Budidaya sarang burung walet telah dikenal sejak lama memiliki profit menjanjikan. Sarang burung walet memiliki beragam manfaat bagi kesehatan dan kecantikan, sehingga harga jualnya cukup tinggi. Hal inilah, yang sepertinya kemudian mendorong anak muda untuk mendirikan startup yang bergerak di pengembangan budidaya sarang walet. Salah satunya bernama Markas Walet.
Markas Walet merupakan salah satu unit usaha PT Lentera Alam Nusantara. Sejak 2019, perusahaan bergerak di bidang budidaya dan pengolahan sarang burung walet.
Penerapan Teknologi IoT dan Berkelanjutan
Baca Juga: Ingin Bekerja Di Startup Jangan Pernah Berharap Zona Nyaman, Miliki Juga Skill Berikut
Seluruh kegiatan usaha yang dilakukan Markas Walet, diupayakan untuk selalu menerapkan penggunaan teknologi internet of things (IoT) dan mengoptimalkan energi terbarukan.
- Pembangkit tenaga sinar matahari
Di laman Markas Walet, startup ini menyebut bahwa rumah walet mereka menggunakan tata kelola area gedung yang hemat energi dan ramah lingkungan, yang memanfaatkan sinar matahari secara langsung. Rumah walet yang terletak di tengah hutan memiliki potensi pemanfaatan energi terbarukan yang lebih efektif.
- Pembersihan sarang menggunakan enzim alami
Tim Markas Walet menggunakan enzim khusus, yang dirancang untuk membersihkan sarang burung walet dari kontaminan, tanpa mengubah struktur sarang atau mengubah kualitasnya. Enzim dibuat dengan bahan-bahan alami, sehingga sangat aman sebagai larutan pembersih.
- Kamera bertenaga IoT dan AI
"Kami menggunakan kamera berteknologi tinggi yang secara akurat, untuk mendeteksi burung walet yang masuk dan keluar rumah. Kamera ini dilengkapi Artificial Intelligence (AI), untuk memisahkan pendeteksian burung walet dan jenis burung lainnya," kata perusahaan, dikutip pada Senin (26/6/2023).
Selain itu, rumah walet memanfaatkan beberapa alat lain untuk memantau atau mengatur suhu dan kelembapan udara di dalam rumah walet.
- Classification Sensory Box
Berikutnya, Markas Walet menerapkan inovasi klasifikasi Sensory Box untuk Edible Birdnest. Melalui inovasi ini, mereka dapat memahami jenis dan bentuk yang sesuai untuk standar nasional dan ekspor. Selain itu, alat tersebut dapat mendeteksi kadar air pada sarang burung walet.
- Penggunaan aplikasi
Para petani walet mitra usaha Markas Walet, didekatkan dengan aplikasi berbasis teknologi dan smartphone.
"Aplikasi kami bertujuan untuk membantu petani burung walet dalam meningkatkan kuantitas produksi dan kualitas secara keseluruhan," tutur pihak Markas Walet dalam keterangannya.
Aplikasi menyediakan panduan budidaya burung walet, yang telah dibuktikan oleh para ahli dan ulama, untuk meningkatkan hasil panen sarang burung walet.
Markas Walet juga menggunakan pendaftaran online untuk melacak dan memantau riwayat produk. Sistem ini memungkinkan produsen dan konsumen untuk melacak setiap tahapan, mulai dari pengambilan bahan baku hingga pelacakan pengiriman dan penjualan produk secara online.
500 Petani Walet Terbantu Lewat Markas Walet
Baca Juga: Tiga Startup Ini, Merangkai Teknologi yang Bisa Deteksi Kesehatan Kita Lewat Urin
Founder dari Markas Walet adalah Muhammad Fairuzzuddin Zuhair, alumni dan aktivis dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga, Surabaya. Menggeluti dunia bisnis tak lantas menyurutkan semangat aktivitisme Fairuz. Lewat startup Markas Walet, ia telah membantu lebih dari 500 petani sarang walet dalam memasarkan hasil panen mereka.
Semasa kuliah ia aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa dan punya passion pengabdian masyarakat. Dalam menjalankan usaha di Markas Walet, ia dan timnya sedikit banyak kita berfokus membuka lapangan pekerjaan.
Dibangunnya Markas Walet, bermula dari topik skripsi Fairuz yang lolos pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Ia bersama timnya, menggagas prototipe software digital marketing berbasis Artificial Intelligence, yang akhirnya berhasil menyabet medali perunggu pada ajang PIMNAS ke-32.
Selama pengerjaan proyek tersebut, lanjut Fairuz, muncul ide membangun bisnis di bidang budidaya dan pengolahan sarang burung walet dengan optimalisasi teknologi. Ia mengajak rekan organisasinya antara lain Maulana Satria Aji (FKM), Muhammad Taufikul Yakin (FEB), M Alifuddin Firmansyah (FIB), dan Dany Ali Syafii (FISIP).
Menjalankan startup Markas Walet, Fairuz dan timnya sempat melewati fase jatuh bangun. Mulai dari permasalahan produksi, pemasaran, bahkan ditipu pembeli.
"Pelajaran-pelajaran ini kita dapat secara nyata di dunia usaha dan kita dipaksa untuk adaptif menyelesaikan kendala tersebut," imbuhnya.
Namun, PT Lentera Alam Nusantara terus berkomitmen dalam mengembangkan ekosistem sarang walet hingga ke pasar global. Startup yang resmi berdiri sejak 2019 itu,telah menyelenggarakan lokakarya di 20 wilayah di Indonesia.