Chief Operating Officer (COO) Reku, Jesse Choi, menyebut jumlah investor kripto di Indonesia meningkat. Mengutip data yang dimiliki Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Reku mengungkap saat ini terdapat 17,8 juta investor kripto di Indonesia.
Jesse selanjutnya menjelaskan upaya perusahaan dalam menangkap peluang di tengah tingginya jumlah investor kripto itu, dan mengajak masyarakat mendiversifikasikan instrumen investasinya di aset kripto.
Ia menilai, minat masyarakat ini turut memotivasi Reku untuk konsisten dalam memperkuat posisi dan membentuk komunitas yang lebih melek dan bijak berinvestasi.
Baca Juga: Yakini UMKM Dorong Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini yang Ditawarkan Startup Jack
Baca Juga: Google Camera Ganti Nama Jadi Pixel Camera, Coba Deh Cek Sendiri di Play Store
"Selain menyediakan akses berinvestasi kripto yang mudah, transparan, dan aman, Reku juga berkomitmen mendukung masyarakat dalam pentingnya mendiversifikasi portofolio investasi," kata dia, dalam keterangan pers kepada media, dikutip Minggu (15/10/2023).
Performa aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum juga telah menunjukkan potensi yang menarik sebagai alternatif investasi, lanjut dia.
Selain itu, aset kripto pun juga bisa dimanfaatkan untuk investor jangka pendek, menengah, dan panjang.
Jesse melanjutkan, Reku juga berupaya mempertahankan posisi sebagai exchanger dengan tingkat likuiditas tinggi. Dengan likuiditas tinggi tersebut, Reku memastikan para pengguna bisa dengan mudah melakukan transaksi dan berinvestasi, di tengah dinamika pasar serta sebagai upaya Reku dalam menjaga integritas transaksi pengguna.
Baca Juga: Adobe Luncurkan Logo yang Mengidentifikasi Karya Dibuat dengan AI, Ukurannya Mungil
Lebih dari itu, Reku terus memperkuat nilai platformnya. Dengan menyediakan biaya transaksi kompetitif yang juga diimbangi dengan keamanan berstandar internasional.
Jesse menegaskan, keamanan dan kenyamanan pengguna tetap menjadi prioritas Reku. Termasuk dalam proses pemilihan koin, Reku melakukan proses kualifikasi yang sangat selektif, dengan mengevaluasi beberapa kriteria sebelum aset kripto diperjualbelikan bagi investor.
"Selama Kuartal III, Reku menambahkan sebanyak 20 aset kripto yang terlisting di aplikasi," tuturnya.
Ia juga menekankan, seluruh upaya Reku sejalan dengan visi dalam mengajak investor bijak berinvestasi. Dalam hal ini, bijak berinvestasi bukan hanya dalam mengambil keputusan investasi, namun juga memilih platform yang tepat dalam berinvestasi kripto.
"Pilihlah exchanger yang betul-betul serius dalam memprioritaskan transparansi dan keamanan pengguna, yang patuh terhadap regulasi," imbuh Jesse.
Baca Juga: Di AS, Ferrari Mulai Terima Pembelian Mobilnya Menggunakan Uang Kripto
Sebelumnya diketahui, baru-baru ini Reku menghadirkan Centifuge (CFG) dan THORChain (RUNE). Kedua koin ini sudah bisa diperjualbelikan terhitung Jumat, 13 Oktober 2023.
Centrifuge (CFG)
Centrifuge adalah protokol pembiayaan yang menghubungkan dunia keuangan terdesentralisasi (DeFi) dengan aset dunia nyata (Real World Assets/RWA).
Proyek ini mengubah aset dunia nyata menjadi token non-fungible (NFT), memungkinkan pemilik aset menggunakan token tersebut sebagai jaminan untuk mendapatkan pembiayaan melalui Tinlake, protokol peminjaman terdesentralisasi.
Centrifuge memanfaatkan Polkadot dan Ethereum untuk efisiensi transaksi dan akses likuiditas.
Token CFG dalam ekosistem Centrifuge memiliki berbagai fungsi, termasuk staking, pembayaran biaya transaksi, governance, dan insentif komunitas.
THORChain (RUNE)
THORChain adalah protokol likuiditas terdesentralisasi, yang memungkinkan pengguna menukar aset kripto di berbagai jaringan blockchain, melalui Automated Market Maker (AMM) dan berbagai liquidity pools.
Keunikan THORChain termasuk kompatibilitas dengan berbagai blockchain, distribusi keuntungan langsung kepada operator node dan penyedia likuiditas.
Tim pengembang mayoritas anonim dan dikelola terdesentralisasi, sedangkan token RUNE berperan penting dalam ekosistem dengan berbagai kegunaan.