Techverse.asia - Perusahaan startup (rintisan) akuakultur Indonesia yang berbasis di Bandung, eFishery baru-baru ini telah mengumpulkan pendanaan seri D sebesar US$108 juta atau kurang lebih Rp1,6 triliun. Dengan demikian, mendorong nilai valuasi perusahaan pasca-uangnya menjadi US$1,3 miliar, menurut VentureCap Insights, sehingga eFishery sudah termasuk perusahaan startup Unicorn.
Sekadar diketahui, perusahaan startup yang sudah menyandang predikat unicorn adalah perusahaan tertutup yang taksiran nilainya sudah melewati US$1 miliar atau di kisaran Rp14,9 triliun.
Merespons statusnya perusahaan rintisannya yang menjadi Unicron, CEO dan Co-founder eFishery Gibran Huzaifah mencuitkan di akun Twitter-nya @gibranhuzaifah pada 26 Mei 2023, eFishery dari 1.206 perusahaan senilai lebih dari US$1 miliar di dunia, 251 perusahaan finansial teknologi (fintek), 228 SaaS, 103 e-commerce, 66 logistik, dan 31 edtech.
Namun, katanya hanya ada satu perusahaan startup yang bergerak di sektor akuakultur dengan bantuan teknologi atau ia menyebutnya dengan 'fishtech', secara global, dan itu dari Indonesia. Menurutnya, itu membuktikan bahwa kalau manusia berfokus pada persoalan lokal yang ada di tanah air, maka niscaya bisa jadi pemenang global.
"Buktinya jika kami fokus pada masalah lokal, kami bisa menjadi pemenang global," dikutip Techverse.asia pada Selasa (31/5/2023).
Pendanaan ke efishery senilai triliunan rupiah tersebut dipimpin oleh 42XFund atau juga dikenal dengan 642 Global Expansion Fund yang berbasis di Uni Emirat Arab (UEA). Investor lainnya yang ikut menanamkan modal yaitu SoftBank Vision Fund dan Northstar Group.
Adapun nominal investasi yang dilakukan 42XFund nilainya mencapai US$100 juta. Sementara itu, masing-masing SoftBank Vision Fund Northstar Group berinvestasi hampir US$5 juta dan US$3 juta. Sebelumnya, e-Fishery terakhir mengumpulkan pendanaan senilai US$90 juta dalam putaran pendanaan seri C pada Januari 2022 lalu.
Efishsery sendiri mulai didirikan pada tahun 2013 di Kota Kembang, perusahaan startup ini memasuki pasar dengan perangkat Internet of Things (IoT) bernama eFishery Feeder, yang memungkinkan pemberian pakan secara otomatis di tambak ikan dan udang.
Menurut Gibran, ia mendirikan usaha ini agar Indonesia bisa memiliki kurang lebih satu juta pembudidaya ikan sebagai anggota koperasi digital setidaknya sampai tahun 2025 mendatang. "Pada 2025 kami ingin punya paling tidak satu juta petani ikan dan mereka bisa menjadi anggota koperasi digital efishery," ujarnya.
Di samping mendapat modal fantastis, sumber pendapatan lainnya termasuk eFishery Mall (pasar untuk menjual pakan ikan dan udang), eFishery Fresh (platform yang menjual ikan dan udang segar kepada pelanggan B2B), dan Kabayan (program bayar nanti untuk pembudidaya ikan).
Sebenarnya rumor terkait dengan eFishery yang menggalang dana sudah beredar sejak Maret 2023 kemarin. Saat itu, startup perikanan tersebut melakukan diskusi dengan perusahaan teknologi Abu Dhabi yaitu 42XFund yang dimiliki oleh Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan.
Baca Juga: Kelas Perempuan Maju Digital: Cara Tokopedia Dukung Perempuan Berdaya di Era Digital
eFishery yang telah menjelma menjadi perusahaan unicorn, maka sejauh ini di Indonesia setidaknya tercatat sudah ada 14 startup unicorn. Ke-14 perusahaan startup unicorn tersebut adalah Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, Tiket.com, Dana, Xendit, Kredivo, OVO, Blibli, Kopi Kenangan, dan J&T Express.
Kontribusi terhadap perekonomian
Dilansir dari situs resmi eFishery, sampai saat ini perusahaan sudah membantu lebih dari 70 ribu pembudidaya ikan yang tersebar di 280 kabupaten/kota di Indonesia melalui teknologi. Memfasilitasi transaksi ikan air tawar hingga Rp1,1 triliun, transaksi udang mencapai Rp1,12 triliun, hingga memfasilitasi transaksi pakan mencapai Rp1,99 triliun.
Selain itu, dari sisi perekonomian, eFishery telah berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor akuakultur pada 2022. Dengan begitu, jumlah tersebut setara dengan 1,55 persen dari total PDB di sektor akuakultur.