Techverse.asia - UMG Idealab, perusahaan modal ventura yang berbasis di Indonesia beranggapan bahwa suatu startup setidaknya perlu waktu 3-7 tahun guna memperoleh keuntungan secara organik. Namun begitu, hal ini tergantung juga pada segi pimpinan, produk, pemasaran, tim, operasional, dan strategi serta kedisiplinan secara finansial.
"Itu berdasarkan pengalaman kami selama ini berinvestasi pada banyak startup," kata CEO UMG Idealab Kiwi Aliwarga lewat keterangan resminya kami lansir pada Senin (16/9/2024).
Baca Juga: BNI Ventures Investasi ke Rukita, Target Kelola 20 Ribu Kamar di 2024
Dijelaskannya, kurang lebih 30 persen startup yang mereka kembangkan telah menghasilkan profit alias keuntungan, dan 30 persen startup masih dalam proses menuju profitabilitas sekitar satu atau dua tahun lagi, dan sisanya diprediksi bakal sulit mencapai profitabilitas.
"Contohnya seperti startup teknologi Frogs yang kini sedang di fase accelerated growth," papar dia.
UMG Idealab ingin berinovasi bersama startup-startup dengan solusi teknologi guna mengurangi dampak perubahan iklim, kesenjangan pendapatan, dan membawa Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) naik ke level berikutnya memanfaatkan teknologi sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan kompetitif di tingkat global.
Lewat UMG Idealab, ia membimbing anak-anak muda untuk mendirikan perusahaan rintisan yang punya visi untuk memecahkan masalah yang dihadapi generasi mendatang di Indonesia. Lini bisnis UMG Idealab terbagi menjadi dua yaitu inkubator di Myanmar yang membantu startup memulai bisnis mereka dan di Tanah Air bidang Corporate Venture Capital (CVC) yang membantu startup dengan investasi pendanaan awal.
Baca Juga: MDI Ventures Bersiap Menggelar Nex-BE Fest 2024
"Kami sampai saat ini sudah mendanai lebih dari 60 startup," ujarnya.
Ihwal UMG di Myanmar, kini menjadi grup korporasi yang besar di sana, yang didirikan 10 tahun lalu. Untuk ke depannya, Kiwi Aliwarga ingin mulai investasi pada startup, utamanya di pendanaan sejumlah perusahaan rintisan di dalam negeri.
"Kami mau membangun startup di beragam sektor seperti pertanian melalui MSMB guna membantu meningkatkan kesejahteraan para petani. Startup Frogs dan lain-lainnya," tambahnya.
Perusahaan rintisan lainnya yang ia dirikan termasuk Widya (kemampuan panca indra bertenaga AI), Widya Genomics dan Widya Herbal (1st reverse aging), AutoConz (3D Print Construction), Skilloka (sistem rekrutmen berbasis AI), AiCl, Lectro, BigData Imeri-IdeaLab, Biotech, Widya Matador, dan Primeskill.
Baca Juga: Sociolla Gelar Beauty Idea Lab: Kompetisi Startup Industri Kecantikan
Selain itu, dia berharap target Indonesia Emas 2045 dapat tercapai. Hal itu, katanya, bisa terealisasi melalui pendidikan serta penegakkan hukum sebagai kunci utamanya dalam meraih benefit dari Indonesia Emas 2045.
Ia melihat tren kekinian di mana pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penegakan hukum sudah tepat, tapi tentang penerapannya masih jauh panggang dari api. Apabila Indonesia dapat segera melakasankan alignment untuk menghasilkan SDM yang unggul - tak cuma mencetak pekerja, tapi juga menyeimbangkan ketrampilan dan keahlian - dan menjunjung tinggi hukum.
"Sebaliknya, hal itu cuma akan menjadi slogan saja kalau tidak dapat dilakukan dan bisa membuat Indonesia terperosok menjadi negara dunia ketiga, bukan bangsa besar dunia yang memberi kontribusi yang positif," ujarnya.
Baca Juga: Banyak UMKM di Indonesia Sulit Mendapatkan Modal, Startup Boost Ingin Ciptakan Inklusi Keuangan
Untuk diketahui, startup adalah perusahaan muda yang berfokus pada pertumbuhan pesat dan mengembangkan model bisnis yang terukur.
Meskipun beberapa startup yang sudah matang mungkin sudah mendekati profitabilitas, sebagian besar masih dalam tahap awal beroperasi, berinvestasi dalam mengakuisisi pengguna, membangun infrastruktur, dan menyempurnakan produk atau layanan mereka.
Karena pertumbuhan populasi generasi muda yang pesat, Indonesia diharapkan dapat memperoleh manfaat dari perekonomian yang gesit, inovatif, dan semakin digital.