Techverse.asia - Travelio, perusahaan startup Indonesia yang bergerak di sektor teknologi properti baru-baru ini mendapat pendanaan Seri C yang berasal dari investor DAOL, Appworks, Orzon, dan Pavilion Capital. Namun demikian, Travelio tidak mengungkapkan berapa nominal pendanaan tersebut.
Sebelumnya perusahaan startup yang berusaha mempermudah penyewa untuk sewa properti ini telah mengumpulkan US$18 juta atau sekitar Rp268 miliar dalam putaran pembiayaan Seri B yang dipimpin oleh Pavilion Capital dan Gobi Partners yang berbasis di Singapura. Beberapa investor lama juga berpartisipasi dalam putaran tersebut.
CEO Travelio, Hendry Rusli menyampaikan, melalui pendanaan tersebut, Travelio berencana untuk mengembangkan jangkauan layanan properti dan memasuki sektor baru seperti skema untuk memiliki serta memfasilitasi layanan jual atau beli properti.
Selain itu, perusahaan akan menggunakan dana segar itu untuk pengembangan layanan dan memperluas ke berbagai vertikal baru. "Kami punya target untuk memberikan kemudahan bagi pengguna dalam transaksi maupun investasi di bidang properti," ujar Hendry.
Baca Juga: Pinjol untuk KPR Ringkas, Dapat Suntikan Dana Rp52,5 Miliar dari East Ventures
Travelio ingin fokus pada kualitas pelayanan bagi pemilik dan penyewa properti. Caranya dengan memberi perhatian khusus pada sisi keberlanjutan, mereka berupaya menciptakan nilai yang lebih besar, tidak hanya kaitannya dengan keuntungan tetapi juga memberikan manfaat langsung.
"Keberlanjutan tidak cuma soal lingkungan, tapi juga tentang kenyamanan pelanggan dan kualitas layanan. Untuk itu, sebagai bentuk komitmen kami terhadap keberlanjutan, kami akan terus berinvestasi di teknologi serta layanan untuk meningkatkan pengalaman pengguna kami," papar dia.
Co-founder dan Chief Strategy Officer Travelio, Christina Suriadjaja mengatakan bahwa Travelio hingga kini memiliki lebih dari 4.000 properti yang mendaftar secara eksklusif dengan platform tersebut. Startup ini mengambil antara 20 persen hingga 35 persen dari pemotongan pendapatan dari mitra pemilik propertinya.
"Sampai saat ini kami punya ribuan properti yang sudah mendaftarkan secara eksklusif ke platform kami," ujarnya.
Biasanya, biayanya sedikit lebih dari Rp5,2 jutaan bagi seseorang untuk menyewa apartemen selama sebulan dari Travelio. Di Indonesia, saat ini mereka yang mencari apartemen dari dealer properti dan pemilik perorangan harus membayar uang muka 20 persen dan membayar uang jaminan lanjutan selama lebih dari setahun.
"Melalui struktur harganya, Travelio juga berusaha mengatasi masalah ini," kata dia.
Sejumlah startup, antara lain RedDoorz, Oyo, dan Airbnb, yang beroperasi di Indonesia, namun karena fokus menyediakan kamar untuk satu atau dua hari seperti hotel, hal ini membedakannya dengan Travelio. Suriadjaja mengatakan Airbnb, yang mencantumkan properti Travelio, lebih merupakan mitra daripada pesaing.
"Pesaing kami adalah dealer properti, jadi kalau seperti Airbnd adalah mitra kami," ujarnya.
Selain menawarkan apartemen berperabotan lengkap ini, Travelio juga menangani pembersihan rumah dan pemeliharaan properti tersebut. Dalam beberapa bulan mendatang, perusahaan akan bekerja untuk memperluas layanan yang ditawarkan.
"Beberapa layanan yang dijajaki meliputi desain interior, kebutuhan sehari-hari, pembiayaan, pembayaran, dan penawaran terkait logistik lainnya," katanya.
Startup ini bertujuan untuk memiliki 20.000 apartemen di platformnya dalam satu tahun. Itu lantaran dengan meningkatnya populasi kelas menengah di Indonesia, Travelio berada di posisi yang tepat untuk melayani permintaan yang terus meningkat akan perumahan sementara, urbanisasi, dan pilihan tempat tinggal yang terjangkau.
Sebuah laporan penelitian baru-baru ini oleh Google, Temasek dan Bain & Co. memproyeksikan ekonomi internet Asia Tenggara akan mencapai US$100 miliar tahun ini. Indonesia, rumah bagi lebih dari 260 juta orang, akan menjadi kontributor terbesar pertumbuhan ekonomi internet di kawasan ini, kata laporan itu.