Techverse.asia - Penduduk Indonesia yang masuk dalam kelompok miskin, hidup dalam penghasilan rendah, dan punya akses yang begitu terbatas pada kebutuhan dan kesempatan ekonomi jumlahnya kurang lebih ada 26,16 juta jiwa atau sekitar 9,54 persen.
Kaum pekerja dalam kelompok ekonomi masyarakat bawah ini cenderung mempunyai pekerjaan serabutan atau berketrampilan rendah, memiliki keterbatasan guna mendapatkan penghasilan, perlindungan sosial atau kesempatan karir dan untuk memajukan ekonomi keluarganya.
Di samping itu, pesatnya perkembangan lokapasar (e-commerce) di Tanah Air, dengan kisaran pengguna internet baru 50 juta orang Indonesia dalam rentang tahun 2015-2020, punya potensi guna membuka banyak kesempatan pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, masih banyak juga calon penjual atau pembeli yang masih terasingkan oleh adanya lokapasar, karena terdapat penghalang-penghalang seperti literasi digital, ketersediaan akun bank, dan kurangnya rasa percaya terhadap produk-produk yang dijual di lokapasar.
Baca Juga: Berikan Proteksi untuk Konsumen, Lazada Jalin Kemitraan bersama BWT
Hal tersebut disaksikan oleh Evermos, startup connected commerce, dari Kota Bandung, sebagai sebuah tantangan untuk melewati penghalang itu dan memberikan akses serta kesempatan buat seluruh masyarakat Indonesia guna mendapatkan penghasilan.
IFC yang merupakan bagian dari kelompok Bank Dunia, lewat laporannya yang berjudul "Inclusive Employment: Advancing Economic Opportunities at the Base of the Pyramid", bersama Evermos sebagai salah satu praktisi bisnis yang menerapkan lapangan kerja inklusif yang dapat dicapai oleh masyarakat kelas bawah, agar diadaptasi oleh perusahaan-perusahaan dan investor.
Dalam studi kasusnya, tingginya biaya yang dibutuhkan dan persoalan logistik di Indonesia adalah ganjalan utama untuk masyarakat agar bisa turut berpartisipasi dalam sektor e-commerce yang tengah berkembang ini.
Evermos mengklaim sebagai salah satu solusi yang berhasil menjawab persoalan itu dengan menumbuhkan jaringan reseller untuk menjual produk yang diminati oleh masyarakat lapisan bawah, meningkatkan penghasilan, hingga memperluas akses pasarnya.
"Sektor swasta sebagai yang punya kunci terhadap lapangan pekerjaan pastinya memiliki peranan yang sangat penting," tutur Operations Officer, Gender and Economic Inclusion dari IFC, Alexis Geaneotes.
Baca Juga: Meta Menghadirkan Saluran Siaran Instagram ke Facebook dan Messenger
Menurut Alexis, dalam laporan yang ditulis IFC bahwa solusi diawali dengan diadakannya sebuah wadah digital alias platform yang dapat diakses oleh banyak orang di daerah-daerah yang berpenghasilan rendah. Maka, platform reseller Evermos memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kesempatan bekerja meraih penghasilan tambahan sebagai reseller yang menjual produk-produk dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Yang mana totalnya mencapai satu pertiga dari sumber penghasilan utamanya, khususnya untuk ibu rumah tangga. Tercatat sebesar 10 persen reseller dengan performa paling bagus bisa meraih penghasilan tambahan Rp2,7 juta per bulan, ekuivalen dengan rata-rata upah minimum nasional.
Praktik pembukaan lapangan kerja inklusif kemudian membutuhkan partisipasi, di mana perlunya menyediakan akses platform digitalisasi yang fleksibel bisa dibuka kapan saja, tanpa perlu modal serta prasyarat, hanya bermodalkan ponsel pintar saja.
Pemajuan kemudian diberikan melalui adanya pelatihan-pelatihan dan pengembangan profesional, lewat program-program guna meningkatkan dan melatih kemampuan berjualan maupun kemampuan informal lainnya. Pemberdayaan lantas berperan sebagai ruang dialog dan umpan balik, yang disajikan dalam konsep kumpul komunitas dan grup-grup online sesama reseller.
Baca Juga: Lokapasar Streetwear Berbasis Singapore, Novelship, Raih Pendanaan Serie B dari East Ventures
"Bagian terpenting dalam mempromosikan lapangan kerja inklusif terletak pada peran komunitas di daerah-daerah guna merangkul sesama reseller dan pengadaan pelatihan," kata Co-founde dan Chief of Sustainability Evermos, Iqbal Muslimin.
Evermos didirikan pada 2018 lalu, perusahaan startup ini telah menghubungkan dengan digitalisasi lebih dari 1,200 UMKM agar produknya bisa dijual secara mudah oleh lebih dari 700 ribu reseller-reseller terutama di masyarakat kelas bawah, kemudian mendapatkan penghasilan dan memajukan ekonomi keluarganya.