Techverse.asia - Perusahaan startup agritech yang bergelut di sektor pascapanen jagung, Kora mendapat pendanaan pre-seed sebesar Rp6,1 miliar atau setara US$400 ribu. Pendanaan tersebut berasal dari angel investor CEO eFishery Gibran Huzaifah dan perusahaan modal ventura global, Antler.
Dana miliaran itu akan digunakan untuk memperluas cakupan operasional dan menyediakan bantuan teknologi yang lebih besar kepada para petani di Provinsi Lampung. Alasannya adalah ini wilayah yang cukup penting bagi perusahaan serta pendirinya.
"Provinsi Lampung memiliki lebih dari sekadar peran strategis karena keluarga saya punya sejarah pertanian yang panjang di daerah ini. Kakek dan nenek saya telah berkecimpung di bidang pertanian sejak lama, dan kami sadar bahwa sektor agrikultur di Indonesia masih banyak bergantung pada teknik kuno, padahal sudah banyak kemajuan teknologi di bidang ini," ujar Co-founder dan CEO Kora, Dian Prayogi Susanto dalam keterangan resminya.
Dian yang mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman bisnis sebelumnya, termasuk mendirikan agritech Habibi Garden, ia membawa visi baru untuk memodernisasi pertanian di Tanah Air.
Baca Juga: Kerja Sama eFishery dengan STEI ITB: Tingkatkan Inovasi dan Kewirausahaan
Dian mendirikan startup Kora ini pada tahun lalu yang memang berfokus pada peningkatan kualitas dan produktivitas tanaman jagung pascapanen. Jagung dipilih karena komoditas ini mempunyai permintaan yang kuat dan punya dampak besar terhadap rantai pasokan serta biaya pakan ternak di Indonesia.
"Dari segi model bisnis, kami berupaya untuk memperpendek rantai pasok jagung, dengan cara merangkul semua pihak, mulai dari perantara (middlemen) hingga ke petani, dan menghubungkannya langsung ke industri (B2B). Pendekatan holistik ini tidak hanya meningkatkan produktivitas panen, tetapi juga memperkuat koneksi pelaku industri secara keseluruhan," papar dia.
Menurutnya, selama ini, lebih dari 90 persen petani skalai mikro belum memiliki akses ke fasilitas pengolahan jagung pascapanen. Mereka pun belum terhubung langsung ke pembeli korporasi, sehingga para petani jagung harus melalui beberapa lapisan perantara. Untuk itu, Kora hadir guna menjembataninya.
"Dengan memanfaatkan teknologi, Kora membantu petani untuk mendapatkan hasil panen jagung yang lebih konsisten, bergisi, serta lebih tahan lama. Maka mereka bisa menjualnya langsung dengan harga yang kompetitif," katanya.
Baca Juga: Mau Bangun Startup? Simak Motivasi dari C-Level Populix dan SerMorpheus
Dalam 10 bulan terakhir, Kora sukses menjual hampir 11 juta kilogram (kg) dan meraih pendapatan sebesar Rp30 miliar. Pada 2023 ini, pendapatan kuartal startup telah naik lima kali lipat dibandingkan tahun lalu. Sebagai perusahaan rintisan, pihaknya pun telah mencatatkan profit.
"Enggak hanya itu, berawal dari kemitraan dengan 30 petani, sekarang kami menggandakan jumlah tersebut menjadi sekitar 130 petani. Hasilnya pun nyata, di mana petani yang masuk ke dalam ekosistem Kora telah mencatatkan peningkatan rata-rata sebesar 25-38 persen," ujarnya.
Sementara itu, Partner Antler, Agung Bezahrie Hadinegoro menyampaikan bahwa investasi terhadap Kora adalah wujud pendekatan Antler yang bernama Day Zero. Artinya, Antler mendampingi perjalanan para founder inovatif sejak awal. "Pendekatan Kora berfokus pada pemanfaatan teknologi yang gampang diakses, dan memberikan solusi di sektor yang selama ini sulit untuk dipenetrasi," imbuhnya.
Sistem yang mereka tawarkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia, tapi juga berkontribusi terhadap dampak negatif lingkungan yang disebabkan teknik bertani yang masih tradisional. Oleh karenanya, Antler mendukung visi tersebut dan bertekad untuk bekerja sama dengan Kora dalam mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.
Baca Juga: Fitur Showcase Spotify: Artis Bisa Promosikan Musiknya di Beranda, tapi Harus Bayar
Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah menuturkan, dia termasuk orang yang memiliki gairah dalam sektor pangan dan ingin berkontribusi lebih luas untuk mengatasi masalah kelaparan di Indonesia. Saat melihat model bisnis serta visi Kora, ia yakin bahwa startup ini dapat memberikan dampak signifikan bagi petani-petani kecil.
"Dengan pendanaan ini, harapan saya bahwa Kora bisa membangun model operasional dan teknologi yang relevan untuk menjadikan sektor pertanian jagung di Indonesia semakin efisien dan modern," terangnya.
Sekadar informasi, industri jagung di Tanah Air hingga kini masih termasuk salah satu sektor strategis, yang mana terdapat 5,5 juta hektare lahan dengan nilai industri sebesar US$150 miliar atau sekitar Rp230 triliun. Pada 2022, produksi jagung di Indonesia telah mencapai 44 juta ton, rinciannya 25,3 juta ton jagung pipilan basah dan 18,7 juta jagung simpan gudang, dengan kebutuhan jagung sebanyak 16,98 juta ton.
Dari angka tersebut, Provinsi Lampung sendiri menyumbangkan sekitar sembilan persen dari total produksi nasional.