Imbas Tech Winter Masih Berlanjut, Pendanaan Startup Masih Dilakukan Hati-hati

Uli Febriarni
Sabtu 29 Juni 2024, 13:59 WIB
(ilustrasi) pendanaan startup (Sumber: freepik)

(ilustrasi) pendanaan startup (Sumber: freepik)

Memasuki tengah semester 2024, investor masih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup. Faktor tech winter yang masih berlanjut memengaruhi sikap para investor tersebut.

Sekadar informasi, tech winter adalah periode penurunan investasi di industri teknologi termasuk startup.

Sedikit menengok ke belakang, sektor digital di Indonesia memang memasuki siklus baru. Sebelumnya, sepanjang 2009 hingga 2021, valuasi startup digital naik dan mencapai puncak kejayaan (peak point). Saat itu, likuiditas berlimpah.

Kemudian pada 2022 dan 2023, sektor digital memasuki babak baru, terjadi tren kenaikan suku bunga bertubi-tubi di Amerika Serikat (AS). Dampaknya, inasi susah terkontrol. Belum lagi, tekanan geopolitik yang memanas dan pergantian kepemimpinan di beberapa negara membuat ekosistem industri teknologi secara global sedang menghadapi tantangan.

Baca Juga: Mode Gelap Strava Resmi Rilis, Aplikasi dan Website FATMAP Mulai Dihentikan Pada 1 Oktober

Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana, mengatakan bahwa kondisi ketidakpastian dan berbagai tantangan tersebut membuat perusahaan perlu berfokus dan berhati-hati. Sebab, uang yang dulunya murah sekarang jadi mahal.

"Memasuki tengah semester tahun ini, tech winter masih berlanjut," kata Roderick, di laman East Ventures, disadur Sabtu (29/6/2024).

Mengutip analisis data yang dilakukan Crunchbase, kuartal I 2024 menjadi rekor pendanaan startup global terendah kedua sejak awal 2018.

Tercatat, pendanaan ventura global menjadi US$66 miliar di kuartal I 2024. Angka ini memang naik 6% secara kuartalan. Tapi, turun dalam hingga 20% dari tahun ke tahun.

Menurut dia, investor tetap akan mencari target investasi yang baik, selama startup bisa menunjukkan value proposition yang jelas dan disruptif, pasti mereka dapat mendapatkan pendanaan.

Pada dasarnya ia optimistis dengan potensi inovasi ekosistem startup dan digital yang besar di Indonesia dan Asia Tenggara. Dan sebagai venture capital yang terbuka pada seluruh sektor (sector-agnostic), East Ventures tetap aktif memberikan investasi ke startup berbasis teknologi di seluruh sektor.

"Selama ada founder yang bagus, pasti akan kami berikan investasi," tegas Roderick.

Apalagi sejauh ini, East Ventures melihat, semakin banyak pengusaha muda yang memiliki semangat besar untuk menyelesaikan permasalahan di Indonesia.

Para pengusaha tersebut memiliki daya adaptasi, resilient, dan mampu fokus pada core strength, meski sedang menghadapi krisis. Mereka menjelma menjadi pendiri yang tahan banting serta bisa mempertahankan bisnisnya di tengah badai ini.

"Di sinilah kami melihat ekosistem startup termasuk para founder di Indonesia semakin mature," kata Roderick.

Baca Juga: Play For Dream Technology Masuki Pasar Asia Pasifik, Berkantor di Singapura

Sementara itu, Founding Partner GDP Venture, Antonny Liem, menjelaskan perihal tensi geopolitik menjadi salah satu penyebab periode tech winter masih berlanjut.

Sentimen dollar AS yang terus menguat dan belum ada perubahan kebijakan suku bunga The Fed untuk turun, juga semakin membuat para investor startup berhati-hati. Belum lagi, faktor yang membuat ketidakpastian ekonomi juga datang dari Pemilu AS di akhir tahun ini dan turut menambah sentimen akan ketidakpastian ekonomi global.

"Saat ini, industri teknologi sedang mencoba untuk pulih," tutur Antonny.

Meski demikian, bukan berarti investor berhenti melakukan pendanaan.

Antonny menyatakan, GDP Venture Builder dengan fokus investasi jangka panjang, sedang terus berupaya membantu portofolio startup mereka yang memiliki potensi bisnis kuat. Dengan begitu, bisa bertahan di masa tech winter saat ini.

"GDP Venture Builder tidak memiliki target pendanaan pada periode tertentu, dan saat ini kami fokus mengembangkan startup yang ada di portofolio kami," imbuhnya.

Jika ada kewajiban bagi perusahaan pendanaan baru yang harus melakukan funding, maka mereka akan melakukan investasi secara hati-hati. Sebaliknya, jika perusahaan pendanaan tersebut masih memiliki waktu dua hingga tiga tahun ke depan dan tidak wajib memberikan pendanaan, ada kemungkinan mereka akan wait and see, tidak terburu- buru melakukan pendanaan saat ini.

Antonny menambahkan, saat ini investor juga cenderung menginginkan startup yang memiliki fundamental bisnis yang kuat, dan bisa mencapai titik impas atau break even point (BEP) lebih cepat.

Sebelum tech winter melanda, kata dia, para pebisnis dan investor fokus memperbesar market share dan skala bisnis. Setelah itu, baru mengharapkan akan terjadi BEP.

Baca Juga: ASUS Zenfone 11 Ultra Punya Warna Baru, Verdure Green

Baca Juga: Hyundai INSTER Akan Hadir Varian CROSS

Seorang angel investor aktif dan advisor untuk sejumlah startup, Mohammed Alabsi, mengakui investor memang menunjukkan kehati- hatian dalam mengucurkan modal ke startup di tahun ini.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada kondisi tersebut antara lain kenaikan suku bunga, ketakutan akan potensi resesi, dan konik geopolitik.

"Selain itu, sektor-sektor teknologi yang fokus pada konsumen, menghadapi lebih banyak kehati-hatian dari para investor," ucap Chief Product & Technology Officer Hypefast ini.

Potensi pertumbuhan, ukuran pasar startup yang besar di Indonesia, serta penggunaan internet yang luas, mendukung bisnis startup.

Menurutnya, negara ini adalah rumah bagi lebih dari 2.300 startup, termasuk sembilan startup unicorn dan dua startup decacorn. Tetapi, perlambatan ekonomi global menutupi pertumbuhan pesat yang sebelumnya terjadi. Startup di Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan lain, termasuk banyaknya birokrasi, target audiens yang terbatas, dan konsumen yang ikut-ikutan.

Selain itu, ketidakpastian pasar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada tahun ini dan kesulitan dalam penggalangan dana startup menunjukkan, pemutusan hubungan kerja (PHK) kemungkinan akan terus berlanjut di masa mendatang.

Informasi lain, sektor-sektor tertentu akan tetap menarik investasi dalam jumlah besar, yakni startup di bidang kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI), perawatan kesehatan, energi, dan robotika.

Sektor lain yang juga akan tumbuh pesat antara lain: logistik otomatis, rantai pasok berbasis digital, platform parenting, manufaktur sepeda motor listrik, perdagangan sosial, dan merek yang mendukung teknologi.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait
Startup

4 Kiat Utama Membangun Startup

Rabu 31 Januari 2024, 15:19 WIB
4 Kiat Utama Membangun Startup
Berita Terkini
Techno13 Maret 2025, 21:47 WIB

Samsung Galaxy A06 5G Diniagiakan di Indonesia, Main Free Fire Tanpa Lag

Untuk menambah pengalaman gaming penggunanya, saat ini, Galaxy A06 5G hadir dengan sleeve eksklusif Free Fire.
Samsung Galaxy A06 5G. (Sumber: Samsung)
Startup13 Maret 2025, 21:13 WIB

Elevarm Umumkan Pendanaan Pra-Seri A dari Intudo Ventures, Segini Nominalnya

Elevarm memiliki potensi besar untuk membentuk masa depan industri hortikultura Indonesia.
Elevarm. (Sumber: istimewa)
Techno13 Maret 2025, 19:59 WIB

TCL Hadirkan TV C6KS Premium dengan Layar QD Mini LED

TCL punya tingkat kontras yang enggak ada lawannya.
TCL menghadirkan televisi (TV) C6KS. (Sumber: dok. tcl)
Tips13 Maret 2025, 19:31 WIB

Cara Kelola Uang Jelang Hari Raya Idul Fitri

Alasan mengapa penting untuk mengelola keuangan saat Ramadan dan lebaran.
Ilustrasi mengatur uang saat Ramadan. (Sumber: freepik)
Techno13 Maret 2025, 17:13 WIB

Spek Lengkap Laptop Gaming Razer Blade 18

Bermain dan Berkreasi dengan Razer Blade 18 Terbaru.
Razer Blade 18. (Sumber: Razer)
Travel13 Maret 2025, 16:53 WIB

Abu Dhabi akan Memperkenalkan Pertunjukan Cahaya Drone Terbesar di Dunia

Ini adalah cara guna mengangkat cerita budaya Dubai melalui teknologi.
Ilustrasi pertunjukkan yang akan digelar di Abu Dhabi, Dubai. (Sumber: istimewa)
Techno13 Maret 2025, 15:49 WIB

Nubia V70 Max Diluncurkan di Indonesia, Ini Spesifikasinya

Perusahaan juga mengenalkan AI baru untuk jajaran perangkatnya.
Nubia V70 Max. (Sumber: ZTE)
Automotive13 Maret 2025, 15:15 WIB

KIA Concept EV2 akan Dipasarkan Mulai 2026, Tengok Interior dan Eksteriornya

Kia Concept EV2 mewujudkan semangat inovasi dan petualangan.
KIA Concept EV2 (Sumber: KIA)
Techno12 Maret 2025, 21:41 WIB

Vivo V50 Hadir dengan Fitur ZEISS Group Portrait

Abadikan kebersamaan Ramadan hingga 30 orang dalam satu frame dengan detail yang jelas.
Vivo V50. (Sumber: Vivo)
Techno12 Maret 2025, 20:49 WIB

Indonesia Adopsi GenAI dengan Cepat, tapi Keterwakilan Perempuan Masih Minim

Buku panduan terbaru Coursera menguraikan strategi dan intervensi khusus untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam AI.
(ilustrasi) kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) (Sumber: Freepik)