Techverse.asia - Bank DBS Indonesia menggandeng perusahaan startup Nafas yang menyediakan alat pengukur kualitas udara secara real-time, terlokalisasi, dan akurat guna memasang sebanyak 50 sensor kualitas udara.
Ini adalah salah satu langkah DBS Indonesia dalam memanfaatkan dana hibah yang totalnya mencapai Rp8,2 miliar lewat program DBS Foundation (DBSF) Business for Impact Grant Award 2023. Dan Nafas salah satu yang mendapatkannya untuk mengatasi persoalan lingkungan serta sosial meliputi polusi udara, limbah makanan, plastik dan pemberdayaan perempuan.
Menurut data Nafas, per Januari-Juni 2024, kualitas udara di Kota Jakarta menunjukkan rata-rata konsentrasi partikulat atau PM 2,5 sebesar 34 µg/m3. Artinya, tujuh kali lebih buruk daripada standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang sebesar 5 µg/m3 per tahunnya.
Baca Juga: Mangkunegaran Digital Day 2024: Mewujudkan Kota Solo sebagai Pusat Digital
Pengukuran itu memakai skala dari Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (AS), yang mengkategorikan kualitas udara menjadi enam jenis: udara berbahaya (coklat), sangat tak sehat (ungu), tidak sehat (merah), tak sehat bagi kelompok sensitif (oranye), sedang (kuning), dan baik (hijau).
Data ini diambil dari lebih 100 sensor kualitas udara yang dipasang oleh Nafas di seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Co-founder sekaligus CEO Nafas Indonesia Nathan Roestandy menjelaskan bahwa salah satu langkah mengatasi isu kualitas udara tersebut yakni dengan menghadirkan data yang lebih komprehensif dan real-time dengan adanya lebih banyak lagi alat sensor udara di banyak titik.
"Dengan memasang sejumlah alat pengukur sensor udara, kami yakin bisa memberikan gambaran data yang lebih komplet tentang kondisi udara di berbagai daerah supaya pemeritah maupun instansi terkait dapat membuat kebijakan atau strategi yang lebih baik untuk menyelesaikan persoalan ini," katanya, Rabu (21/8/2024).
Baca Juga: Google Discover Akan Luncurkan Informasi Kualitas Udara
Nafas sejauh ini tercatat memiliki 250 sensor kualitas udara yang tersebar di seluruh daerah di Tanah Air. Dengan memperoleh dana hibah dari DBS Indonesia, startup ini akan menargetkan akan memasang setidaknya 50 alat sensor kualitas udara sampai akhir 2024, dan 700 sensor pada tahun depan.
"Target kami pada tahun ini adalah bisa mempunyai alat sensor kualitas udara mencapai 300 unit. Dan target untuk 2025 mendatang kami bisa punya 1.000 unit sensor kualitas udara. Kami akan memasang alat ini di Pulau Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi karena di tiga pulau tersebut juga terdapat pusat industri," terangnya.
Adapun sensor kualitas udara luar ruangan yang dipasang oleh Nafas punya tiga cara kerja. Pertama, sensor udara luar ruangan Nafas akan menangkap partikel-partikel kecil, gas, dan temperatur, hingga kelembapan. Selanjutnya, sampel tersebut bisa diambil sebanyak 20 kali setiap menit guna diolah serta dikalibrasi.
"Yang terakhir adalah data akan ditampilkan di aplikasi Nafas dan bakal diperbarui setiap 10 hingga 20 menit," ujar dia.
Baca Juga: Kata Penelitian: Polusi Udara Dapat Menjadi Faktor Pemicu Orang Depresi
Nafas bercita-cita untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap udara yang mereka hirup serta dampaknya bagi kehidupan. Kolaborasi kedua pihak ini diharapkan dapat masyarakat bisa paham tentang kualitas udara yang bagus, sehat, dan bersih, bukan untuk hari ini saja tapi untuk masa depan juga.
"Kolaborasi kami bersama Nafas sejalan dengan 'spark' yang kami punya guna memberikan dampak positif yang signifikan untuk masyarakat," ujar Direktur Consumer Banking Bank DBS Indonesia Melfrida Gultom.
Ia menyampaikan bahwa kolaborasi DBS Indonesia x Nafas juga berkelindan dengan pilar ketiga perusahaan yang berbunyi Impact Beyond Banking. Menurutnya, dengan mengitegrasikan teknologi inovatif dari Nafas, mereka percaya bahwa upaya ini bakal membawa perubahan yang nyata di kehidupan sehari-hari masyarakat dan nasabahnya.
Di samping itu, DBS Indonesia coba terapkan poros bisnis hijau yang mana sejak tahun lalu, pihaknya pun telah mengganti lampu di seluruh kantornya dengan lampu LED yang lebih hemat energi. DBS Indonesia juga memasang panel surya di sejumlah kantor cabang.
Baca Juga: Automa Raih Dukungan Pendanaan untuk Mengurangi Jejak Karbon