Startup eFishery Kembali Dapat Pendanaan Seri D Senilai Rp3 Triliun, Targetkan Punya 1 Juta Kolam

Rahmat Jiwandono
Minggu 09 Juli 2023, 13:39 WIB
CEO eFishery Gibran Huzaifah. (Sumber : Istimewa)

CEO eFishery Gibran Huzaifah. (Sumber : Istimewa)

Techverse.asia - Setelah mendapatkan pendanaan baru sebesar Rp1,6 triliun pada Mei 2023 lalu, perusahaan startup akuakultur Indonesia eFishery  mengumumkan telah menjaringkan US$200 juta atau sekitar Rp3 triliun dalam Seri D. Startup ini didirkan di Bandung, Jawa Barat pada 2013 silam, sejauh ini sudah melayani lebih dari 70 ribu pembudidaya ikan dan udang di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

Selain sistem pemberian makan otomatis yang mengandalkan Internet of Things (IoT), platform eFishery juga mencakup pasar untuk menjual pakan ikan dan udang ke pembudidaya, produk ikan dan udang segar ke konsumen B2B, dan produk keuangan untuk pembudidaya ikan.

eFishery, yang membuat sistem pemberian makan yang cerdas untuk perikanan, mengatakan ini menjadikannya startup pertama di industri akuakultur global untuk melewati penilaian US$1 miliar. Tujuannya adalah untuk mencapai satu juta tambak di Indonesia pada 2025 dan memperluas ke luar negeri.

Pendanaan dipimpin oleh 42XFund yang berbasis di Abu Dhabi dan termasuk partisipasi dari Kumpulan Wang Persaraan (Diperbadankan), dana pensiun sektor publik terbesar Malaysia, responsAbility (rA) - perusahaan manajemen aset asal Swiss, 500 Global. Investor lama seperti Northstar, Temasek dan SoftBank juga kembali untuk putaran tersebut, dengan Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan eksklusif untuk eFishery. 

Perusahaan rintisan yang bergerak di bidang akuakultur ini, mengutip studi Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) yang menunjukkan pada 2022, eFishery berkontribusi 1,55 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di sektor akuakultur. Hal tersebut penting karena Indonesia memiliki industri perikanan dan akuakultur terbesar kedua di dunia, hanya di bawah China. Menurut Atlas Dunia, negara ini menghasilkan 5,8 juta ton ikan setiap tahun.

Baca Juga: Event Hack4ID: Ini 2 Hal Dasar yang Harus Diketahui Calon Founder Startup

Co-Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengatakan bahwa pendanaan Seri D ini akan digunakan untuk pengembangan komunitas budidaya ikan dan petambak udang yang telah bergabung dengan perusahaannya. Pihaknya menargetkan lebih dari satu juta kolam budidaya dalam dua tahun mendatang. 

"Target kami pada 2025 punya satu juta kolam dan pendanaan ini untuk meningkatkan transaksi pakan ikan dan produk akuakultur segar di platform kami," ujar Gibran. 

Menurut Gibran yang sudah memulai usaha budidaya lele sejak masih kuliah, manajemen pakan sangat penting karena 80 persen dari total biaya produksi dialokasikan untuk pemberian makan. Namun, masih banyak pembudidaya yang melakukan hand feeding sehingga ukuran ikan tidak merata karena tidak semua mendapatkan jumlah pakan yang sama.

"Hal ini menjadi masalah karena pembeli memiliki ukuran ikan tertentu yang ingin mereka beli. Namun, kekurangan makan bukanlah satu-satunya masalah, pemberian makan yang berlebihan juga menyebabkan limpasan nutrisi yang mencemari air," terangnya. 

Huzaifah melihat bagaimana kemajuan teknologi mengganggu sektor-sektor seperti perdagangan, jasa keuangan, dan media, tetapi praktik budidaya ikan tidak pernah berubah dalam 30 tahun terakhir. Sehingga dia merasa ironis bahwa banyak inovasi dikembangkan untuk menyelesaikan masalah bagi warga perkotaan, seperti belanja online dan pengiriman makanan.

"Tapi sektor penting, seperti pertanian dan akuakultur, hampir tidak melihat inovasi digital," katanya. 

Baca Juga: Baskit Dapat Pendanaan Rp49,4 Miliar, Bantu Hubungkan Pengecer dengan Brand Besar

Namun, setelah mengembangkan sistem pemberian makan pintar eFishery, Huzaifah menghadapi perlawanan dari pembudidaya ikan. Setelah berbulan-bulan meyakinkan mereka, mereka akhirnya mau mencoba, bukan karena mereka percaya pada teknologinya tapi karena mereka kasihan kepada Gibran.

"Salah satu alasannya adalah banyak petani yang bukan pengguna internet biasa. Saya ingat kami memiliki Internet 101 ini dengan para petani dan kami menunjukkan kepada mereka cara membuat email, menggunakan Facebook, mendapatkan informasi dari Youtube, dan hal lainnya," katanya. 

Meski budidaya perikanan Indonesia sudah sangat besar, Huzaifah menyebutkan baru mencapai tujuh persen hingga sembilan persen dari total potensinya. Beberapa tantangan yang dihadapinya termasuk fragmentasi. Huzaifah menjelaskan, Indonesia memiliki 34 provinsi dengan praktik bisnis yang berbeda-beda, sehingga harus dilokalkan masing-masing.

"Saya belajar dari pengalaman pahit bahwa kami harus menghormati pemain lokal, termasuk menggunakan dialek lokal dan membangun hubungan dengan para tengkulak," ujarnya.

Baca Juga: Markas Walet: 500 Petani Burung Walet Telah Terbantu dalam Budidaya dan Menjual Produk

Salah satu kejadian pahit yang pernah dialaminya yaitu beberapa perantara meracuni kolamnya. Kemudian yang ia lakukan adalah berdiskusi dengan perantara itu dan memahami bahwa mereka juga ingin berbisnis dan pekerjaannya sebagai pengusaha. 

"Beberapa kolam kami pernah diracuni oleh perantara, setelah itu kami berdiskusi dengan mereka, kami mengerti bahwa mereka hanya ingin berbisnis, bahwa mereka juga pengusaha. Jadi kami menemukan cara untuk menjadikan mereka mitra lokal kami karena mereka memiliki kearifan lokal, aset koneksi dan sebagainya," paparnya. 

Di peternakan, pakan menyumbang 70 persen hingga 90 persen dari total biaya produksi dan sebagian besar masih dilakukan secara manual, seperti ketika dia menjalankan peternakan lele miliknya. eFisheryFeeder secara otomatis mendistribusikan pakan ke ikan dan udang dan membantu pembudidaya mengontrol pakan dengan merasakan nafsu makan ikan melalui getaran, yang meningkat saat mereka lapar.

"Sistem ini memungkinkan pembudidaya untuk mengelola kolam dari smartphone mereka dan mengumpulkan data seperti penggunaan ikan harian, jenis dan merek pakan, berapa banyak ikan yang telah diproduksi, perilaku dan nafsu makan ikan, kepadatan stok, dan tingkat kematian," jelasnya.

Baca Juga: Slice Group Raih Pendanaan Rp9,6 Miliar, Bakal Kembangkan Influencer Marketing

Untuk meningkatkan industri akuakultur Indonesia dan meningkatkan jumlah ekspor ikan, menurutnya, masyarakat, pemerintah, dan lembaga harus bekerja sama untuk meningkatkan infrastruktur operasi perikanan sehingga mereka dapat menangani volume ikan yang lebih besar dan meningkatkan kualitas produk.

Negara harus mendorong praktik akuakultur yang berkelanjutan, seperti training, mempromosikan teknik canggih dan memastikan akses ke benih ikan berkualitas, meningkatkan produksi ikan, dan juga terlibat dalam negosiasi perdagangan untuk mendapatkan lebih banyak pembeli. eFishery berencana melakukan ekspansi ke luar negeri dengan mengekspor udang bebas antibiotik yang dapat dilacak sepenuhnya.

Principal 42XFund, Iman Adiwibowo menyampaikan, ia percaya dengan eFishery dan tertarik untuk menjadi mitra kunci yang memberikan nilai tambah serta kontribusi bagi pertumbuhan perusahaan. Teknologi dan solusi akuakultur komprehensif yang disediakan oleh eFishery telah memberikan dampak yang signifikan pada industri akuakultur dan telah menguntungkan petani kecil di Indonesia.

"Kami percaya bahwa eFishery akan terus mempromosikan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, serta berkontribusi pada tujuan pelestarian lingkungan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luarnya," ujar Iman. 

 

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Techno12 Desember 2025, 19:39 WIB

TicNote Pods: Earbud Pencatat Catatan Bertenaga AI 4G Pertama di Dunia

Earbud ini tersedia dalam dua kelir dan harganya hampir mencapai Rp5 juta.
TicNote Pods. (Sumber: Mobvoi)
Hobby12 Desember 2025, 19:15 WIB

Sinopsis Film Para Perasuk, Ini Daftar Para Pemainnya

Ini adalah film terbaru garapan Wregas Bhanuteja, tapi belum diungkap tanggal rilisnya untuk 2026 mendatang.
Poster film Para Perasuk. (Sumber: istimewa)
Techno12 Desember 2025, 18:00 WIB

Instagram Beri Kendali Atas Algoritma Konten yang Muncul di Reels

Instagram akan memungkinkan penggunanya untuk mengontrol topik mana yang direkomendasikan oleh algoritmanya.
Pengguna bisa mempersonalisasi algoritma Reels yang muncul di Instagram. (Sumber: Instagram)
Lifestyle12 Desember 2025, 17:21 WIB

ASICS Hadirkan Sepatu Padel Sonicsmash FF, Ringan dan Terasa Lebih Lincah

Sepatu padel baru tersebut untuk membuat kecepatan terasa mudah.
ASICS Sonicsmash FF adalah sepatu khusus untuk padel. (Sumber: ASICS)
Techno12 Desember 2025, 15:16 WIB

Jenius x Zurich Luncurkan 2 Proteksi Perjalanan untuk Liburan yang Aman

Jenius adalah aplikasi perbankan digital.
Dua produk proteksi hasil kolaborasi Jenius x Zurich. (Sumber: Jenius)
Startup12 Desember 2025, 15:03 WIB

TransTRACK Raih Halal Logistics Excellence Award

Penghargaan ini didapat dari Halal Development Corporation Berhard pada World Halal Excellence Awards 2024 di Johor, Malaysia.
CEO TransTrack Anggie Meisesari saat menerima Halal Logistics Excellence Award. (Sumber: istimewa)
Techno12 Desember 2025, 14:50 WIB

Samsung Galaxy Watch Mendukung Pembayaran QRIS Tap di Aplikasi myBCA

QRIS Tap myBCA hadi di Samsung Galaxy Watch, bertransaksi kian praktis.
Transaksi pakai QRIS Tap myBCA kini bisa dilakukan langsung dari pergelangan tangan. (Sumber: Samsung)
Automotive12 Desember 2025, 14:08 WIB

Kawasaki Z1100 ABS MY2026 Dipasarkan di Indonesia, Harga Hampir Rp400 Juta

Performanya semakin buas dan agresif.
Kawasaki Z1100 ABS MY2026. (Sumber: Kawasaki)
Startup11 Desember 2025, 19:20 WIB

MDI Portofolio Impact Report 2025: 8 Startup Diklaim Beri Dampak Nyata

MDI Ventures melihat laporan-laporan ini bukan sekadar dokumen tahunan, tetapi sebagai landasan untuk pengambilan keputusan.
MDI Ventures.
Techno11 Desember 2025, 18:15 WIB

Pebble Hadirkan Index 01: Cincin Pintar untuk Merekam Pikiran

Tangkap ide-ide terbaikmu sebelum ide-ide itu hilang begitu saja.
Pebble Index 01. (Sumber: Pebble)