Toyota Ventures Sebut Startup Climate Tech Butuh Mengamankan Pembeli Masa Depan

Rahmat Jiwandono
Rabu 25 September 2024, 15:12 WIB
Toyota Ventures. (Sumber: istimewa)

Toyota Ventures. (Sumber: istimewa)

Techverse.asia - Pendiri sekaligus mitra umum di Toyota Ventures Jim Adler khawatir bahwa keuntungan teknologi iklim (climate tech) dapat jatuh ke dalam "lembah kematian" jika perusahaan gagal meningkatkan permintaan yang cukup untuk bertahan hidup. Dan dia tidak salah akan kekhawatiran ini.

Investasi teknologi iklim pada paruh pertama tahun ini turun untuk tahun kedua berturut-turut, baik dalam hal dana keseluruhan yang diinvestasikan maupun jumlah transaksi karena investor enggan mendanai apa yang dapat menjadi bisnis padat modal dan berisiko tinggi tanpa jalur yang jelas ke pasar.

Baca Juga: GoTo Group Hadirkan Program Associate Product Manager Bootcamp, Bakal Jadi Karyawan

Berbicara di acara Climate Week NYC di Amerika Serikat (AS) pada 24 September 2024, Adler mengatakan bahwa salah satu cara bagi climate tech untuk mengamankan permintaan itu adalah melalui perjanjian pembelian berjangka.

Ini terjadi ketika pelanggan berjanji untuk membeli sejumlah produk yang disepakati dengan harga tertentu pada tanggal tertentu. "Saya sangat menyukainya karena itu mendorong investor untuk berinvestasi untuk mencapai tanggal itu," katanya.

Toyota Ventures melakukan investasi tahap awal, yang merupakan teleskop ke masa depan. Jika mereka tahu ada pelanggan, maka Toyota Ventures dan investor lain akan berinvestasi pada tahap awal karena mereka tahu berinvestasi untuk sesuatu.

Baca Juga: Kata.ai dan Kanari AI Jadi Mitra, Tingkatkan Penggunaan Solusi AI Percakapan di Asia Tenggara dan Timur Tengah

Selama presentasi, Adler memaparkan bagaimana secara historis, teknologi disruptif - mulai dari kereta api hingga jaringan pipa minyak hingga tenaga listrik - hanya mampu berkembang setelah mencapai titik kritis tingkat adopsi 10-20 persen.

Bahkan jika sektor memiliki pasokan dan inovasi yang cukup, jika sektor tersebut tidak mencapai tingkat itu, dinamika kapitalisme tidak akan terjadi. Apalagi kalau permintaan tidak muncul, teknologi tersebut akan mati.

"Kapitalisme adalah cara untuk meningkatkan teknologi ini, tetapi tidak akan berhasil jika pelanggan tidak muncul. Jadi, bagaimana kami membantu pelanggan muncul?" ujarnya.

Ini adalah pertanyaan yang sangat tepat jika mempertimbangkan bahwa transaksi tahap pertumbuhan dalam teknologi iklim menurun 33 persen pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut laporan CTVC.

Baca Juga: Startup Insurtech Fuse Memiliki CEO Baru

Hal itu pun menghambat pertumbuhan perusahaan yang telah membuktikan teknologi mereka dalam skala yang lebih kecil dan membutuhkan dana tambahan untuk berkembang.

Menurutnya, investor tahap pertumbuhan tidak akan berinvestasi tanpa sinyal permintaan yang jelas dari pelanggan, seperti perjanjian forward offtake. Jadi, bagaimana perusahaan rintisan membuat pelanggan membuat perjanjian semacam itu?

Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan mandat pemerintah. Ambil contoh Revel, perusahaan rintisan (startup) yang dimulai sebagai perusahaan berbagi moped listrik dan kini tengah mengembangkan infrastruktur pengisian daya kendaraan elektrik (EV).

Meskipun permintaan organik untuk layanan pengisian daya Revel saat ini kemungkinan rendah - permintaan tersebut sebagian besar ditopang oleh pengemudi taksi dan angkutan umum, baik dari layanan kecil Revel sendiri maupun pengemudi Uber, Lyft, taksi kuning, dan mobil keluarga - mandat dari negara bagian seperti Kota California dan New York yang mengharuskan semua penjualan mobil baru menjadi mobil listrik pada 2035 memberi sinyal permintaan yang sangat dibutuhkan investor.

Baca Juga: Startup Climate Alpha Dapat Pendanaan Puluhan Miliar, Bakal Tambah Tim Peneliti

Revel telah mengumpulkan pendanaan sekitar US$270 juta, menurut data PitchBook, dengan perusahaan besar seperti BlackRock memimpin putaran pendanaan perusahaan startup tersebut.

Adler pun berharap bahan bakar rendah karbon, seperti hidrogen, akan memiliki peluang tersendiri dalam mengamankan permintaan di masa mendatang. "Jika hidrogen muncul pada harga US$2 per kilogram dalam jumlah besar, hal itu benar-benar dapat mendorong adopsi ke kanan dan ke atas kurva," paparnya.

Lantas para investor dapat berinvestasi dengan mengetahui bahwa ada pelanggan di akhir transaksi ini dalam jumlah tertentu. Ini sangat penting. "Kalau hal ini tidak terjadi, saya rasa kita semua perlu sedikit khawatir," ujarnya.

Follow Berita Techverse.Asia di Google News
Berita Terkait Berita Terkini
Hobby22 Februari 2025, 16:51 WIB

Mau Beli Akun atau Joki Gim? BangJohn Bisa Jadi Opsi

Platform ini Tawarkan Solusi Transaksi yang Aman dan Nyaman bagi Gamers.
BangJohn memungkinkan konsumen untuk jual, beli, dan joki gim. (Sumber: istimewa)
Techno21 Februari 2025, 23:29 WIB

Instagram Tambahkan Sejumlah Fitur DM Baru dalam Pembaruannya

Pembaruan DM meliputi berbagi musik, penjadwalan pesan, penerjemahan, dan banyak lagi.
Sejumlah pembaruan di pesan langsung (DM) Instagram. (Sumber: Meta)
Culture21 Februari 2025, 18:19 WIB

Sarkem Fest 2025 Digelar 2 Hari, Ini Daftar Acaranya

Sarkem Fest menampilkan tradisi ruwahan apeman.
Sarkem Fest 2025.
Techno21 Februari 2025, 18:08 WIB

Wacom Intuos Pro Dirombak Total, Tersedia dalam 3 Ukuran

Jajaran Intuos Pro 2025 telah dirampingkan dan dilengkapi kontrol dial mekanis baru yang dapat disesuaikan..
Wacom Intuos Pro. (Sumber: Wacom)
Lifestyle21 Februari 2025, 17:51 WIB

NJZ Menjadi Bintang dalam Kampanye Denim Musim Semi 2025 Calvin Klein

Pengumuman ini merupakan yang pertama setelah perubahan nama mereka menjadi NJZ.
Member NJZ jadi model untuk koleksi pakaian musim semi 2025 dari Calvin Klein. (Sumber: Calvin Klein)
Techno21 Februari 2025, 17:08 WIB

Apple Tak Lagi Produksi iPhone 14 dan Setop Pakai Port Lightning

Apple telah beralih ke USB-C yang dimulai dari iPhone 15.
iPhone 14 (Sumber: Apple.com)
Automotive21 Februari 2025, 16:15 WIB

IIMS 2025: KIA Pajang New Sonet dan New Seltos, Begini Spek dan Harganya

Kedua SUV ini siap menemani perjalanan perkotaan hingga petualangan luar kota.
KIA New Sonet dipajang di IIMS 2025. (Sumber: KIA)
Techno21 Februari 2025, 15:23 WIB

Oppo Find N5 Rilis Global, Ponsel Lipat Tertipis di Dunia Saat Ditutup

Ini adalah perangkat lipat yang sangat tipis dengan baterai jumbo.
Oppo Find N5 dalam warna Cosmic Black dan Misty White. (Sumber: Oppo)
Automotive20 Februari 2025, 19:40 WIB

VinFast VF 3 Diniagakan di Indonesia, Ada Promo untuk Pembelian di IIMS 2025

Mobil ini bisa menjadi kompetitor untuk Wuling Air ev.
VinFast VF 3. (Sumber: vinfast)
Techno20 Februari 2025, 19:05 WIB

Huawei Rilis 3 Perangkat Baru, Ada Tablet hingga Gelang Kebugaran

Ketiga gadget ini dihadirkan bersamaan dengan ponsel lipat tiga pertama di dunia milik perusahaan.
Huawei memberi pembaruan untuk tablet pintar MatePad Pro 13.2 inci. (Sumber: Huawei)