Techverse.asia - Gojek dan Tokopedia adalah perusahaan startup atau perusahaan rintisan karya anak bangsa yang sukses. Apa yang mereka capai menginspirasi generasi muda untuk mengikuti jejaknya.
Saat ini, orang berlomba-lomba untuk membangun perusahaan startup dengan harapan bisa mendapat pendanaan yang besar. Sehingga startup yang dirintis berpotensi menjadi unicorn ataupun decacorn.
Selain itu, melalui startup bisa cepat menjadi kaya, apalagi didukung teknologi internet. Sebagai contoh, Amazon dan Facebook, di mana pendirinya tercatat sebagai jajaran orang terkaya di dunia versi majalah Forbes.
Namun demikian, pada praktiknya, membangun perusahaan startup tidak semudah yang dibayangkan. Faktanya banyak perusahaan startup yang bangkrut, bahkan ketika sedang dirintis.
Baca Juga: Gandeng Conten Creator, ShopeePay Bagikan Manfaat Fitur Transfer Gratis untuk Kembangkan Bisnis UMKM
Berdasarkan laporan yang diterbitkan oleh CB Insights ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan startup gulung tikar. Sekadar informasi, CB Insights adalah perusahaan swasta dengan platform analisis bisnis dan database global yang memberikan intelijen pasar pada perusahaan swasta dan aktivitas investor.
Kehabisan modal menjadi faktor utama kebanyakan perusahaan startup bangkrut. Mereka mencatat dari 118 perusahaan startup yang bangkrut sejak 2018, 38 persen diantaranya disebabkan hal itu.
Alhasil mereka kesulitan untuk mendapat suntikan dana segar dari para investor.
Alasan lainnya lantaran startup tersebut tidak dibutuhkan pasar, yakni persentasenya 35 persen. Perusahaan startup bakal bisa bertahan jika produknya menawarkan problem solving atau pemecahan masalah dari persoalan yang ada di masyarakat.
Selanjutnya ada 20 persen startup yang tutup karena kalah berkompetisi dengan startup yang bergerak di bidang yang sama.
Baca Juga: DANA Umumkan Penyelesaian Transaksi Investasi Terbaru dari Sinar Mas dan Lazada Group
Buruknya model bisnis yang dijalankan juga menjadi startup mati sebelum berkembang proporsinya 19 persen. Dan yang terganjal oleh regulasi persentasenya 18 persen.
Lantas 15 persen startup tutup karena masalah biaya atau harga. Suatu tim startup yang kurang tepat dalam menjalankan operasional berkontribusi terhadap kebangkrutan startup 14 persen.
Ada 10 persen startup gagal karena produknya salah waktu. Sebanyak 7 persen startup bangkrut karena ada ketidakharmonisan antartim atau dengan investor.
Terakhir dua alasan startup bangkurt karena pivot bisnis yang buruk serta kurang minat dan kelelahan masing-masing 6 persen dan 5 persen.
Faktor-faktor di atas tersebut diamini oleh Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, sejumlah startup di Indonesia mengalami kegagalan akibat faktor managerial, seperti masih minimnya pengalaman dan pendirinya (founder) yang tidak punya visi jelas.
"Rata-rata startup di Indonesia gagal karena kurang pengalaman dalam startup yang digeluti dan visinya enggak jelas," paparnya.
Dikatakan Dedy, sebagaimana tertulis dalam Laporan Failory, kurangnya fokus dalam menjalankan bisnis juga menjadi penyebab gagalnya startup di Indonesia.
"Ada dua faktor utama kenapa sebuah perusahaan startup gagal, pertama karena kehabisan dana (ran out of cash) dan tidak adanya kebutuhan pasar (no market need)," terang dia.
Daftar startup Indonesia yang bangkrut:
Sorabel
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada 2020 lalu memaksa Sorabel untuk menutup perusahaannya pada 30 Juli 2020. Sorabel adalah situs perdagangan elektronik di Indonesia yang berfokus pada penjualan pakaian.
Berdiri pada Desember 2014 dengan nama Sale Stock di Yogyakarta, Sorabel berfokus untuk memberikan produk pakaian dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik di seluruh Indonesia.
Akibat pandemi, Sorabel kehabisan dana dan kesulitan mencari pendanaan ketika pandemi.
"Oleh karena proses likuidasi yang ditempuh, hubungan kerja harus berakhir di tahap ini untuk semua orang tanpa terkecuali, tepatnya efektif di tanggal 30 Juli 2020. Saya yakin tidak ada satunya pun orang yang berharap hal ini untuk terjadi," tulis para pemimpin pada karyawan Sorabel saat itu.
Airy Rooms
Bisnis hotel agregator ini tutup tanggal 31 Mei 2020 akibat pandemi Covid-19.
CEO Airy Rooms Louis Alfonso Kodoatie menyatakan bahwa penghentian operasional Airy Rooms terjadi karena mempertimbangkan beberapa hal.
"Termasuk di antaranya terkait kondisi pasar yang hampir tumbang saat Covid-19 menghantam," ujarnya.
Qlapa
Qlapa merupakan platform jual beli layaknya Tokopedia dan Shopee. Namun, perusahaan tersebut hanya mampu bertahan selama empat tahun sejak didirikan tahun 2015.
Alasan Qlapa gulung tikar karena kalah bersaing dengan marketplace online lainnya.
Stoqo
Startup ini berjalan dengan konsep business-to-business (B2B) dan memasok bahan makanan segar, seperti cabai, telur hingga ampas kopi ke gerai makanan atau restoran. Namun, pada 22 April 2020, Stoqo yang menjual sembako secara online ini terpaksa harus menutup layanannya karena pandemi.