Databoks yang mengutip Startup Ranking mengungkap, Indonesia merajai jumlah startup di wilayah Asia Tenggara. Terhitung per 14 Juni 2023, diketahui ada 2.483 startup di Indonesia.
Jumlah startup Indonesia bahkan mengalahkan Singapura yang memiliki 1.102 startup, pada periode yang sama. Selanjutnya, di urutan ketiga ada Filipina yang memiliki 331 startup. Kemudian, Malaysia tercatat memiliki 316 startup di negaranya. Berada di urutan paling buncit adalah Timor Leste, eks bagian dari Republik Indonesia itu punya satu startup.
Secara global, Indonesia menempati jajaran peringkat ke-6 negara dengan jumlah startup terbanyak dunia. Amerika Serikat menempati posisi puncak dalam daftar tersebut, diikuti India, Inggris, Kanada, dan Australia.
Data itu diperkirakan berubah secara dinamis. Bisa saja kamu menjadi satu di antara sekian banyak anak muda yang akan menambah jajaran startup di Indonesia. Nah, kalau jawabannya 'Ya', kamu bisa menyimak apa yang dibagikan oleh para C-Level dua startup di Indonesia: Populix dan SerMorpheus.
Baca Juga: Ingin Bekerja Di Startup Jangan Pernah Berharap Zona Nyaman, Miliki Juga Skill Berikut
Populix: Trust your intuition, trust your God
Populix adalah startup yang mengembangkan platform penyedia jasa riset dan penyedia database terkait data-data di Indonesia, yang bisa digunakan oleh beragam industri.
Populix berdiri dari adanya kesadaran pentingnya data di berbagai sektor, bukan hanya dalam hal akademis, melainkan termasuk juga membangun sebuah startup.
Timothy berbagi bagaimana menjadi startup yang tetap berkelanjutan setelah mendapatkan pendanaan besar.
CEO & Co-Founder Populix, Timothy Astandu, menyatakan ada salah satu kebiasaan umum yang dimiliki startup ketika sudah berdiri dan mendapat pendanaan besar, yakni merekrut banyak orang.
Menurut Tim, untuk bisa membangun startup, kita perlu kejelian dan tidak bisa terlalu agresif 'membawa masuk banyak orang'.
"Kita harus memikirkan, apakah orang yang kita hire (rekrut) itu hanya bisa mengerjakan satu project atau seperti apa? Misalnya, kalau project satu selesai, apa dia bisa kerja di project selanjutnya?," ungkapnya, dikutip Sabtu (9/9/2023).
Pertanyaan itu yang kini menjadikan startup lebih berhati-hati dalam perekrutan talenta.
Tim yang sebelumnya adalah dosen itu, memberikan semangat kepada anak muda yang ingin membangun startup agar yakin pada kemampuan diri dan tim.
"Semua startup akan sulit di awalnya. Populix bahkan pernah ikut pitching, kami rasa waktu itu pernah pitchingnya jelek," tuturnya.
Baca Juga: Sejarah Kolaborasi Samsung x Thom Browne dari Masa ke Masa
Baca Juga: Pertamina Terus Lanjutkan Program Pelestarian Pesut Mahakam
Sementara itu, CEO dan Co-Founder Populix, Eileen Kamtawijoyo, menerangkan hal serupa. Bahwa setiap membangun startup harus disertai dengan keyakinan.
"Trust your intuition, trust your God," kata Eileen.
Eileen menambahkan, setiap tahap kehidupan bisnis itu ada kebutuhan yang menyesuaikan. Maka terkait rekrutmen seperti yang dikemukakan oleh Timothy, kata dia, Populix hanya akan merekrut orang-orang untuk menempati bidang-bidang yang dibutuhkan saja.
"Naik turun bisnis pasti ada, dan belajar dari kesalahan juga," ungkapnya.
Baca Juga: Sekolah-Sekolah di El Salvador Akan Ajarkan Bitcoin
SerMorpheus: Cari talent yang sudah mengerti
SerMorpheus, platform web3 enabler lokal, juga akan turut membagikan semangat mereka.
Untuk kamu yang ingin mengikuti jejak mereka membangun startup, tetapi belum mengenal SerMorpheus, jangan minder. Karena SerMorpheus juga baru berdiri pada 2022, meski orang-orang di dalamnya sudah berkecimpung lama di bidang cryptocurrency dan web3.
SerMorpheus adalah platform yang fokus menjembatani merek dan peritel ke ekonomi digital baru. Perusahaan yang mengepakkan sayap lewat Konser.co.id dan Normies ini, juga mengembangkan NFT serta mengelola utilitas yang memungkinkan mereka terhubung langsung dengan pengguna dan komunitas.
Terus tumbuh dan memperluas jaringan, SerMorpheus baru saja menjadi satu dari 10 delegasi Indonesia terpilih Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, dalam SXSW 2023 di Austin, Texas.
CEO & Co-Founder SerMorpheus, Kenneth Destian Tali, mengatakan bahwa konteks crypto, sebetulnya Indonesia memiliki banyak talent.
"Tapi banyak yang enggak kelihatan. Kami kalau posting jobs di LinkedIn susah nemuin talent. Challenging untuk menemukan talent paham web3," ujarnya.
Kenneth yang juga pendiri Indonesian Blockchain Network ini mengungkap, ketika merekrut talent, akan lebih mudah bagi mereka untuk memilih talent yang sudah paham web3.
"Ketika talent udah ngerti web3, itu sangat mudah kerja tim bareng kita," terangnya.
Kenneth dengan terbuka mengakui bahwa, mendirikan SerMorpheus tidaklah mudah. Bahkan secara blak-blakan, ia berkata: susah dan tantangannya banyak.
"Dan ketika ketemu Intudo (salah satu pemimpin putaraan pendanaan untuk SerMorpheus pada 2022), saya merasa 'wah akhirnya ada yang memahami saya'," ujar Kenneth seraya tertawa.
CTO & Co-Founder SerMorpheus, Budi Sukmana, menyatakan bahwa peran investor untuk startup yang memahami bisnis kita adalah suatu poin penting. Tak terkecuali para investor SerMorpheus, yang menurut Budi sungguh luar biasa mendukung perkembangan SerMorpheus selama ini.
"Kita tuh sering ngerasa dibantu. Sering banget malah kami yang ditanya 'Kita bisa bantu apa?' dari mereka," tutur Budi.