Techverse.asia - AC Ventures bersama Bain & Company merilis laporan tentang lanskap modal ventura atau Venture Capital (VC) di Indonesia yang berjudul 'Indonesia Venture Capital Report 2023' guna memberikan gambar yang menyeluruh soal tren, tantangan, dan outlook ke depan dari industri ini. Sektor VC di Tanah Air telah mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam 12 bulan terakhir, terjadi penyesuaian pasar yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro global. Walaupun volume transaksi melejit dua tahun yang lalu, tetapi ketidakpastian makroekonomi yang meningkat mendorong kehati-hatian dalam berinvestasi, dan dampak dari pengaruh kedua tahun lalu mengakibatkan penurunan jumlah serta besaran transaksi.
Meskipun tetap ada optimisme yang dibarengi kewaspadaan saat itu, proyeksi untuk tahun ini sekarang menjadi lebih realistis dengan antisipasi penurunan nilai transaksi sekitar 70-80 persen dibandingkan tahun kedua sebelumnya. Tingkat pendanaan pada 2023 terbilang rendah hingga kuartal ketiga, hanya mencapai 0,3 kali dibandingkan dengan kuartal ketiga tahun 2022.
Walau tahun ini menantang untuk sektor VC, prospek pertumbuhan secara keseluruhan tetap positif, mengingat lanskap VC yang dipicu oleh pulihnya kepercayaan dari investor selama 2020-2021, investor saat ini lebih bijak dan rasional dalam pendekatan mereka.
Baca Juga: AC Ventures Convenes Elite Private Sector Powerhouses for ESG and Gender Lens Investing Summit
Laporan tersebut menyoroti perubahan penting dalam hal apa yang diutamakan oleh para investor, lebih fokus pada perusahaan startup yang mempunyai bisnis yang dinilai menguntungkan, penilaian kerja yang lebih baik, dan rencana yang jelas untuk mencapai keuntungan. Ini terlihat dari menurunnya tingkat peralihan dari pendanaan awal (seed) ke putaran A/B.
Salah satu poin yang ditekankan dalam laporan Indonesia Venture Capital Report 2023 ialah ketangguhan Indonesia terhadap tren global. Meskipun nilai transaksi modal ventura global mengalami penurunan sekitar 20 hingga 40 persen, Indonesia berhasil menjaga nilai transaksi modal ventura yang stabil pada 2022 secara year-over-year (YoY) sebesar US$3,6 miliar. Selain itu, tercatat juga peningkatan volume transaksi sebesar 20 persen YoY di tahun yang sama.
Fundamental makroekonomi yang menarik menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi titik terang di kawasan Asia Tenggara, dan akan memberikan iklim yang menguntungkan untuk startup di negara ini. Dengan populasi usia yang mendominasi, dan jumlah masyarakat kelas menengah yang terus berkembang, nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia tumbuh besar mencapai 4,6 persen pada 2022.
Konsumsi rumah tangga yang mendorong perekonomian cukup signifikan, tercatat menyumbang 55,6 persen terhadap PDB. Perekonomian digital berada di jalur yang juga meningkat, mencapai US$77 miliar pada tahun lalu. Supaya Indonesia tetap berada di jalur pertumbuhannya, Indonesia perlu mengatasi hambatan makro, seperti ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang sedang berlangsung, pemilu 2024, dan meningkatnya tekanan terhadap pemain teknologi besar guna mencapai profibilitas, serta lanskap peraturan yang terus berkembang.
Baca Juga: AC Ventures and BCG Release Report on Decarbonization and Indonesia’s Green Growth Potential
Laporan ini juga memberikan penjelasan mendalam mengenai tema-tema investasi utama. Meskipun bisnis berbasis platform di sektor-sektor seperti e-commerce dan mobilitas mendominasi sebelum tahun 2020, terdapat pergeseran yang nyata ke arah subsektor fintech dan model ritel baru seperti direct-to-consumer (D2C) selama tahun 2020-2022, terutama didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan adopsi digital selama pandemi Covid-19. Tema investasi yang muncul pada tahun 2023 dan seterusnya mengarah pada peningkatan fokus pada ESG, teknologi iklim, kendaraan listrik, teknologi kesehatan, dan merek D2C.
Dalam prospek exit perusahaan, preferensi tradisional terhadap trade sales mulai bergeser ke arah peningkatan tren penawaran saham perdana (IPO). Namun, adanya tekanan pasar dan kondisi pendanaan setelah tahun 2022 berpotensi mengurangi minat atau antusiasme terkait penawaran saham besar (mega-IPO).
Baca Juga: Startup Mulai Kurangi Bakar Uang, Akan Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Digital di Indonesia?
Laporan ini menunjukkan adanya kemajuan dalam industri modal ventura di Indonesia. Kesepakatan pada tahap awal (early-stage deals), terutama di sektor-sektor yang sedang berkembang seperti mobilitas listrik dan layanan kesehatan, diperkirakan akan mendominasi aktivitas VC dalam waktu
dekat. Startup pada tahap akhir kemungkinan besar akan memperbarui strategi mereka dan mengutamakan profitabilitas di atas segalanya.
Dengan proyeksi ekonomi digital yang mencapai US$360 miliar pada tahun 2030, dan inisiatif seperti peluncuran IDXCarbon yang menandakan
komitmen Indonesia terhadap masa depan net-zero, investor global mempunyai alasan untuk optimis terhadap Indonesia.