Startup pertanian (agritech) Indonesia, Eratani, meraih pendanaan tahap awal US$2 juta atau sekitar Rp30 miliar.
Berbagai sumber mengungkap, pendanaan ini dipimpin oleh SBI Ven Capital, melalui dana bersama dengan Kyobo Securities dan NTUitive. Investor lain yang berpartisipasi yakni Genting Ventures, Orvel Ventures, dan Ascend Angels.
Laman Katadata yang kami akses menyebut, pendanaan tersebut menambah dana yang dikumpulkan oleh startup Eratani pada Desember 2022 US$3,8 juta dari TNB Aura, AgFunder, B.I.G. Ventures, dan Trihill Capital. Maka, total pendanaan awal menjadi US$5,8 juta atau sekitar Rp90 miliar.
Baca Juga: Discord Blokir Konten yang Bisa Memicu Grooming dan Pelecehan Seksual Terhadap Anak
CEO Eratani, Andrew Soeherman, mengatakan bahwa investasi ini merupakan validasi terhadap model bisnis Eratani, yang mencerminkan keyakinan perusahaan terhadap potensi agritech di Indonesia.
Andrew, yang dikutip pada Kamis (13/7/2023) itu menambahkan, Eratani berkomitmen untuk terus memberdayakan petani, meningkatkan efisiensi, dan mendorong keberlanjutan bisnis dalam sektor pertanian.
Andrew menyatakan, perusahaan yang dipimpinnya berdiri atas keyakinan bahwa teknologi dapat mengubah industri pertanian dan menciptakan dampak sosial yang signifikan.
Secara keseluruhan, pendanaan awal ini mengindikasikan validasi dan optimisme investor terhadap industri agritech di Indonesia, dan kemampuan Eratani untuk merealisasikan potensi sektor ini serta menciptakan dampak sosial bagi petani.
Chief Executive Officer SBI Ven Capital, Ryosuke Hayashi, mengungkap soal optimisasi terhadap potensi sektor agritech dan peran Eratani dalam merealisasikan potensi tersebut.
"Agritech memiliki potensi sangat besar di Indonesia, dan kami percaya Eratani memiliki solusi yang tepat untuk menggali potensi tersebut," ujarnya.
Menurutnya, pendekatan Eratani yang holistik dan inovatif tidak hanya meningkatkan efisiensi proses pertanian, tapi memberikan dampak sosial positif bagi para petani. Mereka memiliki keyakinan penuh terhadap kemampuan Eratani dalam mendorong pertumbuhan dan transformasi sektor pertanian.
Sementara itu, dilansir dari laman SWA, diketahui Eratani berdiri pada 2021. Perusahaan berkomitmen untuk mengubah sektor pertanian Indonesia.
Eratani memiliki rangkaian solusi komprehensif dalam menyediakan akses satu atap ke pembiayaan pertanian, input pertanian hingga hasil pertanian.
Startup ini juga menyediakan layanan berupa pendanaan petani, manajemen rantai pasok, distribusi komoditas, pendampingan, bantuan pertanian dan melayani 20.000 petani di lima provinsi di Indonesia. Mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan Sulawesi Selatan.
Dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam operasi pertanian, kegiatan yang dilakukan Eratani bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mendorong keberlanjutan, dan mendorong pertumbuhan industri pertanian di Tanah Air.
Baca Juga: Tak Ingin Ketahuan Berantakan Saat Video Call? Kamu Bisa Pakai Avatar Meta
Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew menyebut terdapat dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisasi.
Berdasarkan riset McKinsey, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. Diperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa.
"Itu bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar," tulis media itu.
Padahal, sektor pertanian Indonesia berkontribusi sekitar 13% terhadap Produk Domestik Bruto dan menyerap hampir 29% tenaga kerja.
Sektor ini harus menghadapi proses yang tidak efektif, keterbatasan logistik dan banyaknya tengkulak. Itu mengakibatkan biaya operasional tinggi dan margin keuntungan yang menurun bagi petani, terutama pada komoditas padi yang melibatkan sekitar 17 juta rumah tangga.
"Solusi inovatif Eratani bertujuan untuk menyederhanakan, meningkatkan efisiensi dan keadilan bagi petani sehingga petani bisa petani mendapatkan manfaat langsung dari kerja mereka," ulas laman SWA.