Perusahaan modal ventura berskala global, Antler, mengumumkan putaran investasi pre-seed dengan mengucurkan investasi total senilai $5,1 juta atau setara dengan Rp75 miliar, kepada 37 Startup di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Imlek Datang, Yuk Ikut Santap 7 Buah-buahan Ini Supaya Awet Muda
Pendanaan ini merupakan transaksi investasi pre-seed tertinggi dalam satu putaran pendanaan di Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan komitmen Antler dalam mendukung generasi entrepreneur digital di kawasan ini.
Co-founder dan Managing Partner Asia Antler, Jussi Salovaara, menyatakan bahwa melalui pendanaan ini, kami berupaya untuk membantu para founder membangun fondasi yang kuat untuk model bisnis berkelanjutan.
"Dan mendorong inovasi jangka panjang dalam ekosistem teknologi global yang lebih luas," ujarnya, melalui keterangan resmi yang dilansir dari Fortune, Selasa (30/1/2024).
Baca Juga: Kompetisi ZIC 2024: Perusahaan Startup Berpeluang Dapat Uang Tunai Rp1 Miliar
Portofolio binaan Antler mencakup 19 sektor yang beragam, mulai dari AI dan SaaS B2B hingga fintech dan healthtech. Investasi ini juga menandai komitmen awal dan jejak Antler di Malaysia, sebagai bagian dari kemitraan strategisnya dengan lembaga Dana Kekayaan Negara Khazanah.
Jussi Salovaara mengakui, masih banyak startup tahap awal yang potensial di Asia Tenggara. Kondisi itu membuat Antler tetap konsisten berinvestasi pada pendanaan di tahap awal, terutama pada startup yang bergerak di bidang AI bervertikalisasi (verticalized AI) dan Industri 4.0.
Sebagai partner startup tahap awal, Antler secara strategis mampu mengidentifikasi dan mendukung tren teknologi yang sedang berkembang. Salah satunya ialah perkembangan AI.
AI akan memasuki babak baru pada 2024, terutama karena solusi AI akan terus disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik di masing-masing industri.
"Kita akan melihat pergeseran bisnis yang lebih besar ke arah verticalized AI, terutama di bidang media, manajemen pelanggan, dan integrasi Large Language Model (LLM)," kata Jussi.
Baca Juga: Empat Kreator TikTok Diundang ke World Economic Forum, Sampaikan Misi Mereka di Swiss
Ia menyebut, sekitar 34% startup di portofolio investasi Antler di putaran ini telah memanfaatkan kekuatan verticalized AI.
Selanjutnya, hipotesis Antler pada bisnis industri 4.0 adalah walaupun era Industri 3.0 awalnya didorong oleh sektor manufaktur, teknologi peninggalannya kini memiliki potensi besar untuk mentransformasi perubahan di semua sektor industri.
Prinsip-prinsip utamanya, seperti keterhubungan, pembuatan keputusan berbasis data, dan automasi kini banyak digunakan di sektor nondigital seperti konstruksi, transportasi, dan layanan kesehatan.
Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi digital global mencapai $17,5 triliun pada 2025, gelombang baru startup mulai bermunculan di Asia Tenggara. Startup-startup ini mengembangkan produk digital yang memenuhi kebutuhan hiperlokal di Asia Tenggara, sambil tetap mempertahankan potensi untuk berekspansi ke pasar global.
Baca Juga: POCO X6 Pro Dibenamkan Chip Dimensity 8300 Ultra, Ini 5 Keunggulannya
Baca Juga: Realme C67 Hadirkan Sistem Operasi Android 14, Bisa Kustomisasi Tampilan
Antler memandang banyak peluang pertumbuhan di sektor seperti fintech, komunikasi, operasional bisnis, dan sebagainya.
Partner Antler di Indonesia, Agung Bezharie, menyebut Indonesia memiliki dinamika pasar yang unik. Dinamika tersebut menawarkan peluang besar bagi para pelaku startup.
"Itulah mengapa kami di Antler berkomitmen untuk mengumpulkan talenta-talenta terbaik bangsa untuk membangun karya yang hebat," ujarnya.
Dengan jumlah pendaftar lebih dari 5.000 di putaran kali ini, Antler secara konsisten mendukung perkembangan lebih dari 1.000 startup di seluruh dunia sejak pertama diluncurkan pada 2018.