Techverse.asia - Pertumbuhan perusahaan startup di Indonesia melaju pesat, tak terkeculai startup lain di seluruh dunia. Dengan begitu, kemunculan Corporate Venture Capital (CVC) pun ikut bertambah seiring dengan pertumbuhan tersebut. CVC merujuk pada perusahaan besar yang memutuskan untuk berinvestasi ke startup.
Namun yang membedakan dengan perusahaan modal ventura yang orientasinya kepada margin profit, adanya CVC ialah fokus terhadap pada penguatan sinergi antara perusahaan startup dengan perusahaan konvensional, contoh dalam hal perluasan wawasan pasar, penguatan reputasi brand, hingga modernisasi sistem industri.
Guna merespons tren tersebut, MDI Ventures, CVC dari PT Telkom Indonesia resmi meluncurkan dokumen Whitepaper dengan judul "How Large Enterprise Can Enter CVC." Laporan komprehensif ini memaparkan peranan penting CVC bagi startup dan perusahaan, dan kontribusinya untuk kemajuan ekonomi digital di Indonesia.
Baca Juga: Laporan Evermos dan Katadata Insight Centre: 67 Persen Penduduk Indonesia bukan Pengguna E-commerce
Selain itu, Whitepaper yang dirilis dalam acara Partner Day HUB.ID x NexBE Fest 2023 ini juga menunjukkan bagaimana CVC bisa menghasilkan laba dari investasi dan juga mendorong sinergi perusahaan secara dua arah.
Direktur Digital Bisnis Telkom Group, Muhammad Fajrin Rasyid mengatakan bahwa jawatannya senantiasa berkomitmen untuk mendorong inovasi teknologi dalam lanskap digital Indonesia melalui lini CVC perusahaan, MDI Ventures. Ini sudah berdiri sejak 2016 lalu bertujuan untuk menjembatani kolaborasi antara BUMN, perusahaan, dan startup digital, supaya dapat tercipta nilai sinergi yang menguntungkan semua pihak.
"Kami berharap agar peluncuran dari Whitepaper ini bisa menjadi referensi utama yang bermanfaat buat semua pihak yang tertarik memasuki ranah CVC," ujar dia.
Paparan menarik dari Whitepaper MDI Ventures menunjukkan bahwa kehadiran perusahaan startup - meskipun menyebabkan disrupsi untuk bisnis konvensional - sejatinya menawarkan potensi menarik untuk bersinergi dengan perusahaan konvensional yang jauh lebih mapan.
Misalnya, investasi MDI Ventures untuk startup Privy yang memiliki spesialisasi sebagai startup penyedia layanan tanda tangan dan identitas digital, teknologi startup ini diadopsi dan diintegrasikan ke seluruh bisnis Telkom Group sehingga membuat proses secara keseluruhan lebih cepat, aman, dan efisien.
Baca Juga: Hasil Laporan AC Ventures dan AEML Tentang Kendaraan Listrik di Indonesia: Punya Potensi Besar
Investasi dari CVC menawarkan sejumlah keunggulan bagi startup. Pertama, di kebanyakan kasus, startup dapat mengakses sumber daya yang dipunyai oleh perusahaan-perusahaan yang sudah lebih mapan. Sumber daya itu bisa berupa data, keahlian, aset, dan koneksi bisnis.
"Kedua investasi CVC mempunyai kredibiltas yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan tingkat kepercayaan investor eksternal terhadap potensi pertumbuhan startup. Tak cuma itu saja, investasi CVC juga membuka lebih banyak kesempatan exit bagi startup, misalnya dengan akuisisi ke perusahaan induk CVC," jelasnya.
Di sisis lain, CVC juga bisa meraup untung mencakup keahlian anyar serta integrasi teknologi, membuka keran pendapatan baru di luar bidang bisnis inti, serta potensi imbal balik yang signifikan dari investasi atau return on investment (ROI). Guna membantu perusahaan yang tertarik untuk mengeksplorasi investasi melalui CVC, Whitepaper pun memberikan checklist dan langkah-langkah untuk memulai pendirian CVC.
"Whitepaper ini merupakan yang pertama ada di Indonesia yang menyediakan paparan komprehensif tentang peran CVC di era ekonomi digital. Kami berharap dengan semakin meluasnya wawasan terkait dengan CVC, maka akan semakin banyak perusahaan dan startup yang menjalin sinergi dengan skema tersebut, terutama karena tren ini juga sejalan dengan fenomena global," paparnya.
Baca Juga: Flourish Ventures Terbitkan Hasil Riset Peran Warung dalam Ekonomi Digital Indonesia
Secara global, pada 2021 mencatatkan rekor tertinggi investasi CVC dengan 4.864 transaksi senilai total US$174,8 miliar. Selain itu, pada tahun berikutnya, CVC bersikap lebih selektif dalam memilih startup untuk menanamkan modalnya, sehingga jumlah investasi transaksi melandai ke angka 2.253 per kuartal kedua (Q2).
Dari nominal tersebut, sebesar 60 persen diantaranya merupakan investasi startup tahap awal (early stage) dan mayoritas fokus pada sektor terkait keberlanjutan lingkungan, seperti pengembangan alternatif, bioteknologi, hingga pengurangan emisi karbon.