Techverse.asia - Kekinian perusahaan rintisan atau startup tengah menghadapi situasi yang sulit di mana salah satunya adalah permasalahan pendanaan yang semakin seret dari investor.
Berdasarkan data yang dirilis oleh SE Asia Deal Review menyebutkan bahwa pendanaan startup di Indonesia pada kuartal pertama (Q1) 2023 turun hingga 41 persen secara quarter-to-quarter dan 50 persen secara year-to-year menjadi sekitar Rp6,36 triliun.
Oleh karena itu, penting bagi startup-startup guna melakukan inovasi supaya mendapat kucuran dana segar dari para investor konstitusional. Direktur Central Capital Ventura (CCV) Adi Prasetyo menjelaskan bahwa tren seretnya suntikan modal dari investor ke startup-startup sebenarnya juga dirasakan secara global.
"Bahkan tren ini mengalami titik yang paling rendah dalam waktu enam tahun terkahir. Saat ini perusahaan modal ventura semakin selektif kaitannya dengan mengucurkan pendanaan ke startup," ujar Adi.
Baca Juga: KLAR Smile Catat Lonjakan Pendapatan hingga 10x Lipat
Artinya, pendanaan cuma akan diberikan kepada perusahaan rintisan yang punya kualitas dan performanya bagus, meskipun uang investor dalam skala global yang akan digelontorkan ke startup-startup jumlahnya sangatlah banyak.
"Seperti enam bulan pertama pada tahun ini, secara umum investor lebih berhati-hati dalam melihat peluang dan melakukan investasi," terangnya.
Bank Central Asia (BCA) berkomitmen guna mendukung pengembangan startup-startup yang ada di Tanah Air lewat CCV yang merupakan perusahaan modal ventura. Selama tiga tahun ke belakang, sambungnya, pembiayaan bagi startup masih di atas 30 persen, namun sekarang ini anjlok di bawah 30 persen.
Vice President (VP) Digital Innovation Solution BCA Samuel Tjung menyampaikan, inovasi yang punya potensi untuk menjadi penggerak ekosistem di antaranya ialah agritech, teknologi biometrik, dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). BCA bersikap terbuka terhadap startup berbasis teknologi.
Baca Juga: Seeds Finance Dapat Pendanaan Lanjutan dari Seven Capital Valor
"Hal ini tentunya harus sesuai dengan nilai serta kebutuhan perusahaan," katanya.
Pertama, apakah dapat menjawab kebutuhan BCA. Kedua, seperti apa portofolio dan cerita sukses (success story) dari klien mereka. Ketiga, perlu dilihat juga dukungan yang mampu mereka sediakan untuk keperluan perusahaan.
"Beberapa ceruk bisnis (yang) masih berpeluang (untuk) menjadi sumber pertumbuhan teknologi finansial (tekfin) di Indonesia, antara lain sektor wealth, consumer tech, maupun teknologi digital yang bisa mendukung juga sektor perbankan," tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh East Ventures yang memaparkan bahwa memasuki tengah semester 2024, investor masih berhati-hati dalam melakukan pendanaan ke startup. Faktor tech winter yang masih berlanjut memengaruhi sikap para investor tersebut.
Sekadar informasi, tech winter adalah periode penurunan investasi di industri teknologi termasuk startup.
Baca Juga: Living Lab Ventures Gelar Startup Demo Day: Tarik Perhatian dari Modal Ventura
Sedikit menengok ke belakang, sektor digital di Indonesia memang memasuki siklus baru. Sebelumnya, sepanjang 2009 hingga 2021, valuasi startup digital naik dan mencapai puncak kejayaan (peak point).
Saat itu, likuiditas berlimpah. Kemudian pada 2022 dan 2023, sektor digital memasuki babak baru, terjadi tren kenaikan suku bunga bertubi-tubi di Amerika Serikat (AS). Dampaknya, inasi susah terkontrol.
Belum lagi, tekanan geopolitik yang memanas dan pergantian kepemimpinan di beberapa negara membuat ekosistem industri teknologi secara global sedang menghadapi tantangan.
Managing Partner East Ventures, Roderick Purwana, mengatakan bahwa kondisi ketidakpastian dan berbagai tantangan tersebut membuat perusahaan perlu berfokus dan berhati-hati. Sebab, uang yang dulunya murah sekarang jadi mahal.
Baca Juga: AC Ventures dan Bain & Company Rilis Indonesia Venture Capital Report 2023
"Memasuki tengah semester tahun ini, tech winter masih berlanjut," kata Roderick.
Mengutip analisis data yang dilakukan Crunchbase, kuartal I 2024 menjadi rekor pendanaan startup global terendah kedua sejak awal 2018. Tercatat, pendanaan ventura global menjadi US$66 miliar di kuartal I 2024. Angka ini memang naik enam persen secara kuartalan. Tapi, turun dalam hingga 20 persen dari tahun ke tahun.
Menurut dia, investor tetap akan mencari target investasi yang baik, selama startup bisa menunjukkan value proposition yang jelas dan disruptif, pasti mereka dapat mendapatkan pendanaan. Pada dasarnya ia optimistis dengan potensi inovasi ekosistem startup dan digital yang besar di Indonesia dan Asia Tenggara.