PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) tetap optimistis terhadap investasinya di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Suntikan investasi tersebut tetap akan diberikan, meski sedang terjadi tren penurunan nilai saham GOTO, yang berdampak pada kinerja keuangan Telkom.
Perseroan menegaskan, investasi ini lebih berorientasi pada misi sinergi jangka panjang.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Telkomsel, Mohamad Ramzy, menjelaskan bahwa tujuan utama investasi di GOTO tidak melulu soal uang. Tetapi lebih sebagai realisasi dan wujud sinergi antara PT Telekomunikasi Seluler Indonesia (Telkomsel) dengan GOTO, untuk menumbuhkan digitalisasi ke masyarakat hingga ke pelosok negeri.
"Jadi kami masih mempertahankan investasi di GOTO dan akan terus meningkatkan sinergi antara keduanya," ujarnya, dilansir dari Investor.id, Jumat (1/12/2023).
Baca Juga: GoTo Perkenalkan Mode Contrast, Fitur Ramah Bagi Penyandang Buta Warna
Baca Juga: Hyundai dan Indika Kerja Sama Hadirkan Bus Listrik untuk Transportasi Umum di Indonesia
Ramzy menyatakan, wujud sinergi itu bahkan sudah terealisasi sejak awal Telkomsel berinvestasi di GOTO. Beberapa di antaranya melalui layanan atraktif dan kompetitif untuk para driver GOTO. Kemudian, lewat perluasan channel kerja sama dengan para merchant dan outlet.
"Ini terus kami monitor dan expand dari waktu ke waktu. Adanya konsolidasi antara GOJEK dan Tokopedia juga menjadi ruang untuk kami bertumbuh, dan meningkatkan sinergi yang potensial dilakukan oleh perseroan dengan GOTO," sebutnya.
Sebagai informasi, dalam laporan keuangan kuartal III-2023, TLKM mengungkapkan nilai wajar investasi di GOTO per 30 September 2023 menggunakan nilai pasar saham GOTO, yakni sebesar Rp85 per saham.
Jumlah kerugian perubahan nilai wajar investasi Telkomsel di GOTO yang belum direalisasi per 30 September 2023 adalah sebesar Rp142 miliar, dan disajikan sebagai kerugian perubahan nilai wajar investasi yang belum direalisasi pada laporan laba rugi konsolidasi.
Sementara per 30 Oktober 2023, TLKM menilai nilai pasar saham GOTO sebesar Rp56 per saham. Sehingga kerugian yang belum direalisasi atas perubahan nilai wajar investasi pada GOTO, akan membuat Telkom bisa berpotensi rugi sebesar Rp688 miliar.
Baca Juga: Pengguna Perangkat Android Bakal Dapat Banyak Pembaruan, Apa Saja?
Hingga September 2023, Telkom membukukan pertumbuhan positif sebesar Rp111,2 triliun atau tumbuh 2,2% secara tahunan (year on year/yoy). Pertumbuhan ini disokong oleh pertumbuhan layanan data, internet dan IT sebesar 4,8% menjadi Rp63,4 triliun, dengan meningkatkannya pendapatan IndiHome dan transisi yang berlanjut dari bisnis legacy ke digital.
Sementara itu dari sisi GoTo, sebelumnya perusahaan itu mempublikasikan pendapatan bersih mereka pada kuartal ketiga 2023 adalah sebesar Rp3,6 triliun. Jumlah itu turun 21%, disebabkan adanya penyesuaian pada paruh pertama 2022 sebesar Rp1,5 triliun, yang tercatat di kuartal III tahun 2022.
Hal ini dilakukan untuk merefleksikan dampak dari perubahan proses estimasi, yang digunakan untuk menentukan alokasi insentif pada pendapatan yang dihasilkan dari konsumen, sesuai yang dilaporkan Perseroan tahun lalu.
Laman perusahaan mengungkap, jika penyesuaian ini dialokasikan kepada masing-masing kuartal di 2022, pendapatan bersih pada kuartal ketiga 2022 adalah sebesar Rp3,1 triliun, sehingga pendapatan bersih Perseroan pada kuartal ketiga 2023 mengalami peningkatan 19% year-on-year.
Baca Juga: Forbes Gunakan Blockchain Ethereum untuk Menyimpan Daftar 30 Under
Baca Juga: Jalan-jalan Mengenali Dua Ikon Kudus, Masjid Menara Kudus dan Sate Kerbau
Rugi bersih periode berjalan untuk kuartal ketiga 2023 membaik 28% dibandingkan kuartal sebelumnya dan 65% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai -Rp2,4 triliun.
"Perbaikan ini dihasilkan dari monetisasi dan pengurangan insentif serta beban pemasaran sebesar 36% dibandingkan tahun sebelumnya. Atau penghematan sebesar Rp2,1 triliun untuk kuartal ini, dibandingkan dengan tahun sebelumnya," demikian dijelaskan perusahaan.
Perseroan mencatat penurunan sebesar 19% pada beban operasional tetap dan penurunan lebih dari 25% untuk biaya terkait cloud dan infrastruktur TI, yang merupakan bagian terbesar dari beban pokok pendapatan.
Penghematan tersebut secara keseluruhan berjumlah Rp2,5 triliun, dalam bentuk penghematan beban operasional tetap dan beban cloud dan TI yang disetahunkan.