90% Penduduk Asia Tenggara Memilih Instagram dan WhatsApp untuk Kemudahan Berbelanja

(ilustrasi) 90% Penduduk Asia Tenggara Memilih Instagram dan WhatsApp untuk kemudahan berbelanja (Sumber: Mekari)

Riset mengenai platform belanja maupun lokapasar yang menjadi favorit masyarakat, dapat menjadi salah satu materi untuk mempelajari selera maupun kebiasaan berbelanja konsumen; terutama di sektor e-commerce.

Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang bidang e-commerce di Asia Tenggara yang terus berkembang, MarTech bersama perusahaan keterlibatan pelanggan, Netcore Cloud, merilis laporan lengkap berjudul 'Ecommerce Mindscape SEA 2024.'

Laporan ini berisi temuan atas penelitian terhadap lebih dari 2.000 konsumen dan 300 eksekutif pemasaran, seperti para pelaku industri utama seperti Puma, Senheng, Zalora, Kanmo, Vietjet Air, Photobook, dan Pomelo.

Laporan riset bersama dari kedua perusahaan, menyajikan rencana bagi bisnis untuk berkembang di pasar Asia Tenggara yang bertumbuh pesat, yang diperkirakan akan mencapai $180 miliar pada 2025 itu.

Netcore Cloud mengungkap, seiring pertumbuhan eksponensial sektor e-commerce di Asia Tenggara, laporan ini menyoroti bagaimana para pemasar memanfaatkan AI generatif, hiperpersonalisasi, dan integrasi lintas saluran tanpa kendala untuk memenuhi kebutuhan yang terus berkembang dari konsumen yang paham digital.

Baca Juga: Liburan dan Wisata Kulineran di Thailand Terasa Menyenangkan, Gunakan Aplikasi Halal Route

Di bawah ini merupakan poin-poin wawasan utama yang ditemukan lewat riset bersama Netcore Cloud dan MarTech:

  • "TikTok Shop mendominasi, tapi Instagram dan WhatsApp Shop cepat meraih popularitas, hampir 90% konsumen memuji kemudahan berbelanja di dua media ini," demikian hasil temuan riset, dikutip Sabtu (21/9/2024).

  • Konsumen di Asia Tenggara menuntut proses belanja yang dipersonalisasi dan didukung AI generatif, yang berfokus pada penemuan produk dengan cepat, rekomendasi yang relevan, dan gangguan pemasaran yang sesedikit mungkin,

  • 70% CEO berencana meningkatkan investasi pada AI generatif, untuk meningkatkan personalisasi, analitik prediktif, dan optimalisasi perjalanan pelanggan,

  • 93% konsumen berpendapat bahwa belanja online terlalu rumit karena terlalu banyak langkah yang harus dilewati.

  • "Kesenjangan antara kota dan desa yang unik di kawasan ini, dijembatani oleh meningkatnya penetrasi seluler, beragam metode pembayaran, dan aplikasi seluler yang kian mendominasi," lanjut laporan riset.

Baca Juga: GoTo Akan Manfaatkan Teknologi & Platform as a Service (PaaS) dari Tencent Cloud

(ilustrasi) belanja online (sumber: Pixabay)

Laporan tersebut juga menekankan bahwa, retensi dan pembelian berulang adalah kunci bagi profitabilitas berkelanjutan, terutama karena Biaya Akuisisi Pelanggan (CAC) meningkat di seluruh Asia Tenggara.

Merek-merek disarankan berinvestasi pada alat Customer Data Platforms (CDP) dan alat Customer Relationship Management (CRM) yang didukung AI generatif, untuk meningkatkan keterlibatan dan loyalitas pelanggan.

Chief Revenue Officer, Emerging Markets di Netcore Cloud, Saket Kumar Jha, mengomentari bahwa seiring dengan pertumbuhan pasar e-commerce di Asia Tenggara, personalisasi dan inovasi tetap sangat penting bagi merek yang ingin berbeda dari merek lain.

"Gen AI berada di garis depan transformasi ini, dengan mendukung berbagai merek untuk menciptakan pengalaman konsumen yang lebih disesuaikan dan imersif. Laporan ini menguraikan strategi penting bagi pemasar, agar tetap kompetitif dan menangkap peluang di pasar yang dinamis ini," sebut dia.

Baca Juga: Ask Hukumonline AI Resmi Dilansir, Solusi Tantangan Riset Hukum di Indonesia

Baca Juga: AMD Hadirkan Prosesor AMD Ryzen AI 300 Series

Meski ada banyak platform dan layanan digital yang memudahkan aktivitas belanja, kita tetap harus berhati-hati. Tidak hanya berhati-hati atas potensi terjadinya kejahatan siber, tetapi juga menjauhi kebiasaan berbelanja secara impulsif.

Apa saja yang perlu kita perhatikan agar terhindar dari belanja impulsif?

  1. Berupaya keras dalam memilah antara kebutuhan dan keinginan

Ada banyak produk menarik, varian baru, maupun merek-merek yang menggoda. Maka, berpikirlah berulang kali ketika melihat banyak produk ditawarkan oleh platform dan tayangan live shopping.

Berbelanja hanya karena jari-jemari 'tiba-tiba check out' barang yang diinginkan, bisa membuat dana habis sebelum kebutuhan pokok terpenuhi.

  1. Miliki skala prioritas

Saat berbelanja -meski belanja online sekali pun- awali dengan membuat catatan daftar belanja.

Dahulukan membeli barang yang merupakan kebutuhan pokok serta kebutuhan rutin bulanan yang sudah habis stoknya.

  1. Kendalikan diri saat melihat label diskon

Potongan harga memang menggoda, namun terkadang itu hanya tipuan.

Terkadang, seller hanya menaikkan harga produk ke tingkat tertentu, kemudian memberi label diskon. Padahal, harga akhir yang nampak hanya berbeda tipis dengan harga asli.

Maka, tunda membeli barang yang mendapat potongan harga, bila barang tersebut tidak kita butuhkan atau belum mendesak untuk dimiliki.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI

Startup

Startup Insurtech Fuse Memiliki CEO Baru Selasa 24 September 2024, 12:41 WIB