Investment Professional East Ventures, Gavin Adrian, membagikan tips menjadi pelaku sektor bisnis fintech yang tangguh, khususnya pemula.
- Selidiki dan Pahami seluk-beluk industri secara mendalam
"Sektor fintech bersifat dinamis dan memiliki banyak aspek, baik itu regulasi, pengguna (user), dan dinamika pasar. Para founder baru, harus menginvestasikan waktu untuk memahami seluk beluknya, agar dapat mengambil keputusan yang tepat," kata dia, dikutip Selasa (10/10/2023).
- Pentingnya kesadaran akan peraturan
Gavin mengatakan, industri fintech diatur secara ketat, dan setiap negara memiliki peraturan berbeda yang harus dipatuhi.
Pemahaman terhadap peta jalan perizinan dan perspektif regulator sangatlah penting.
- Pentingnya pengetahuan mengenai peraturan di berbagai pasar dan kecepatan dalam menanggapinya
- Pantau dengan cermat tingkat penerimaan bisnis, rencanakan dengan baik di masa depan
"Tarif pembayaran dan akuisisi bisnis telah menurun seiring berjalannya waktu secara global. Volume atau nilai transaksi yang tinggi dengan tingkat penerimaan kini tak selalu dilirik investor. Unit ekonomi harus ada di sana," ungkap Gavin lebih lanjut.
- Memiliki strategi rencana jangka panjang
Founder perusahaan harus memasukkan potensi risiko ini ke dalam strategi jangka menengah dan panjang mereka.
"Sikap proaktif dan mudah beradaptasi adalah kunci untuk tetap menjadi yang terdepan dalam permainan," tambah dia.
- Variasi model bisnis berbasis geografi
- Pahami dan respon dengan bijak kondisi pasar Asia Tenggara yang terus berkembang
Gavin menjelaskan, pasar Asia Tenggara terus mengalami fluktuasi. Untuk itu, pengusaha fintech harus responsif.
"Model bisnis yang mungkin tidak dapat dijalankan saat ini, dapat berubah menjadi peluang yang menguntungkan di masa depan," tandasnya.
Baca Juga: Pemilu 2024 Rawan Kampanye Hitam, Ini Tips Agar Tidak Tertipu Konten Deepfake
Baca Juga: Update iOS 17.0.3 Terbukti Kurangi Panas Pada Jajaran iPhone 15
Perkembangan Sektor Fintech yang Dinamis
Principal East Ventures, Yoshiharu Okubo, mengungkap bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pendanaan ke sektor fintech meningkat secara signifikan. Antara 2021 dan 2022, angka ini meningkat sebesar 83%, menunjukkan optimisme investor terhadap peluang di sektor ini.
Sektor fintech di Indonesia telah berevolusi secara dinamis, dimulai dengan inovasi dalam pembayaran online, mengalami diversifikasi ke berbagai industri vertikal, menjangkau pasar yang belum dimanfaatkan di kota-kota tier 2 dan 3, hingga menjawab kebutuhan finansial di ekosistem startup maupun Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Baca Juga: Lazada Bebaskan Biaya untuk Penjual yang Baru Mendaftar
Baca Juga: Unisoc dan Itel Akan Rilis Smartphone yang Memiliki Sistem Android 14
"Evolusi tersebut memperlihatkan kemampuan beradaptasi dan beragam inovasi dalam lanskap fintech di Indonesia," ujar dia.
Yoshiharu Okubo menjelaskan, proporsi usaha kecil dan menengah (UKM) yang tidak mempunyai rekening bank (unbanked) dan memiliki akses fasilitas perbankan yang terbatas (underbanked) sama-sama besar.
"Dengan lebih dari 50% populasi orang dewasa di Indonesia tidak memiliki rekening bank atau memiliki akses perbankan terbatas, platform pinjaman online (pinjol) muncul sebagai solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut," tuturnya.
Baca Juga: MotoGP 2023: Sebanyak 22 Pembalap Dipastikan Tampil di Sirkuit Mandalika Lombok
Tantangan Sektor Fintech
Meski perkembangannya terlihat menjanjikan, sektor fintech Indonesia memiliki tantangan; jangka pendek, menengah dan panjang.
Menurut McKinsey & Company, meningkatnya biaya dana memberikan tekanan pada margin perusahaan fintech, dengan rata-rata margin bersih menurun dari 10% pada 2021 menjadi 8% pada 2022.
Tantangan lainnya, biaya yang dikenakan kepada merchant/toko (merchant discount rate) biasanya lebih rendah dibandingkan layanan finansial yang serupa seperti pembayaran lewat mesin EDC.
"Agar tetap dapat bertahan, perusahaan-perusahaan fintech tersebut ini harus berinovasi dan mengadopsi model bisnis berkelanjutan, yang menjamin keberlangsungan perusahaan, sekaligus meminimalkan potensi kerugian," jelas Yoshiharu.