Techverse.asia - Di Indonesia, pasar berkembang dengan kelas menengah yang terus tumbuh, sebagian besar konsumen secara historis berjuang untuk membangun skor kredit mereka dengan baik.
Akibatnya, banyak yang tidak dapat sepenuhnya mewujudkan mobilitas sosial ekonomi yang sesungguhnya melalui akses ke pinjaman dan instrumen keuangan lainnya di luar rekening tabungan. Hal tersebut sebagian disebabkan oleh kurangnya kejelasan publik.
Baca Juga: TransTRACK Dapat Dana Ratusan Miliar, Mentransformasi Sektor Logistik dan Transportasi
Meskipun biro kredit negara memiliki informasi yang dibutuhkan konsumen untuk diberdayakan, sebagian besar, tidak pernah ada cara yang mudah digunakan untuk mendapatkan informasi kredit seseorang dan kemudian membuat keputusan yang tepat tentang cara meningkatkan posisi mereka sebelum mendatangi bank dan mengajukan pinjaman. Di Indonesia, sembilan dari setiap 10 aplikasi pinjaman ditolak.
AC Ventures bermitra dengan Boston Consulting Group, BCG X, dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), baru-baru ini merilis laporan sektor penting berjudul "Memanfaatkan Kekuatan (Gen) AI dalam Layanan Keuangan Indonesia," yang mengeksplorasi adopsi dan dampak AI generatif di sektor keuangan negara tersebut, menawarkan saran strategis bagi para pemimpin bisnis tentang mengintegrasikan teknologi baru ke dalam produk dan operasi mereka.
Salah satu studi kasus paling menarik dalam laporan tersebut adalah Skor Technologies (Skor). Perusahaan yang berkembang pesat ini muncul sebagai pelopor dalam mendemokratisasi akses ke informasi keuangan dan kredit.
Baca Juga: Paylater dan Pinjol Semakin Marak, Bank Perlu Ubah Strategi Supaya Kredit Gampang Diakses
Didirikan bersama oleh Ongki Kurniawan pada 2022, SkorLife telah berkembang menjadi instrumen penting dalam membantu konsumen lokal mengelola kesehatan keuangan mereka secara efektif.
“SkorLife adalah aplikasi pembangun kredit pertama di Indonesia, yang mengembalikan kendali informasi kredit kepada pengguna,” jelas Ongki, Jumat (30/8/2024).
Ia mengatakan bahwa platform ini tidak hanya memungkinkan akses ke data kredit seseorang, tetapi juga membantu pengguna dalam mengelola, memahami, dan membantah informasi kredit mereka. Ini adalah alat yang berguna yang bertujuan untuk membentuk kembali cara orang Indonesia berinteraksi dengan lembaga keuangan.
Latar belakang profesional Ongki mencakup berbagai jabatan di perusahaan konsultan keuangan dan manajemen multinasional seperti Citi Group dan BCG, tetapi juga peran senior di perusahaan teknologi raksasa seperti XL Axiata, Grab, dan Stripe.
Baca Juga: Kartu Kredit Mayapada Skorcard Dirilis, Berpotensi Menjadi Startup Unicorn Indonesia Berikutnya
Pengalaman ini memberinya pemahaman mendalam tentang kemajuan teknologi dan nuansa regulasi di Indonesia, yang kemudian ia terapkan pada tantangan kredit unik yang dihadapi oleh jutaan konsumen Indonesia.
“Salah satu tantangan utamanya adalah bahwa laju teknologi belum diimbangi oleh laju kerangka regulasi di Indonesia, sehingga menciptakan berbagai hambatan yang perlu kita atasi,” katanya.
SkorLife telah melihat keterlibatan pengguna yang mengesankan, dengan lebih dari 1,5 juta unduhan aplikasi dan sekitar 750 ribu pengguna mengakses laporan kredit mereka melalui platformnya. Angka-angka ini merupakan bukti utilitas aplikasi dan permintaan lokal untuk transparansi yang lebih besar di sektor keuangan.
Pertumbuhan platform juga telah didorong secara organik sejak awal, didorong secara signifikan oleh media sosial dan promosi dari mulut ke mulut, yang menyoroti meningkatnya kepercayaan dan ketergantungan masyarakat terhadap SkorLife.
Baca Juga: AC Ventures dan PwC Rilis Panduan Tata Kelola Perusahaan untuk Perusahaan Startup
Di bidang kecerdasan buatan (AI), SkorLife bertujuan untuk memangkas biaya layanan pelanggannya hingga 50 persen. Karena ini mencakup 40 persen dari total biaya operasionalnya, tim telah memperkenalkan bantuan GenAI untuk menawarkan dukungan berkelanjutan sepanjang waktu.
Sistem ini menggunakan data transaksi, kategori pengeluaran, dan pola penggunaan individual untuk mendukung antarmuka AI percakapan. Antarmuka ini memberi pengguna wawasan dan rekomendasi yang dipersonalisasi untuk meningkatkan profil kredit mereka.
“Hal ini bukan hanya tentang memahami skor kredit seseorang, tetapi juga tentang membekali individu dengan pengetahuan untuk membuat keputusan finansial yang tepat, sehingga mendorong masyarakat yang lebih melek finansial,” terangnya.