Techverse.asia - Sektor properti merupakan penyumbang utama emisi karbon global, menyumbang hampir 40 persen dari total emisi gas rumah kaca di dunia.
Dengan semakin banyaknya kekhawatiran tentang lingkungan dan target iklim yang ketat dari perjanjian internasional dan kebijakan pemerintah, industri ini menghadapi tekanan luar biasa untuk mengalami perubahan transformatif.
Accacia hadir untuk menjawab kebutuhan mendesak ini dengan solusi yang berkelanjutan. Startup ini memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan Software as a Service (SaaS) untuk merevolusi dekarbonisasi properti global.
Baca Juga: 2 Hal Ini Berpengaruh Terhadap Pemenangan Kompetensi Talenta di Pasar Tenaga Kerja
Perusahaan ini baru saja mendapatkan pendanaan dari sederet investor terkemuka, seperti perusahaan modal ventura ternama yang banyak membiayai perusahaan inovatif di Indonesia, AC Ventures. Tren keberlanjutan dalam sektor properti semakin terlihat, dipicu oleh kebutuhan mendesak untuk membatasi pemanasan global pada 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri pada 2050.
Dorongan ini didorong oleh harga karbon yang lebih tinggi dan standar bangunan yang lebih ketat, mendorong investor untuk cenderung pada aset yang berkelanjutan. Ini menandai perubahan mendasar dalam preferensi pasar, di mana properti hijau semakin diminati daripada yang konvensional.
Pergeseran itu tidak hanya menandakan kepatuhan, tetapi juga mencerminkan evolusi yang signifikan dalam sentimen pasar, dengan investor semakin memilih properti yang lebih hijau dan hemat energi.
"Risiko iklim menjadi metrik yang harus dimiliki oleh para investor. Meskipun properti merupakan salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, sektor ini juga sangat sulit untuk didekarbonisasi mengingat kompleksitas emisi rantai nilai - dari konstruksi hingga operasi dan beragamnya penggunaan aset," kata Managing Partner, AC Ventures Helen Wong, Senin (20/5/2024).
Baca Juga: Laporan Cloudflare: Beralih ke Cloud Disebut Dapat Mengurangi Emisi Karbon
Mengingat minat AC Ventures yang mendalam terhadap iklim, dia yakin bahwa sektor ini membutuhkan solusi khusus yang dirancang sesuai dengan kompleksitas sektor properti. Dekarbonisasi sektor properti merupakan salah satu peluang terbesar saat ini, dengan kebutuhan investasi sebesar US$18 triliun dalam dekade mendatang untuk mencapai emisi nol bersih.
Co-founder dan CEO Accacia Annu Talreja menyadari bahwa kebutuhan mendesak dan peluang besar untuk dekarbonisasi di industri properti global. Perusahaan rintisan ini didirikan untuk menjawab kebutuhan tersebut dengan mengintegrasikan sistem yang sudah ada dan menyediakan solusi komprehensif untuk melacak dan mengurangi emisi.
Saat ditanya mengapa alat seperti Accacia dibutuhkan secara global, Annu menjelaskan bahwa sektor properti pada dasarnya adalah bisnis yang kompleks dengan banyak bagian yang bergerak. Oleh karena itu, sektor ini sudah membutuhkan banyak alat ERP khusus dan solusi SaaS.
"Dengan mengintegrasikan sistem yang sudah digunakan oleh pemilik properti terbesar di dunia, Accacia membantu melakukan berbagai hal penting," terangnya.
Baca Juga: Climeworks: Perusahaan Asal Swiss yang Sedot Karbondioksida dan Disimpan dalam Tanah
Itu termasuk mengukur emisi Scope 1, 2, dan 3 dari operasi aset, menilai dan meningkatkan desain bangunan untuk mengurangi karbon yang terkandung, menghitung emisi yang dibiayai untuk portofolio investasi, menetapkan target nol bersih, hingga melacak perjalanan dekarbonisasi.
Dikatakan Annu, pasar perangkat lunak akuntansi karbon global saat ini diperkirakan bernilai US$15 miliar dan diperkirakan akan tumbuh menjadi US$50 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Sementara itu, pasar bangunan hijau di wilayah berkembang bernilai sekitar US$25 triliun. Di negara maju, pasar untuk renovasi (peningkatan bangunan yang ada untuk efisiensi energi dan dekarbonisasi yang lebih baik) berkisar antara US$18 triliun hingga US$20 triliun.
"Pada intinya, produk kami adalah platform pelacakan emisi karbon. Namun, ini melampaui sekadar pelacakan untuk memfasilitasi dekarbonisasi yang nyata. Dengan melakukan ini, kami juga membuka pintu ke pasar yang luas untuk solusi renovasi, teknologi canggih, dan material inovatif dalam industri properti," tambahnya.
Baca Juga: Indonesia Masih Tunda Penerapan Pajak Karbon, Pakar: Tarifnya Tergolong Kecil