Startup teknologi iklim (climate tech) yang berbasis di San Francisco, BaniQL, berhasil mengumpulkan seed funding sebesar $1,6 juta (sekitar Rp25,5 miliar), yang didanai oleh investor modal ventura Singapura, Beenext.
Selain Beenext, putaran pendanaan ini juga didukung oleh perusahaan modal ventura Swiss, Seedstars International Ventures; platform angel investor Asia Tenggara, Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, Malaysia; dan Jaringan XA, A2D Ventures.
CEO dan Co-founder BANiQL, Willy Halim, menyebut bahwa startup ini menekankan perihal pendanaan awal ini akan digunakan untuk:
Mengembangkan fasilitas prototipe,
Memperluas tim penelitian dan pengembangan,
Mendukung operasional umum BANiQL, yang meliputi pengembangan paten, kolaborasi, hingga pengembangan produk.
"Kami yakin, pendanaan ini akan memungkinkan kami membawa BANiQL ke tingkat berikutnya, dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk industri mineral penting," kata Willy, dalam keterangan tertulis yang dikutip Kamis (23/5/2024).
Sementara itu COO dan Co-founder BANIQL, Eric Januar, menyebut timnya telah bekerja tanpa henti untuk mengembangkan teknologi yang tidak hanya memenuhi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat, sembari memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.
"Putaran pendanaan ini adalah tonggak penting bagi kami, karena memungkinkan kami untuk mempercepat upaya serta memberikan dampak yang bertahan lama pada masa depan produksi baterai dan praktik penambangan yang berkelanjutan,” sambungnya.
Baca Juga: IKEA Hadirkan Koleksi Mittzon, Didesain Khusus untuk Perabot Kantor
BaniQL sedang mengembangkan teknologi yang bertujuan menjadikan ekstraksi nikel dan kobalt – dua komponen penting dalam baterai kendaraan listrik dan penyimpanan energi terbarukan – lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Teknologi BANIQL diketahui menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dan efisien dibandingkan metode ekstraksi tradisional, yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan yang signifikan.
Pihak BaniQL mengeklaim solusi yang mereka buat dapat menghilangkan limbah, sembari menekan penggunaan energi dan air secara signifikan, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi jejak lingkungan yang terkait dengan ekstraksi nikel dan kobalt.
BaniQL mengatakan pendekatan inovatifnya berpotensi mengurangi dampak lingkungan dari ekstraksi nikel dan kobalt secara signifikan, sekaligus memenuhi permintaan yang terus meningkat akan bahan-bahan tersebut.
Baca Juga: 10 Besar Provinsi Berdaya Saing Digital Tinggi di Indonesia Masih Didominasi dari Pulau Jawa
Baca Juga: Indonesia Bakal Punya 'ChatGPT' Sendiri, Bisa Memahami Bahasa Daerah
Baca Juga: Spesifikasi Kamera Fujifilm GFX100S II, Bodinya Kecil dan Bobotnya 31 Ons
Kemudian, seiring transisi dunia menuju solusi energi yang lebih ramah lingkungan, permintaan akan mineral penting ini mengalami lonjakan.
Selain itu, pasar bahan baku baterai diperkirakan akan mencapai $60 miliar pada 2030, dan integrasi vertikal yang sukses dari BANIQL dengan pemrosesan material dapat membuka peluang pasar tambahan sebesar $62 miliar.
Dengan potensi pasar gabungan sebesar $120 miliar, BANIQL bertujuan untuk menangkap pangsa pasar yang signifikan dengan potensi menghasilkan pendapatan sebesar $1-3 miliar.
Target pasar awal startup ini adalah Indonesia, yang memiliki 25% cadangan nikel dunia, lalu berencana memasuki pasar Filipina, Australia, dan Korea Selatan.
Filipina diperkirakan memiliki 5% cadangan nikel global dalam bentuk endapan laterit yang luas dan dangkal, yang ditambang di permukaan setelah menghilangkan vegetasi di atasnya dan lapisan tanah atas.
Selain itu, GlobalData mengatakan Filipina adalah produsen nikel terbesar kedua di dunia pada 2022 , meskipun produksinya turun 10,49% dari tahun 2021.
Baca Juga: Sharp AQUOS R9, Ponsel dengan Spesifikasi Standar Militer AS dan Kamera Yahud dari Leica
BANiQL merupakan perusahaan yang didirikan pada 2021 silam oleh Willy Halim, Eric Januar, dan Aristotle Vergara. Willy dan Eric merupakan warga negara Indonesia yang juga berprofesi sebagai peneliti kimia di Amerika Serikat (AS). Selain ketiganya, mantan eksekutif Hyundai Motor AS, SeungWan Kim juga terlibat dalam pendirian startup ini.
Baca Juga: Sinopsis Furiosa: A Mad Max Saga, Prekuel dari Mad Max: Fury Road