Warta Ekonomi belum lama ini melaporkan, perusahaan daur ulang sampah Waste4Change menambah teknologi pengelolaan sampah dan pencatatan digital di Rumah Pemulihan Material (RPM) di Bekasi, Jawa Barat.
CEO & founder Waste4Change, Mohamad Bijaksana Junerosano, mengatakan peningkatan inovasi di Rumah Pemulihan Material merupakan salah satu pemanfaatan dana investasi series A dari AC Ventures dan Barito Mitra Investama untuk Waste4Change di akhir 2022 lalu.
"Dengan penambahan teknologi di RPM Bekasi, Waste4Change mampu mengurangi residu sampah dari 65% menjadi 10%. Kapasitas pengelolaan sampah RPM Bekasi Waste4Change juga naik dari 18 ton menjadi 22 ton dalam sehari," ujar Junerosano, kami lansir dari media itu, Kamis (9/3/2023).
Sano, sapaan akrab Junerosano, menjelaskan kalau penyelenggaraan investasi hijau ditargetkan untuk dapat fokus membantu upaya penanganan sampah melalui pengurangan sampah di sumber dan penanganan sampah di hilir.
Berdasarkan survei yang dilakukan Global Sustainable Investment Alliance (GSIA) pada 2021, -yang kami kutip dari Kontan-, terungkap bahwa aset investasi hijau di negara berkembang memiliki potensi pertumbuhan hingga US$30,7 triliun.
Sementara itu NPAP menyebut, dibutuhkan total investasi modal sebesar US$18 miliar pada rentang 2017 hingga 2040, untuk mengatasi tantangan dalam mengubah praktik business as usual menuju Skenario Perubahan Sistem pada pengelolaan sampah dan daur ulang yang efektif.
Namun, menurut data Systemiq & Delterra pada 2022, 97% pendanaan sampah di Indonesia masih mengandalkan iuran sampah dari rumah ke rumah. Metode iuran sampah sebagai bagian dari pajak dan biaya langganan utilitas merupakan metode yang lebih umum digunakan oleh negara-negara maju.
"Pendanaan di sektor pengelolaan sampah akan berdampak besar pada keberlanjutan. Pengelolaan sampah merupakan kebutuhan dasar, sehingga akan ada permintaan yang konstan meskipun kondisi ekonomi maupun sosial berubah," ujarnya.
"Dana ini akan berguna untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah di berbagai area. Harapan saya, Waste4Change bisa terus bertumbuh dan menjadi partner yang tepat untuk mengembangkan investasi hijau di bidang persampahan," lanjutnya.
Sano menuturkan, penanganan masalah sampah perlu kolaborasi dan kontribusi dari semua pihak. Stakeholder yang hadir di sini adalah bagian dari solusi untuk bekerja sama menangani sampah dari hulu ke hilir. Oleh karenanya, perlu membuka diri sebesar-besarnya untuk investasi yang lebih hijau demi mereformasi bidang persampahan di Indonesia.
Ia menuturkan, perusahaan telah membuat rencana sepuluh tahun untuk mengeksplorasi opsi potensial lainnya di masa depan. Di usia yang ke-8 ini, Waste4Change akan memantau gelombang baru e-waste, yang bersumber dari limbah kendaraan elektrik, seperti baterai yang adopsinya sudah mulai terasa.
Untuk diketahui, berikut daftar mesin pemilahan sampah otomatis yang saat ini dimiliki oleh Waste4Change:
- Conveyor untuk memindahkan material agar lebih mudah dipilah
- Gibrig untuk memisahkan material plastik daunan dan bubur organik
- Centris untuk plastik daunan dari gibrig masuk ke centris
- Blower untuk menyedot material plastik output dari sentris ke stage
- Mesin cacah plastik dari stage menjadi fluff
Waste4Change juga menyebut bahwa mereka akan terus menambah lokasi dan kerja sama dengan berbagai titik.
Di laman resmi startup tersebut, mereka memaparkan, penduduk Indonesia menghasilkan 65 juta ton sampah setiap hari. Dari semua sampah yang dihasilkan tersebut, 24% mengotori ekosistem, hanya 7% yang didaur ulang, dan 69% di antaranya berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Kecilnya jumlah sampah yang didaur ulang dan tingginya jumlah sampah yang menumpuk di TPA, menimbulkan banyak masalah sosial maupun lingkungan; salah satunya adalah ancaman TPA-TPA di Indonesia yang tak lagi bisa beroperasi dikarenakan kelebihan kapasitas.
Perusahaan yang telah menggaet Luna Maya sebagai investor ini, mengklaim bahwa mereka hadir sebagai solusi bagi masalah persampahan. Pengelolaan sampah yang dilakukan, mempertimbangkan penerapan yang baik dan benar dari konsep pengelolaan sampah 3R (Reduce-Reuse-Recycle) ataupun konsep pengelolaan sampah 5R (Reduce-Reuse-Recycle-Recovery-Disposal).
Pada dasarnya konsep atau Prinsip 3R adalah urutan langkah untuk mengelola sampah dengan baik. Prioritas utama adalah Reduce, yaitu mengurangi timbulan sampah, lalu Reuse, menggunakan kembali, baru Recycle, mendaur ulang material untuk memberikan bahan tersebut kesempatan kedua.
Melalui salah satu layanannya, Reduce-Waste to Landfill, Waste4Change berperan untuk memastikan bahwa proses daur ulang (recycle), pemulihan kembali (recovery), dan pembuangan (disposal) berjalan dengan baik dan semestinya. Sehingga benar-benar bisa meminimalisir sampah yang berakhir di TPA, atau bahkan sampah-sampah yang berakhir menumpuk dan menjadi polusi bagi lingkungan.
Usaha menggunakan kembali (reuse), terutama mengurangi (reduce) tetap menjadi prioritas pertama dan merupakan bagian dari kampanye Waste4Change dalam menyebarkan semangat #BijakKelolaSampah.