Techverse.asia - Startup eFishery resmi mengumumkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada akhir Juli lalu. Namun demikian, mereka tidak menyebutkan berapa jumlah karyawan yang terdampak akibat PHK ini.
Vice President of Public Affairs eFishery Muhammad Chairil mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan resmi pada bulan kemarin bahwa eFishery telah memberhentikan sejumlah pekerjanya, sebuah keputusan yang menurutnya telah dipertimbangkan dengan matang oleh perusahaan.
"Kami paham dampaknya terhadap individu. Kami tentunya berterima kasih atas kepada seluruh karyawan yang terkena dampak langsung karena keputusan ini," ujarnya.
Baca Juga: Julo Gandeng Qoala dan Sompo, Hadirkan Fitur Baru Protect Plus
Tapi eFishery enggan mengungkapkan jumlah orang yang terkena dampak PHK tersebut, dengan mengklaim bahwa mereka masih dalam proses menghitung angka tersebut. Perusahaan berjanji untuk membantu karyawan yang diberhentikan, termasuk dengan membantu mereka menemukan pekerjaan baru.
Perusahaan dilaporkan akan membantu karyawannya menemukan karir baru yang sesuai dengan keahlian dan minat mereka. Selain itu, eFishery memberi dukungan serta konseling guna membantu karyawan yang terdampak melalui fase transisi tersebut.
Fasilitas proses transisi karyawan yang terdampak sehalus dan semudah mungkin. Untuk karyawan yang tak terdampak PHK eFishery, perusahaan menghargai komitmen serta dedikasi yang telah terjalin.
"Kami sadar bahwa perubahan tersebut dapat berdampak terhadap kekhawatiran dan pertanyaan," terangnya.
PHK ini, katanya, adalah langkah perubahan strategi yang juga mencakup rencana untuk mengejar pertumbuhan melalui pasar luar negeri. Startup unicorn ini berjanji untuk fokus pada pengembangan bagian hulu dan hilir dari bisnisnya tahun ini, termasuk penetrasi produk dan digitalisasi.
Mitra Redseer Asia Tenggara Roshan Raj menyatakan bahwa eFishery mungkin akan mengalihkan fokus ke pasar luar negeri, sebagian karena kurangnya pemain lokal di Indonesia, sebuah pilihan yang dapat memberi perusahaan landasan yang baik untuk pertumbuhan.
"Pasar perikanan (memang) besar, tapi tidak terorganisir di Indonesia," ujarnya.
Kabar PHK ini muncul setelah eFishery pada Juni lalu memperoleh dana kurang lebih Rp487,6 miliar atau setara dengan US$30 juta kepada startup unicorn yang menggeluti bidang perikanan. Dana ini merupakan bagian dari penyaluran kredit hijau alias green and social loan yang menargetkan potensi kredit berkelanjutan di Indonesia.
Baca Juga: Direktorat Ekonomi Digital Kominfo Gandeng eFishery, Beri Bantuan Alat Pakan Otomatis
Selain itu, HSBC Indonesia juga diberi mandat sebagai sustainable finance coordinator untuk eFishery kaitannya dengan ambisi perusahaan guna meingtegrasikan aspek-aspek Enviromental Social Governance (ESG) dalam operasi bisnis mereka.
Dengan pinjaman modal senilai ratusan miliar rupiah dari bank HSBC Indonesia, harapannya para pembudidaya ikan maupun udang skala mikro punya akses yang lebih luas untuk memasarkan hasil budidaya mereka dengan harga yang wajar sesuai pasar. Tak cuma itu, meningkatkan juga penjualan lantaran berat ikan akan lebih merata.
Sebagai negara berbentuk kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah salah satu penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah China. Pada 2022, tercatat sektor perikanan dan diperkirakan berkontribusi sebesar 2,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Baca Juga: Punya Potensi Akuakultur yang Tinggi, eFishery Ekspansi ke India
Meskipun demikian, sebagian besar konsumsi ikan di Tanah Air sumbernya berasal dari perikanan skala kecil, bukan industri perikanan yang menghasilkan sebagian ekspor.
Startup ini didirkan di Bandung, Jawa Barat pada 2013 silam, sejauh ini sudah melayani lebih dari 70 ribu pembudidaya ikan dan udang di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Memfasilitasi transaksi ikan air tawar hingga Rp1,1 triliun, transaksi udang mencapai Rp1,12 triliun, hingga memfasilitasi transaksi pakan mencapai Rp1,99 triliun.
Selain sistem pemberian makan otomatis yang mengandalkan Internet of Things (IoT), platform eFishery juga mencakup pasar untuk menjual pakan ikan dan udang ke pembudidaya, produk ikan dan udang segar ke konsumen B2B, dan produk keuangan untuk pembudidaya ikan.