Starcamp diketahui telah mengganti nama venture builder tersebut menjadi Starventure.
Tidak sekadar berganti nama, perubahan nama ini diikuti dengan perubahan manajemen Starventure yang telah berdiri sejak 2020 itu. Menurut perusahaan, hal itu dilakukan seiring dengan perubahan target pasar.
Selain itu, jika sebelumnya Starventure lebih banyak menyasar ke sektor non-fungible token (NFT) dan metaverse, kini juga terjadi perubahan.
Seperti diungkap Co-founder Starventure, Jeremia Michael Sutandy, saat ini, perusahaan berfokus membangun startup tahap awal yang memberi nilai tambah bagi bisnis lainnya, di dalam ekosistem Starventure.
Baca Juga: TransTRACK Gandeng We+, Wujudkan Manajemen Keselamatan Kerja dan Kompensasi Kecelakaan Kerja
"Sehingga bisa saling punya mutualisme antara satu bisnis dengan bisnis lainnya," kata dia, dalam sebuah wwancara bersama Tech in Asia, dikutip Sabtu (27/4/2024).
Starventure menyediakan akses kepada petinggi startup atas jaringan bisnis, berbagai potensi investasi, serta strategi dan rencana usaha untuk pertumbuhan usaha yang lebih besar.
"Kami percaya, dukungan dan bimbingan sejak awal dapat membuat bisnis menjadi lebih kuat dengan pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga bisnis menjadi scalable dan investable," lanjut Michael, lewat sebuah pernyataan resmi.
Michael menjelaskan, Starventure akan mengidentifikasi ide bisnis yang memiliki potensi untuk menghasilkan pertumbuhan tinggi dan dampak besar, sehingga memiliki peluang investasi.
Mereka secara proaktif mengakselerasi pengembangan ide-ide bisnis inovatif untuk kemudian divalidasi.
Validasi ide bisnis merupakan langkah yang sangat penting sebelum dieksekusi menjadi produk dan jasa, tuturnya. Untuk melakukan analisis dan verifikasi, Starventure akan melibatkan pelaku bisnis yang sudah mapan dari industri yang sejenis dengan startup sebagai mentor.
Baca Juga: Fitur 'tiket Green' dari tiket.com, Respon Tingginya Kesadaran Green Tourism
"Starventure mempertemukan para pelaku bisnis, investor, dan mentor berpengalaman dalam sebuah ekosistem yang sehat dan saling mendukung," imbuh Michael.
Menurut dia, ekosistem tersebut menyediakan kerangka terstruktur dan sumber daya bersama. Dengan demikian, Starventure dapat mengakselerasi perkembangan ide menjadi produk atau jasa, lalu meluncurkannya ke pasar dengan lebih cepat.
Starventure juga akan melibatkan pelaku bisnis yang sudah mapan serta relevan sebagai mentor kepada startup terpilih.
Para startup tahap awal akan mendapatkan bimbingan komprehensif. Nantinya, mereka diharapkan tumbuh 5% - 20% setiap bulannya. Starventure tidak memberi batasan hanya bisnis di bidang tertentu, karena yang diutamakan yakni skalabilitasnya.
"Starventure berfokus memberikan manfaat dan nilai tambah bagi bisnis lainnya," tegas dia kemudian.
Baca Juga: Taman Hiburan Peppa Pig akan Dibangun di China, Dibuka pada 2027
Baca Juga: The Death of Slim Shady Bakal Jadi Album Eminem yang ke-12
Lebih lanjut ia menyatakan, Starventure tak hanya terlibat dalam penyediaan modal. Perusahaan juga akan secara aktif membangun startup lewat dukungan berupa akses ke jaringan yang lebih luas, potensi investasi, serta strategi dan rencana bisnis yang dibutuhkan.
Baca Juga: Bijak Bermedia Sosial, Jangan Sampai Ada Galih Loss Berikutnya
Saat masih bernama Starcamp, beberapa startup yang menjadi portofolio mitra ekosistem perusahaan, antara lain e-fishery, Bibit, Andalin, Senang Hatea, Ayam Paduka, Tunas Farm, dan Agrostar.
Di Indonesia, Starventure bersaing dengan berbagai pemain venture builder lainnya, seperti UMG IdeaLab, Terratai, Antler, Wright Partners, WGSHub, dan Ecoxystem.
Baca Juga: Literasi Keuangan Penting untuk Dimiliki Supaya Tak Terjebak Pinjol Ilegal
Baca Juga: Converse Hadir Bertabur Berlian Swarovski Pada Model Chuck 70 De Luxe Squared