Rekosistem, startup teknologi iklim Indonesia, telah mendapatkan investasi sebesar USD 5 Juta atau sekitar Rp75 miliar dalam putaran investasi yang dipimpin oleh Skystar Capital.
Laman perusahaan menyebut, pendanaan itu didukung pula oleh East Ventures, Provident, dan investor lainnya. Pada hari-hari awal, Rekosistem mendapat dukungan dari Bali Investment Club, East Ventures, dan berbagai angel investor.
"Melalui pendanaan ini, Rekosistem berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah menjadi lebih dari 20.000 Metrik Ton sampah per bulan dalam 2 tahun ke depan," ungkap perusahaan, seperti dikutip Techverse.Asia, Rabu (9/8/2023).
Baca Juga: Jahe Bisa Membantu Mengatasi Jerawat dan Mencegah Penuaan Dini, Begini Cara Menggunakannya
Target tersebut akan dicapai melalui serangkaian langkah strategis, mulai dari pengembangan sistem pengelolaan sampah, perluasan penerapan teknologi IoT (Internet of Things) dan Machine Learning, pengalokasian sumber daya untuk pengembangan teknologi daur ulang, dan peningkatan fasilitas pemulihan material ( Stasiun Sampah Reko dan Reko Hub).
"Tujuannya agar mengolah lebih banyak sampah, lebih dari 70% jenis, menjadi bahan daur ulang dan sumber daya terbarukan. Ini memperluas cakupan pengelolaan sampah ke lebih banyak kota, dan menyediakan program Extended Producer Responsibility, yang mendorong pemilik bisnis untuk bertanggung jawab atas dampak bisnis mereka terhadap lingkungan," lanjut Rekosistem.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Rekosistem berencana untuk melibatkan lebih dari 5.000 pekerja dan mitra bisnis dalam ekosistem digital mereka.
Diluncurkan pada 2021, Rekosistem berkomitmen untuk mendorong penerapan ekonomi sirkular dalam rantai pasokan limbah, dengan memanfaatkan sistem pengelolaan limbah terintegrasi menggunakan IoTdan Machine Learning. Gabungan kedua sistem itu dapat menyederhanakan dan meningkatkan efisiensi pengumpulan limbah hingga 49%.
Produk Rekosistem, Reko Waste Station dan Reko Hub, berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan fasilitas pemulihan material. Keduanya secara efisien mengolah limbah campuran menjadi bahan baku berkualitas tinggi. Fasilitas ini dilengkapi dengan sensor IoT, yang memungkinkan pengumpulan dan pemantauan data secara real-time.
CEO dan Co-Founder Rekosistem, Ernest Layman, mengatakan bahwa di Rekosistem, mereka bertekad membangun bisnis yang mahir menghadapi tiga tantangan terbesar, yaitu 3P; profit, people, dan planet.
Baca Juga: Spotify Memberikan Fitur DJ Bagi Pengguna di Lebih Banyak Negara
Baca Juga: Pangu Weather: Aplikasi Prakiraan Cuaca Bisa Memprediksi dalam Hitungan Detik
Rekosistem menggunakan model bisnis B2B dan B2B2C untuk menjangkau bisnis dan konsumen akhir melalui aplikasi seluler dan web.
"Aplikasi ini menawarkan layanan pengelolaan sampah yang bertanggung jawab untuk perumahan, gedung, dan pemerintah daerah. Dalam bentuk kemitraan dengan para pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah, baik individu maupun sektor bisnis," tuturnya.
Melalui Rekosistem, sampah dapat dikumpulkan dan diangkut secara efisien ke pusat pengolahan untuk diolah menjadi bahan dan sumber daya berharga di pabrik, sehingga mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
COO dan Co-Founder Rekosistem, Joshua Valentino, model bisnis B2B merupakan pendekatan yang tepat untuk diterapkan dalam mengatasi permasalahan sampah di Indonesia. Karena permasalahan rantai pasok sampah di Indonesia bersifat sistematis.
"Model bisnis ini memungkinkan kami mengubah rantai pasokan limbah yang saat ini terfragmentasi, menjadi ekosistem yang lebih sirkular, dengan cara yang paling efisien dan optimal, bersama dengan semua mitra bisnis kami," jelasnya.
Pada paruh pertama tahun 2023, Rekosistem berhasil meningkatkan produktivitas sampah hingga 523% untuk daur ulang, upcycling, dan mengubah sampah menjadi energi (waste to energy), sekaligus meningkatkan pendapatan pekerja sampah sebesar 117%.
Saat ini, Rekosistem memiliki 300+ pekerja limbah dan mitra bisnis, 10 Reko Hub, dan 33 Reko Waste Station. Rekosistem juga melayani lebih dari 100+ pelanggan bisnis dan 20.000+ rumah tangga, menjangkau 100.000+ orang dan mengelola 2.500+ Metrik Ton sampah per bulan.
Peningkatan itu tercermin dari kinerja Rekosistem selama 12 bulan terakhir, mencapai peningkatan pendapatan tahunan tujuh kali lipat.
Hingga saat ini, Rekosistem telah menghemat 12.615 Metrik Ton CO2 dengan mengganti bahan baru dengan bahan daur ulang, dan mencegah pencemaran limbah di lingkungan.
Managing Partner Skystar Capital, Abraham Hidayat, mengaku optimistis terhadap pertumbuhan sektor pengelolaan sampah di Indonesia. Menurutnya, sektor pengelolaan sampah menawarkan banyak peluang pertumbuhan, bagi para pemain yang dapat beroperasi secara efektif, di industri yang terfragmentasi ini.
Dengan keahlian dan pengalaman mendalam yang dimiliki Rekosistem di sektor ini, Skystar Capital melihat bahwa Rekosistem memiliki posisi yang baik, untuk mengatasi beberapa masalah mendasar di bidang ini dan memanfaatkan banyak peluang yang belum dimanfaatkan.
Senada dengan itu, Partner di East Ventures, Avina Sugiarto, mempercayai Rekosistem sebagai contoh nyata bisnis yang sejalan dengan misi East Ventures.
"Khususnya dalam hal menjalankan praktik bisnis dengan nilai-nilai lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) yang kuat, namun tetap kompetitif dan menarik di pasar," lanjutnya.
Baca Juga: Apple Music Rilis Fitur Discovery Station untuk Membantu Pengguna Menemukan Lagu Baru