Techverse.asia – Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), festival internasional terbesar dan konsisten diselenggarakan sejak 2006 di Yogyakarta, pada tahun ini memasuki edisi ke-19 dengan tema Metanoia, resmi ditutup pada Sabtu (7/12/2024) kemarin.
Baca Juga: Nex-BE Fest 2024: Mempertermukan Puluhan Startup dengan BUMN
Melalui closing ceremony di hadapan para undangan penonton hari terakhir, diumumkan film Happyend karya sutradara Neo Sora meraih penghargaan tertinggi Golden Hanoman dan Viet and Nam karya sutradara Trương Minh Quý meraih Silver Hanoman.
Selain itu, film Yohanna karya sutradara Razka Robby Ertanto terpilih menjadi pemenang penghargaan Indonesian Screen Awards sekaligus untuk lima kategori, yaitu Best Film, Best Storytelling dan Best Director (Razka Robby Ertanto), Best Performance (Laura Basuki, Kirana Putri Grasela, Iqua Tahlequa) serta Best Cinematography (Odyssey Flores).
Sejak dimulai pada 30 November yang lalu, hingga hari terakhir ini tercatat lebih dari 24 ribu pengunjung JAFF 2024 turut merayakan sinema Asia yang terus bertransformasi mencapai keunggulan.
Baca Juga: Tom Cruise Kembali Beraksi dalam Trailer Pertama Mission: Impossible: The Final Reckoning
Transformasi berkelanjutan sinema Asia tidak hanya merefleksikan pencapaian industri film yang terus bergerak namun juga menjadi refleksi manusia Asia yang terus memberikan dukungan guna melewati segala tantangan global yang melanda semua terutama setahun terakhir ini.
"JAFF yang semakin dewasa ini terasa juga dari respon semua penonton dan pesertanya di tahun ini. Semoga semua bentuk antusiasme dan umpan balik dari semua peserta JAFF 2024 ini turut menjadi pendorong dan penggerak semakin bergairahnya perfilman Indonesia selama setahun mendatang," ujar Ifa Isfansyah sebagai Direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival.
Festival yang berlangsung selama delapan hari tersebut, menyelenggarakan sejumlah program non screening seperti public lecture, workshop, forum komunitas serta pelatihan untuk filmmaker. Salah satu di antaranya adalah Masterclass bersama Tsai Ming Liang, tokoh sinema kontemporer yang berpengaruh, terutama dalam gelombang baru sinema Taiwan.
Program masterclass ini menjadi salah satu yang paling dinanti bahkan sampai diikuti para pembuat film senior seperti Riri Riza, Mira Lesmana, Kamila Andini, dan Ifa Isfansyah. Tiga film Tsai Ming Liang juga diputar selama JAFF, yaitu Vive L’Amour (1994), Goodbye, Dragon Inn (2003), dan Abiding Nowhere (2024).
Baca Juga: Sinopsis Film Pengepungan di Bukit Duri, Joko Anwar Kolaborasi dengan Amazon MGM Studios
Setiap tahunnya, JAFF selalu berupaya untuk mengkurasi pilihan film yang semakin beragam agar penonton dan pengunjung festival mendapatkan pengalaman sinematik yang semakin lengkap dan mengesankan. Tahun ini, program Nocturnal, penayangan film-film di jam menjelang tengah malam atau midnight show kembali diadakan dan menarik minat banyak penonton.
Hadir pula program cinematic concert yang tahun ini tidak hanya menampilkan satu, namun dua pertunjukan, yaitu film Samsara dengan iringan musik live serta penampilan kolaborasi Sal Priadi dan Kunto Aji.
"Tahun ini kami kembali menghadirkan Bioskop Bisik untuk teman-teman buta dan tuli dengan berharap inklusivitas festival yang menjadi karakter JAFF dapat terus terjaga dan dilakukan secara konsisten," ujarnya.
Baca Juga: Film Joker 2 Dapat Rating Buruk, Todd Phillips: Arthur Fleck Tak Pernah Menjadi Joker
Kemudian penambahan program cinematic concert yang full-booked, penayangan program Layar Anak Indonesiana yang begitu ramai dengan partisipasi anak dan keluarga serta penayangan program Nocturnal adalah cara mereka untuk menjadi etalase bagi keragaman karya dan keragaman pelaku industri film yang ada.
"Ke depannya, kami ingin terus mempertahankan semangat keberagaman dengan kembali berinovasi untuk menghadirkan bentuk-bentuk yang baru dan semakin kreatif lagi," tambah Ajish Dibyo selaku Direktur Eksekutif JAFF.