebutuhan air putih tiap orang berbeda-beda menyesuaikan perjalanan usia manusia dan aktivitas mereka. Kerap berolahraga atau banyak melakukan aktivitas fisik, sedang mengalami diare, cuaca panas dan status kehamilan.
Bagi perempuan dewasa, disarankan untuk minum sekitar 8 gelas berukuran 200 ml per hari atau total 1,6 liter. Khusus untuk perempuan hamil, disarankan mengonsumsi air sekitar 2,3 liter sehari, sedangkan perempuan menyusui disarankan mengonsumsi air sekitar 3,1 liter per hari.
Bagaimana dengan lelaki dewasa? disarankan untuk minum sekitar 10 gelas berukuran 200 ml atau total 2 liter tiap hari.
Selain dari minuman, makanan juga dapat memberikan asupan cairan pada tubuh sekitar 20%. Cairan itu utamanya didapatkan dari makanan seperti sayur, kuah dan buah dengan banyak kandungan air.
Kurang air putih menyebabkan kita dehidrasi, memiliki air urin gelap, sakit kepala, kurang energi, gangguan fungsi ginjal dan pencernaan.
Kendalikan Amarah Kita Saat Berada Di Tempat Umum
Cobalah untuk belajar berpikir jernih waktu ke waktu.
Pakar Psikologi Universitas Padjadjaran Dr. Ahmad Gimmy Pratama, M.Si. mengatakan, kemarahan pada seseorang bisa disebabkan sejumlah faktor. Dalam psikologi, marah itu adalah perilaku. Jadi, semua yang berkaitan dengan perilaku bisa dilihat latar belakangnya.
Dilansir dari laman Universitas Padjajaran (Unpad), ia menjelaskan, perilaku marah seseorang dilatarbelakangi aspek personal dan lingkungan.
Tetapi menurut dia, perilaku marah bisa dikelola dengan baik. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali situasi dan menyiapkan tindakan antispasi.
"Seseorang perlu membiasakan diri untuk mampu mengungkapan emosi dengan cara yang pantas. Namun, hal ini tidak bisa secara instan. Butuh proses yang panjang dan komitmen tinggi untuk bisa mengelola emosi dengan baik," ungkapnya.
"Biasakan untuk berpikir apakah marah ini benar atau tidak. Itu yang harus dilatih dan tidak bisa serta merta langsung pintar,” pungkasnya.
Bagaimana? apakah kamu sudah menyadari bahwa marah berpotensi menguras energi? Apakah kamu pernah merasa lapar setelah mengungkapkan amarah? Lain kesempatan akan ada laman untuk membahas ini ya.
Menghapus Kontak Lama
Menghapus kontak lama, khususnya nomor-nomor milik orang yang setidaknya sudah tidak berhubungan atau berkomunikasi dengan kita selama tiga bulan atau mungkin tiga tahun. Tapi, keluarga dan kerabat tidak masuk hitungan ya.
Menyimpan nomor mantan kekasih yang hubungannya sudah berakhir, kontak orang-orang yang sudah meninggal, orang yang sama sekali tak pernah lagi berkomunikasi, sepertinya bukan tak ada keuntungan.
Selain hanya memenuhi kapasitas ponsel atau email (karena menjadi tempat penyimpanan cadangan), bila tak sengaja mendapati nomor mereka, kita akan teringat dengan kenangan buruk walau sekilas.
Bagi kita yang punya pengelolaan pikiran dan mental yang baik, hal itu tak menjadi masalah. Namun, bagaimana bila kita ternyata punya trauma besar terkait orang-orang itu? Bersiaplah untuk merasakan emosi yang fluktuatif.
Membuang Atau Menjual Barang Tak Terpakai
Menyimpan banyak barang tak terpakai hanya memunculkan kelelahan otak, karena kita kerap dihadapkan dengan banyak barang. Belum lagi harus memikirkan apa fungsi masing-masing benda itu. Jelas kondisi itu menimbulkan kekacauan.
Lebih baik, mulailah mengagendakan waktu untuk membersihkan benda-benda yang tak lagi terpakai. Bila benda itu masih bisa digunakan dengan baik namun kamu tak lagi membutuhkannya, tawarkan kepada rekanmu, bisa jadi ia ternyata membutuhkannya.
Bagaimana kalau barang-barang itu sudah rusak? jual ke tukang rosok atau buang begitu saja ke tempat sampah. Ingat, menyimpan sampah akan membuatmu kehabisan energi saat memilah dan membereskannya, di hari lain.
Poin tadi bukanlah menggurui, namun menjadi cara agar kita tumbuh bersama dengan bahagia dan energi yang cukup.