Bloomberg mengabarkan bahwa Grab Holdings Ltd. sedang mempersiapkan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terbesar mereka sejak pandemi Covid-19. Perusahaan menilai, perusahaan tersebut menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam layanan pemesanan kendaraan dan pengiriman makanan di seluruh Asia Tenggara.
Pengurangan akan diumumkan segera pekan ini dan kemungkinan akan melampaui putaran 2020 yang menyusutkan staf sebesar 5%, atau sekitar 360 karyawan, menurut orang yang mengetahui masalah tersebut. Angka terakhir sedang didiskusikan dan dapat berfluktuasi seiring perubahan kondisi.
Dilaporkan Reuters, rencana PHK diumumkan saat Grab sedang memproyeksikan keuntungan tahun ini, setelah menaikan jumlah pendapatan pada tahun lalu.
"PHK disebabkan atas dampak ekonomi dari pandemi. Di sisi lain, Grab juga menghadapi persaingan ketat di bisnis layanan pemesanan kendaraan (ride hailing) dan pengiriman makanan di wilayah AsiaTenggara," demikian dikutip dari Katadata, Selasa (20/6/2023)
Group Chief Executive Officer, Anthony Tan, sebelumnya mengatakan kepada media itu, "Kami mencapai hasil ini dengan berfokus untuk menangkap peningkatan permintaan mobilitas, mengoptimalkan biaya kami, mengurangi biaya layanan, dan berinovasi pada produk dan layanan yang mendorong kelekatan dan keterlibatan dalam ekosistem kami."
Baca Juga: Terjadi PHK Massal, Bekali Diri dengan Lima Hal Ini
Baca Juga: Bukan Hanya Musim Hujan Tapi Juga Musim PHK, Lakukan Ini Bila Kamu Mendapat Kabar Buruk Itu
Seperti yang terjadi di kebanyakan perusahaan lain, mengemukanya kabar pemutusan hubungan kerja membuat kinerja saham Grab, perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa Nasdaq, ikut merosot. Hari ini saham Grab turun 0,58% ke level US$ 3,42. Sedangkan, sejak awal tahun, sahamnya melemah 1,16%. Nilai kapitalisasi pasarnya menyusut menjadi sebesar US$ 13,29 miliar.
Sebelumnya, pada September 2022, perusahaan menyebut tidak akan melakukan PHK di tengah kondisi pasar yang lemah. Namun, menurut CEO Grab pada Desember tahun tersebut, PHK tetap tak bisa dibendung setelah perusahaan menghentikan sebagian besar perekrutan pegawai baru, pemangkasan gaji untuk manajer senior, dan memotong anggaran perjalanan dan pengeluaran lainnya.
Menurut laporan keuangan tahunan 2022, Grab mempekerjakan sebanyak 11.934 karyawan. Grab beroperasi di delapan negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Indonesia, dan Thailand. Manajemen Grab menolak berkomentar lebih lanjut mengenai rencana PHK ini.
Grab yang menyediakan layanan ojek daring dan pengiriman makanan di Asia Tenggara, pada Februari lalu memperkirakan pendapatan 2023 akan mencapai atau melampaui target.
Baca Juga: Grab Kembali Ujicoba 'Quite Ride' Perjalanan Tanpa Percakapan, Di Indonesia Kapan Ya?
Bloomberg melaporkan bahwa, Grab belum mencapai keuntungan karena pengeluarannya untuk pertumbuhan dan persaingan dari kompetitor seperti GoTo Group di Indonesia, cukup membebani harga.
Saham Grab merosot sekitar 70% sejak debut pasar sahamnya di New York pada akhir 2021, meskipun telah mengurangi kerugiannya dan berjanji untuk melaporkan laba berdasarkan penyesuaian pada kuartal terakhir tahun ini.
Meski demikian, perusahaan tetap optimistis terhadap kinerja keuangan, terutama dari sisi pendapatan pada 2023 dan kian mendekati profitabilitas.
Merujuk pada laporan keuangan terakhir perusahaan pada kuartal pertama 2023, Grab mencatatkan pertumbuha pendapatan sebesar 130,26% menjadi US$ 525 juta. Meskipun, dari sisi bottom line masih merugi US$ 244 juta. Namun, perusahaan mencatatkan pertumbuhan perolehan laba sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA 55% menjadi US$ 169 juta di tiga bulan pertama tahun ini.