Sonic/panic Jakarta Lawan Pembatasan Kebebasan Berkspresi Melalui Musik

Indonesia gelap bergema di festival musik sonic/panic yang diselenggarakan di MBloc Space Jakarta. (Sumber: istimewa)

Techverse.asia - Sonic/panic Jakarta sukses digelar di M Bloc Space, menghadirkan perpaduan musik dan aksi nyata dalam menghadapi krisis lingkungan.

Acara ini merupakan kolaborasi antara IKLIM (The Indonesian Climate Communications, Arts & Music Lab) dan M Bloc Entertainment, dengan tujuan mengamplifikasi urgensi perlindungan lingkungan di tengah maraknya kebijakan yang tidak berpihak pada keberlanjutan.

Baca Juga: BLACKPINK Umumkan Jadwal Tur Dunia 2025 Mereka, Tiket Dijual Mulai 27 Februari

Mengusung tajuk Hutan Punah, Kota Musnah, acara ini dihadiri oleh lebih dari 500 penonton dan menampilkan musisi-musisi seperti Efek Rumah Kaca ft. Adrian Yunan, Barasuara, Endah N Rhesa, Voice of Baceprot, Navicula, REP & Tuantigabelas, Matter Mos, Petra Sihombing, Made Mawut, dan Bachoxs.

Tidak hanya menjadi panggung untuk menyoroti krisis iklim, sonic/panic Jakarta juga menjadi wadah bagi musisi untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap situasi sosial-politik yang tengah ramai diperbincangkan di Indonesia.

Di tengah pembatasan kebebasan berekspresi yang semakin nyata, banyak musisi menggunakan lagu-lagu mereka sebagai bentuk perlawanan dan solidaritas terhadap berbagai isu yang dihadapi masyarakat.

Baca Juga: Makin Serius Bermusik, Tatjana Saphira Rilis Single Baru 'Menanti'

Dari segi musikalitas, sonic/panic Jakarta menjadi ruang kolaborasi yang dinamis, menghadirkan pertemuan lintas genre dalam berbagai momen spesial di atas panggung.

Efek Rumah Kaca tampil bersama mantan personelnya, Adrian Yunan, dalam sebuah reuni yang penuh nostalgia, sebelum panggung mereka semakin semarak dengan kolaborasi bersama Robi Navicula, Iga Massardi, Petra Sihombing, dan Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa.

Penampilan dari Petra Sihombing dan Matter Mos juga turut diramaikan oleh kehadiran Teddy Adhitya.

Saat ditanya tentang bagaimana keterlibatannya di sonic/panic memengaruhi proses kreatifnya, Iga Massardi, salah satu musisi dari album kompilasi sonic/panic pertama, mengungkapkan, rasanya sangat berbeda dalam proses menciptakan lagu, dia semakin terdorong untuk membahas hal-hal yang lebih nyata dan memiliki dasar yang kuat.

Baca Juga: Pakai Sistem Prefabrikasi, Bobobox Tawarkan Penginapan Glamping Ramah Lingkungan

"Hal ini juga berpengaruh pada album terbaru saya. Secara artistik, saya ingin menyampaikan pesan, tetapi dari sisi humanis, saya semakin menyadari bahwa setiap hal yang kita konsumsi dan gunakan sehari-hari memiliki dampak. Kesadaran ini membuat saya lebih berhati-hati dan bijak dalam memilih produk yang saya gunakan," katanya, Sabtu (22/2/2025).

Acara ini hadir di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kebijakan yang berisiko memperparah eksploitasi sumber daya alam, deforestasi, serta mengancam ruang hidup masyarakat adat dan ekosistem perkotaan.

Isu pembatasan kebebasan berekspresi melalui musik yang baru-baru ini terjadi juga menunjukkan bahwa suara kritis terhadap isu sosial dan lingkungan masih menghadapi tekanan.

Baca Juga: Penggemar K-pop Desak HYBE Hentikan Praktik Penjualan Kotor yang Tidak Ramah Lingkungan

Tagar #IndonesiaGelap, yang mencerminkan keresahan publik terhadap situasi sosial-politik saat ini, semakin menegaskan perlunya keterlibatan masyarakat dalam mengawal kebijakan negara.

Selain menjadi ruang untuk membahas urgensi perlindungan lingkungan, sonic/panic Jakarta, juga berupaya menghadirkan praktik yang lebih berkelanjutan dalam penyelenggaraannya.

Acara ini juga menyediakan water refill station untuk mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai, serta memastikan tidak ada produk dengan kemasan plastik sekali pakai yang digunakan sepanjang acara, baik oleh pengunjung maupun musisi.

Baca Juga: Pulang Nonton Konser Bukan Bahagia Tapi Malah Merasa Hampa? Begini Cara Mengatasinya

Makanan dan minuman untuk musisi serta panitia disajikan dalam wadah yang dapat didaur ulang, dengan peralatan makan dan gelas yang dapat digunakan kembali. Bahkan, gelang panitia dibuat dari kain perca sebagai bentuk komitmen terhadap pengurangan limbah.

Upaya ini menegaskan bahwa industri musik dapat mengambil langkah nyata untuk lebih ramah lingkungan, sekaligus menginspirasi ekosistem musik yang lebih sadar akan dampaknya terhadap bumi.

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERKINI